Malam ini Calya sudah menyiapkan makan malam. Sudah beberapa kali ia bolak-balik mengintip di balik tirai jendela, menunggu kepulangan sang suami dari kantornya.
Sebelumnya Dirga sudah mengabari bahwa ia akan terlambat pulang karena pekerjaan yang menumpuk selama ditinggalkannya beberapa hari. Namun Calya masih setia menunggunya hingga ia mulai terlelap di kursi ruang tamu.
Bunyi motor berhenti di teras rumah seketika membangunkan Calya. Benar saja, Dirga sudah pulang. Segera ia beranjak bangun dan membuka pintu.
"Kamu belum tidur, Cal?" tanya Dirga mendapati istrinya membukakan pintu.
"Kan nungguin kamu, Ga. Aku sudah siapkan makanan, ayo langsung makan saja ...." sahut Calya.
"Tadi aku sudah makan di kantor," jawab Dirga sembari berlalu menuju kamar.
Calya mengikuti. Dirga membuka pakaian kerjanya.
"Kamu lembur sendiri apa sama pak Praba?" tanya Calya.
Dirga menoleh pada Calya, "Kenapa menanyakan dia?"
"Kan cuma tanya saja, Ga," gumam Calya.
Dirga meraih handuk lalu berjalan ke belakang, menuju kamar mandi.
Calya hanya terdiam memandangi punggung suaminya yang berlalu. Ada sebuah kejanggalan yang dirasakannya. Mengapa dia tak manis lagi padanya.
'Ah, mungkin dia sedang lelah ...." batin Calya.
***
Di dalam peraduannya, Praba kembali teringat percakapan Dirga dengan ibunya di telepon siang tadi. Kata-kata yang disebut oleh Dirga beserta ekspresi wajahnya terbayang-bayang di benak Praba.
'Siapakah yang sedang hamil sehingga membuat Dirga terkejut dan terlihat tak fokus di kantor tadi? Jangan-jangan ....' Batin Praba berkecamuk.
Memikirkan bila ternyata istri kedua Dirga tengah mengandung membuat Praba dirundung gulana. Yang dipikirkannya bukanlah Dirga ataupun istri keduanya itu, tetapi Calya. Praba menyadari kehadiran anak antara Dirga dan wanita keduanya akan semakin membuat Calya merana.
***
Calya sudah terlelap. Sementara Dirga masih terpaku dalam khayalannya. Sejenak ditatapnya wajah pulas wanita yang sedang tertidur di sampingnya itu. Ada perasaan bersalah yang berkecamuk di benaknya. Terlalu banyak pengingkaran janji yang telah dilakukan pada istrinya itu.
Sadar atau tidak, Dirga memang telah menyentuh Haira. Dan baginya itu adalah pelanggaran janji terbesar yang sudah dilakukannya dan belum diketahui oleh Calya.
Kini ... pengingkaran janji itu telah menciptakan hasilnya. Hasil yang entah harus ditanggapi dengan reaksi yang bagaimana olehnya.
Di satu sisi, ia tak ingin menyakiti Calya lagi. Kejujuran pasti akan memurkakan Calya padanya. Di sisi lain, kehadiran keturunan adalah hal yang dinantikan oleh Dirga dan keluarganya.
Dirga merasa sedang berada dalam dilema besar. Yang tengah dihadapi lebih pelik dari kasus atau perkara yang biasa ditanganinya di persidangan. Ini bukanlah sengketa biasa, tetapi sengketa perasaan. Sengketa hati.
***
Di tempat berbeda, Haira tak henti-henti mengusap lembut perutnya. Satu langkah akan ditapakinya menuju masa depan. Impiannya adalah hidup bahagia bersama Dirga, tentu bukan hanya sebagai yang kedua.
Perlahan namun pasti, impian itu bukan sekadar maya, tapi akan menjadi nyata. Dirga pasti akan luluh pada orang tuanya, terlebih pada buah cinta mereka. Entahlah bila Dirga tak melakukannya atas dasar cinta, tetapi bagi Haira, janin yang sedang bersemayam dalah rahimnya adalah benih cinta yang telah ditanam oleh Dirga.
Ada senandung kecil dalam hati Haira, keyakinannya akan tumbuh bersama benih cinta itu yang membuatnya dapat tidur lebih nyenyak lagi kini. Ia yakin bila dalam waktu dekat tidak akan tidur sendiri lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mela Rosmela
buang aja si dirga mah,, masih ada praba yg tulus
2020-07-26
1
Sri Kartini
jujur lbh baik wlw menyakitkan.jangan lg berbohong
j
2020-04-15
1
Vitia Andriani
gemes......
calya lepasin dirga
2020-04-14
1