Suara apa itu tuan?

Part 16

______

Beft!

Beft!

“Pesan dari siapa ini.” Tuan Agung menerima pesan gambar tanpa nama.

Ia membuka pesan kemudian melemparkan handphonenya ke lantai.

Tak!

Marsya yang kala itu sedang memperhatikan tuan Agung dari meja kerjanya merasa cemas dan berlari masuk kedalam ruangan tuan Agung.

“Tuan, ada apa?” Marsya mengambil ponsel tuan Agung. Dan betapa terkejutnya Marsya melihat foto serta video yang di lakukan istrinya dengan pria lain.

“Tuan ini..ini tidak mungkin.” Marsya gugup dan berjalan meletakkan handphone tuan Agung di atas mejanya.

“Aku sering kasih dia kesempatan, tapi dia tidak pernah menghargai kesempatan yang aku berikan kepadanya.” Tuan Agung memukul kuat tangannya ke dinding hingga tangannya terluka dan berdarah.

“Tuan, mungkin ini editan. Nona Wardani itu wanita terkenal, kemungkinan ada yang merasa iri dengannya.” Marsya berusaha menyakinkan tuan Agung agar tuan Agung tidak marah lagi.

“Kamu begitu polos hingga tidak mengetahuinya.” Sambung tuan Agung sambil menatap wajah Marsya.

“Tapi tuan!” Ucap Marsya terhenti.

“Aku akan mengajak kamu melihat secara langsung. Agar kamu bisa membedakan mana wanita yang baik dan mana wanita yang pura-pura baik.” Tuan Agung beranjak kemudian mengangkat gagang teleponnya.

📞Pesankan dua tiket sekarang.” Ucap tuan Agung.

“Tuan mau kemana.” Tanya Marsya.

“Mari kita bersiap sekarang. Saya akan mengajak kamu menonton pertujukan secara langsung dengan gratis.” Tuan Agung menarik tangan Marsya dan mengajaknya pulang.

Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil tuan Agung hanya diam dan mengepal sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang sebelahnya memegang puntung rokok yang masih mengeluarkan asap.

Sesekali Marsya melirik dari ujung ekor matanya.

Jika memang benar! Kenapa nona Wardani tega melakukan itu kepada tuan Agung. Kenapa seorang istri tidak bisa menjaga kehormatannya. Apa wanita yang sering di tinggalkan suami atau apa karena mereka masing-masing sibuk bekerja jadi bisa membuka hati semudah itu dengan orang lain.

Gumam Marsya dari dalam hati.

“Kenapa kamu melirik saya seperti itu. apa yang kamu pikirkan sekarang.” Tuang Agung membentak dan mendekatkan wajahnya.

“Itu tuan, tidak bagus banyak-banyak merokok.” Marsya mengambil rokok yang di selipkan di jemari tuan Agung dan membuangnya keluar dari kaca mobil.

“Kenapa kamu peduli dengan saya! Kita sebentar lagi akan berpisah jadi puaskan hatimu mencari pria lain untuk pengganti diriku. Jangan urusi urusan saya.” Ucap tuan Agung dengan mengerutkan kening dan mengalihkan pandangannya.

“Mungkin tuan sedang keliru, saya sudah memegang janji waktu malam itu jadi sampai saya melunasi hutang saya. Baru saya akan mencari pria lain.” Marsya menjawab dengan kepala yang tertunduk.

“Tidak perlu berjanji jika suatu saat kamu mengingkari dan menusuk saya dari belakang.” Sahut tuan Agung sambil mengepal tangannya dan teringat perlakuan Wardani.

“Tidak perlu membandingkan saya dengan wanita lain.” Sahut Marsya sambil menatap tuan Agung.

“Semua wanita sama saja, itu kata mereka ketika ingin mendekati saya.” Sahut tuan Agung dengan menyengir dan membantah ucapan Marsya.

Tuan Agung dan Marsya pun sampai ke halaman rumah. Dengan langkah seribu tuan Agung berjalan cepat memasuki rumah.

“Tuan, saya akan membantu tuan berkemas.” Marsya turun dari mobil dan berlari mengejar tuan Agung.

“Tuan tuan.” Marsya berlari menaiki tangga. Tapi tiba-tiba Marsya terpeleset ketika hendak menginjak anak tangga.

“Auh!” Marsya berteriak dan hendak jatuh ke belakang. Namun dengan sigap tuan Agung meraih tangan Marsya.

“Kamu bodoh atau tidak punya mata.” Ucap tuan Agung menatap sinis wajah Marsya sambil memegang tangannya.

“Maaf tuan, habisnya tuan terus berlari.” Jawab Marsya dengan gugup.

“Sudah jangan banyak menjawab, kamu cepat bergegas kalau tidak kita akan ketinggalan pesawat.” Tuan Agung membantu Marsya berdiri, kemudian meninggalkan Marsya yang masih berada di atas anak tangga.

“Tuan Agung sangat serius,baku tidak boleh mengecewakannya.” Gumam Marsya sambil berjalan cepat melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

Tidak sampai 20 menit Marsya selesai mengemasi barang-barang. Marsya keluar dari kamar dengan membawa koper.

“Kenapa sunyi, apa tuan Agung.” Marsya memikirkan hal aneh, ia berlari menuju kamar tuan Agung.

Tanpa basa-basi ia masuk langsung ke dalam kamar tuan Agung sambil berkata.

“Tuan, apakah tuan masih hidup.” Ucapnya membuka pintu kamar sangat kuat sambil melihat kanan dan kiri memantau isi kamar tuan Agung.

“Aku akan mati jika kau berbuat seperti ini lagi Marsya.” Sahut tuan Agung yang ternyata terjepit di balik pintu.

“Tuan, apakah itu hantu kamu? kenapa kamu bunuh diri dengan masalah yang sepele.” Marsya masuk dengan pelan-pelan kedalam kamar tuan Agung dan membiarkan pintu terbuka.

Marsya yang tidak mengetahui jika tuan Agung yang tadinya hendak keluar dari pintu malah Marsya masuk sambil membuka pintu tuan Agung hingga membuat ia terjepit di balik pintu.

“Marsya!” teriak tuan Agung dengan hidung yang memerah akibat terjepit pintu.

“Tuan jangan bunuh saya? Saya belum punya anak.” Marsya menutup mata sambil menutup kedua telinganya dan berjongkok.

“Saya disini, di balik pintu. Kamu yang ingin membunuh saya.” Teriak tuan Agung sambil berjalan keluar dari balik pintu.

“Ampuni saya tuan, saya tidak sengaja.” Marsya menutup matanya dan memohon.

“Gadis bodoh! Lain kali saya akan membalas semua ini ke kamu.” tuan Agung menarik tangan Marsya kemudian mereka keluar dari kamar.

“ Tuan mau bawak saya ke mana?” Marsya panik, karena tuan Agung menarik nya sampai keluar rumah.

“Tuan mau mengusir saya.” Marsya bertanya dengan wajah yang polos.

“Tarjok ambil koper kami berdua di kamar saya dan simpan di bagasi, cepat lakukan jangan banyak bicara ya.” Tuan Agung tidak menjawab pertanyaan Marsya tapi tuan Agung malah menyindir Marsya dengan memerintah Tarjok.

Ketika mendengar perkataan itu Marsya hanya diam tak berkutik, pelan-pelan ia masuk ke dalam mobil sambil menatap terus wajah tuan Agung yang sedang berdiri di samping mobil yang kala itu sedang menerima panggilan telepon.

Setelah menerima panggilan telepon, tuan Agung masuk ke dalam mobil duduk di samping Marsya sambil menatap wajah Marsya.

Marsya menjadi canggung dan gugup seketika.Hampir 1 jam perjalanan mereka hanya diam, Marsya pun bingung sambil berfikir di dalam hati.

Kenapa tuan Agung menatap aku seperti itu, aku jadi takut! Apa dia mau melemparkan aku di tepi jurang. Tidak-tidak apa yang aku pikirkan.

“Jangan berpikir buruk, karena semua itu tidak akan terjadi.” Ucap tuan Agung sambil tersenyum tipis.

“Apa tuan bisa mendengar suara hati?” tanya Marsya dengan polosnya.

“Ia, makannya kamu jangan main-main dengan saya.” Tuan Agung seperti mengancam dengan wajah yang serius menatap Marsya.

Glek!

Marsya merasa takut.

“Tuan kita mau kemana? Tempat apa ini.” Marsya mengalihkan pembicaraan.

“Ini namanya Bandara, kamu sudah besar tapi bodoh ya.” Sahut tuan Agung sambil keluar dari mobilnya.

Marsya pun ikut keluar dari mobil dan berdiri di samping tuan Agung sambil memegang kopernya.

“Tarjok kamu bisa pulang, jika saya sudah pulang. Saya akan menghubungi kamu langsung.” Tuan Agung memberi perintah.

“Baik tuan.” Tarjok pamit dan berjalan masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya meninggalkan tuan Agung dan Marsya yang masih berdiri di halaman Bandara.

“Kamu mau ikut saya, atau mau terus bengong di sini.” Tuan Agung menarik koper dan berjalan meninggalkan Marsya

.

“Ikut tuan, tunggu tuan jangan tinggali saya.” Marsya berlari mengejar tuan Agung.

*****

“Tuan ini kita berada di mana?” tanya Marsya sambil melihat kanan dan kiri dari dalam mobil.

“Selain bodoh saya baru tahu kamu ini buta huruf.” Sahut tuan Agung sambil menatap Marsya.

“Kejamnya, cuman satu pertanyaan saja tapi jawabannya begitu menusuk.” Gumam Marsya kemudian diam dan mematung.

“ Kita sudah mau sampai, kamu jangan banyak bertanya lagi.” Ucap tuan Agung dengan wajah yang cukup serius.

“Begitu penting ternyata, hingga wajahnya di tekuk macam kakek-kakek.” Gumam Marsya tertawa pelan sambil menutup mulutnya.

“Ehem!” dehem tuan Agung.

“Tuan itu rumahnya indah sekali, apa kita mau ke sana.” Tanya Marsya melihat sebuah Villa, yang tak jauh dari pantai.

“Iya, kita akan ke sana dan melihat pertunjukkan malam ini.” Sahut tuan Agung dengan wajah yang cukup serius.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di sebuh Villa, ternyata Villa itu milik istrinya Wardani.

Marsya dan tuan Agung berjalan perlahan mendekati Villa tersebut. Di depan pintu Villa Wardani, tuan Agung memberi kode kepada Marsya.

“Kamu jangan berisik ya.” Ucap tuan Agung sambil memegang gagang pintu dan membuka perlahan pintu Villa.

Marsya hanya menganggukan kepala dengan wajah yang serius.

Tuan Agung dan Marsya masuk kedalam, ketika mereka sampai di pertengahan menuju kamar. Mereka mendengar suara yang indah dari dalam kamar.

“Aduh! Kamu begitu lembut hingga membuat aku geli Surya.” Terdengar suara Wardani mendesah.

“Tuan itu seperti suara nona? Dan siapa Surya, suara yang mereka keluarkan suara apa itu tuan?” tanya Marsya dengan polosnya sambil berbisik.

“Nanti kamu juga akan melihatnya.” Sahut tuan Agung berbisik.

Ketika di depan pintu kamar Wardani, tuan Agung dengan perlahan memegang gagang pintu dan membuka pintu. Ketika hendak membuka pintu, terdengar suara pria berkata.

“Lembutan aku apa suami kamu.” Surya bertanya ke Wardani.

Ketika mendengar suara seorang pria, Marsya terkejut dengan membesarkan kedua bola matanya. Sedangkan tuan Agung hanya mengepalkan kedua tangannya. Emosinya semakin meledak dan kemudian mendobrak pintu kamar Wardani.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ana Yulia

Ana Yulia

Arley dan Ana hadir lagi, semangat thor semoga sukses 🤲🤲

2021-11-24

0

pat_pat

pat_pat

boomlike ❤️
mampir juga yuk ke karyaku Cinta Satu Malam Ceo 🤗

2021-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 Di Rumah Sakit
2 Pertemuan.
3 Berdebat dengan Ayah.
4 Syarat
5 Merubah penampilan.
6 Rumah baru.
7 Terpaksa menikah.
8 Aku bukan istrimu.
9 Siapa pembunuh ibuku
10 Sopan santun hari ini hilang.
11 Minta jatah.
12 Tertangkap
13 Gantengnya.
14 Tanda merah
15 Wardani pergi ke Bali.
16 Suara apa itu tuan?
17 Wardani ketahuan selingkuh
18 Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19 Marsya di dorong.
20 Selang oksigen Marsya di gunting.
21 TPU
22 Tuan Agung memang hebat.
23 Jumpa Fans
24 Tisu berserakan.
25 Saya Masih perjaka bukan perawan
26 Telepon dari siapakah itu?
27 Apartemen Surya di kota S
28 Rumah Sakit kota S
29 Demi bunga mawar merah muda.
30 Flashback
31 Ukuran tidak menjamin.
32 Kalau begitu ceraikan dia.
33 Ada bidadari di Vila
34 Lemas.
35 Di Hotel
36 Bandara.
37 Gedung Putih
38 Kamu memang lemah
39 Berbelanja.
40 Salah membangunkan
41 PT.Jaya.
42 Kabur dari sel tahanan.
43 Burung yang tidak bersayap.
44 Pikiran Marsya.
45 Baju gaun sexy.
46 Di dalam kamar.
47 Luar biasa
48 Toko perhiasan.
49 Wardani menyerahkan diri.
50 Dalam kamar.
51 Amplop yang sama datang.
52 Linglung di buat surat.
53 Keras kepala.
54 Jangan pergi tanpa pesan.
55 Akhirnya Tarjok menikah.
56 Kopi penambah stamina.
57 Wisata Alam.
58 Tidak mungkin.
59 Jangan Buat Nona bersedih
60 Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61 3 bulan telah berlalu.
62 Hasil USG.
63 Hati menjadi gusar.
64 Telepon nomor Luar.
65 Ronde yang tertunda.
66 Marsya melahirkan.
67 Rutan Khusus Perempuan (Tamat)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Di Rumah Sakit
2
Pertemuan.
3
Berdebat dengan Ayah.
4
Syarat
5
Merubah penampilan.
6
Rumah baru.
7
Terpaksa menikah.
8
Aku bukan istrimu.
9
Siapa pembunuh ibuku
10
Sopan santun hari ini hilang.
11
Minta jatah.
12
Tertangkap
13
Gantengnya.
14
Tanda merah
15
Wardani pergi ke Bali.
16
Suara apa itu tuan?
17
Wardani ketahuan selingkuh
18
Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19
Marsya di dorong.
20
Selang oksigen Marsya di gunting.
21
TPU
22
Tuan Agung memang hebat.
23
Jumpa Fans
24
Tisu berserakan.
25
Saya Masih perjaka bukan perawan
26
Telepon dari siapakah itu?
27
Apartemen Surya di kota S
28
Rumah Sakit kota S
29
Demi bunga mawar merah muda.
30
Flashback
31
Ukuran tidak menjamin.
32
Kalau begitu ceraikan dia.
33
Ada bidadari di Vila
34
Lemas.
35
Di Hotel
36
Bandara.
37
Gedung Putih
38
Kamu memang lemah
39
Berbelanja.
40
Salah membangunkan
41
PT.Jaya.
42
Kabur dari sel tahanan.
43
Burung yang tidak bersayap.
44
Pikiran Marsya.
45
Baju gaun sexy.
46
Di dalam kamar.
47
Luar biasa
48
Toko perhiasan.
49
Wardani menyerahkan diri.
50
Dalam kamar.
51
Amplop yang sama datang.
52
Linglung di buat surat.
53
Keras kepala.
54
Jangan pergi tanpa pesan.
55
Akhirnya Tarjok menikah.
56
Kopi penambah stamina.
57
Wisata Alam.
58
Tidak mungkin.
59
Jangan Buat Nona bersedih
60
Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61
3 bulan telah berlalu.
62
Hasil USG.
63
Hati menjadi gusar.
64
Telepon nomor Luar.
65
Ronde yang tertunda.
66
Marsya melahirkan.
67
Rutan Khusus Perempuan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!