Garis Dua Buat Presdir
Part 01
_________
...Marsya tinggal di gubuk usang bersama Ayah dan Ibunya. Saat itu ibunya sedang mengalami sakit keras, sedangkan ayahnya hanya seorang penjudi dan pemabuk berat....
...Marsya menjadi tulang punggung buat ibu dan ayahnya, tamatan SMA hanya bisa bekerja serabutan atau bekerja di suatu toko. Dia sempat melamar ke Perusahaan besar, namun lamarannya di tolak....
...Inilah Kisah Marsya. ...
.
.
Uhuk!
Uhuk!
Uhuk!
( suara batuk )
Melihat Ibu nya yang batuk, Marsya menjadi cemas. “Ibu-ibu, batuk ibu semakin parah, mari kita ke rumah sakit.” Ajak Marsya mendekati ibunya yang duduk di kursi ruang tamu.
"Kita tidak punya uang, Nak." Sahut ibunya yang merasa cemas jika Marsya tidak sanggup membayar biaya rumah sakit.
"Sudah ibu tentang saja, Marsya punya uang kok." Ucap Marsya berbohong, ia hanya ingin ibunya sembuh dan tidak ingin membuat ibunya cemas. Marsya menggandeng tangan ibunya, membawa ibunya keluar dari rumah dan berjalan menunggu angkutan umum di depan jalan raya yang tak jauh dari gang rumah mereka.
Ibunya menatap wajah Marsya, yang terlihat cemas. “Nak. Apa kamu yakin ingin membawa ibu ke rumah sakit?”
Marsya melemparkan senyuman manis, ia tidak ingin membuat Ibunya cemas. “Sudah ibu tenang saja.” Sahut Marsya menggandeng tangan ibunya menaiki angkutan umum yang sudah terhenti tepat di hadapan mereka.
20 menit kemudian mereka sampai di depan rumah sakit. Marsya membawa Ibunya masuk ke dalam, kedua kaki terhenti di depan resepsionis. “Suster..Suster cepat ibu saya sedang sakit.” Teriak Marsya di depan resepsionis, dengan tangan yang merangkul kuat tubuh Ibunya yang semakin melemah.
Mendengar teriakan Marsya, beberapa Suster berlari ke arahnya. “Mari saya antar ke ruangan IGD.” Ucap suster sambil mengantarkan Marsya dan ibunya menuju ruangan IGD.
...Di ruang Dokter....
...💪🏻💪🏻...
Marsya sedang duduk di meja Dokter wanita, wajahnya terlihat cemas mengingat Ibunya yang tiba-tiba sakit. “Dok, gimana keadaan ibu saya. Penyakit apa yang sebenarnya Ibu saya alami dan kenapa asal batuk mengeluarkan sedikit darah.” Tanya Marsya dengan wajah yang cemas.
Dokter menarik nafas panjang, menatap Marsya dengan tatapan sendu. Kedua bola mata Dokter wanita seperti mengisyaratkan jika Ibunya dalam kondisi yang tidak baik.
Dokter wanita menggenggam tangan Marsya. “Kamu harus siap mendengarkan ini ya? Ibu kamu sebenarnya terkena kanker paru-paru stadium akhir, saya tidak tahu apakah masih bisa di selamatkan. Tapi kita akan mengusahakan yang terbaik buat Ibu Anda.”
Marsya menarik tangan yang di genggam oleh Dokter wanita dengan kedua bola mata yang berbinar seperti menahan air mata yang hampir tumpah.
Ibu mengalami kanker paru-paru, kenapa ibu tidak pernah mengeluh sakitnya selama ini.
Batin Marsya sambil memalingkan wajah sedihnya.
Marsya berusaha tegar di hadapan Dokter wanita, kedua tangannya menghapus jejak air mata yang tertinggal di kedua pipinya. Marsya menarik nafas panjang, memberi senyuman manis menatap wajah Dokter. “Kira-kira butuh biaya berapa untuk mengoperasi ibu dan perawatannya hingga sembuh?”
Dokter wanita menyimpan bibir bawahnya, ia menatap wajah Marsya sangat serius. “Kemungkinan butuh biaya Operasi Rp. 100.000.000 jt, atau bisa saja lebih. Biaya itu sudah termasuk pengobatannya sampai sembuh, tapi untuk sementara waktu Ibu kamu masih bisa dirawat beberapa hari di sini. Dan untuk biaya Operasi silahkan di bicarakan dulu ke pihak keluarga kamu, jika sudah siap kamu bisa datang untuk mengoperasikan ibu kamu.”
Mendengar jawaban Dokter wanita, wajah Marsya berubah menjadi sedih. “Baik Dok, kalau begitu akan saya pikirkan dulu.” Marsya berdiri meninggalkan ruangan Dokter wanita dengan wajah yang cukup sedih.
Hati berasa hancur mendengar perkataan dari Dokter wanita, serasa hujan dan petir akan turun ke Bumi. Ia bingung harus bagaimana, mereka tidak punya uang sedangkan gaji yang ia dapatkan setiap bulan dengan kerja serabutan di pasar hanya mampu untuk membiayai makan mereka.
Marsya berjalan lurus di lorong-lorong rumah sakit, hingga ia tidak bisa berfikir lagi dan membuat semua badannya ikut melemah dan bersandar di tiang-tiang lorong rumah sakit.
Ya Allah, kenapa hidup kami seperti ini. Apakah aku sanggup menjalani ini semua. Aku bingung uang sebanyak itu akan aku temukan di mana?.
Batin Marsya yang kala itu sangat terguncang.
Hiks!
Hiks!
Hiks!
( menangis )
Marsya menangis sambil duduk menekuk kedua kakinya dan melipat tangannya. Hidup bagai tak adil padanya, ia merasa sangat marah, gusar dan frustasi dengan keadaan yang baru saja ia alami.
Satu jam setelah ia merenung nasib yang ia alami, ia teringat akan Ibunya yang masih terbaring di dalam ruang IGD. Ia terus berlari dan berlari menjumpai ibunya yang dia pikir masih di rawat di IGD.
Marsya berdiri dengan nafas yang tidak teratur di depan ruang IGD, ia melangkahkan kedua kakinya memasuki ruang IGD. Wajahnya berubah menjadi panik saat mengetahui Ibunya tidak ada di ruangan tersebut, Marsya berlari keluar seperti orang kebingungan. “Ibu-ibu di mana Suster.”
Mendengar ketegangan yang dari raut wajah Marsya, Suster yang berjaga di dekat ruang IGD berjalan mendekati Marsya. “Ibu, Anda sudah di pindahkan ke ruangan Mawar.”
Mendengar ucapan Suster, Marsya berlari mencari ruangan yang telah diberitahu oleh Suster. Dengan wajah, dahi bercucuran keringat yang mengalir dan nafas yang terputus-putus, Marsya membuka pintu dan berkata. “Ibu..”
Ibu yang ia cintai ternyata sedang duduk di atas ranjang rawat inap rumah sakit, Ibunya hanya bisa melepaskan senyuman manis saat melihat wajah Marsya yang terlihat panik dan gelisah berdiri di depan pintu ruangan. “Masuk Nak, jangan di depan pintu saja.”
Melihat senyum yang terukir di bibir sang Ibu, Marsya tak mampu membendung air matanya. Sejenak ia menolehkan wajahnya menghapus jejak air mata, menarik nafas pendek berusaha untuk tetap tenang dan tidak gelisah. Setelah merasa tenang ia menatap sang Ibu. “Ba-baik ibu.”
Marsya pun melangkahkan kedua kalinya berjalan masuk ke dalam ruang rawat inap Ibunya.
Melihat wajah Marsya yang terlihat sedih dan bingung, Ibunya berusaha tenang sembari bertanya. “Nak kamu kenapa? Wajah kamu seperti habis menangis, apa Dokter berkata buruk tentang Ibu?"
Mendengar pertanyaan dari Ibunya, wajah Marsya kembali bingung. Marsya yang gugup berusaha tenang dengan tangan yang menarik selimut. “Ti-tidak bu, tidak ada hal yang buruk terjadi pada ibu. Sekarang ibu beristirahat dulu.”
Ibunya merasa tidak nyaman dengan sikap yang di sembunyikan oleh Marsya, Ibunya menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. “Tidak Nak, mari kita pulang saja. Ibu merasa diri ibu sudah jauh lebih baik.”
Wajah Marsya terlihat tegas, tangannya menahan tubuh Ibunya yang berusaha bangkit. “Jika ibu sudah bisa berlari dengan kencang, Marsya pastikan kita akan segera pulang.”
Melihat sikap Marsya hangat dan tegas, Ibunya tersenyum seperti menyadari jika anaknya sudah tumbuh menjadi wanita Dewasa. Sambil tersenyum Ibunya menjawab. “Kamu ini ya! bisa saja buat ibu tertawa nak. Ibu sudah tua bagaimana bisa berlari kencang.”
“Sudah sekarang ibu harus istirahat dan tidak boleh kemana-mana. Jika mau butuh sesuatu panggil Marsya.” Ucap Marsya sambil membusungkan dada dan menepuk dadanya.
“Kamu ini, nak-nak.” Tertawa kecil dari sang Ibu.
Marsya hanya bisa tersenyum tipis melihat tawa yang sedang terukir di bibir dan wajah sang Ibu.
Ibu maafin Marsya, Marsya hanya mampu memberi ibu semangat. Tapi Marsya janji akan mengobati ibu sampai ibu sembuh.
Batin Marsya sambil menatap wajah sang Ibu.
Tok!
Tok!
Tok!
( suara ketukan pintu )
Marsya menolehkan wajahnya menatap Suster yang baru saja mengetuk pintu ruangan rawat inap Ibunya. “Masuk Sus’.”
Suster wanita berjalan mendekati ranjang Ibunya dengan tangan yang memegang 1 mangkuk kaca kecil yang berisi beberapa butir obat dan meletakkannya di atas meja kecil samping ranjang rawat inap. “Bu. Ini obatnya nanti di minum ya.”
“Baik terimakasih.” Jawab Marsya sambil mengambil obat yang diberi oleh Suster.
“Ibu obatnya di minum dulu, setelah itu ibu bisa tidur biar besok kita bisa pulang.” Ucap Marsya sambil memberi obat dan memberi minum ke sang Ibu.
Ibunya mengambil obat yang diberikan Marsya dan meminumnya."Glek!" Ibunya memberikan gelas kepada Marsya. “Sudah Nak, kalau gitu ibu tidur dulu ya.” Jawab singkat sang ibu sambil membaringkan tubuhnya.
Marsya pun menyelimuti sang ibu dan duduk di kursi di samping tepian ranjang ibunya. Begitu lelahnya pikiran dan badannya, hingga ia tertidur di kursi sambil menjaga sang ibu.
...Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
maafkan saya kalo agak sotoy thor, setahu saya di dunia nyata, kalo kanker paru udah stadium akhir itu udah ngga direkomendasikan untuk dioperasi, karena sudah sulit untuk dilakukan tindakan tsb. paling kemoterapi dan radioterapi.
2024-04-16
1
Mugitras Hima Islam
inget ibuku... sakit kanker paru paru tapi sekarang sudah tiada 😭😭
2023-06-02
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-01
0