Part 15
_____
Kenapa badanku sepertinya tidak bisa bergerak.
Gumam Marsya di dalam hati sambil membuka matanya.
“Kamu sudah bangun.” Ucap tuan Agung dengan kedua mata yang masih terpejam sambil memeluk tubuh Marsya dari belakang.
Marsya sontak membuka selimutnya, "Tuan!" dan ternyata tuan Agung sedang memeluk dirinya.
“Aku baru tahu jika tubuh kamu nyaman untuk aku peluk.” Ucap tuan Agung yang semakin mengeratkan pelukannya.
“Tapi tuan, bagaimana dengan..” Marsya tiba-tiba menghentikan ucapannya dan teringat.
Kata tuan Agung dia lagi tidak ingin mendengar nama nona Wardani. Ada apa sebenarnya dengan mereka berdua.
“Kenapa kamu terhenti, kamu mau menanyakan soal apa?” tuan Agung mendekatkan wajahnya ke leher bagian belakang Marsya.
Ternyata tubuh wanita ini sangat wangi.
Gumam tuan Agung sambil mengendus.
“Tuan sudah pagi, saya ingin mandi dan bersiap-siap.” Marsya menggeliat berusaha lepas dari pelukan tuan Agung.
“Jika kamu seperti ini, kamu menaikkan hasratku.” Ucap tuan Agung sambil melepaskan pelukannya.
“Maaf tuan, kalau gitu saya mandi dulu.” Dengan wajah yang memerah Marsya masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan tuan Agung sedang berdiri dan menatap keluar dari balik kaca kamar Marsya.
“Apakah Wardani sudah menyadari kesalahannya.” Gumam tuan Agung sambil berdiri dan terus menatap keluar.
10 menit kemudian Marsya keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah.
“Kenapa tuan masih berada di kamar aku.” Gumam Marsya sambil berjalan mendekati lemari bajunya sambil mengendap-endap.
Marsya mengambil setelan baju kerja dan melangkahkan kakinya diam-diam menuju kamar mandi.
Tuan Agung tersenyum melihat tingkah Marsya yang mengendap-endap berjalan menuju kamar mandi.
“Ehm! Sudah siap.” Tuan Agung mengeluarkan suara dengan menutup mulutnya yang sedang tersenyum menahan tawa.
“Tuan tidak pergi mandi, nanti kita terlambat untuk pergi bekerja.” Jawab Marsya gugup dan mengalihkan pertanyaan.
“Saya bosnya, siapa yang berani memarahi saya.” Tuan Agung berjalan mendekati Marsya.
“Tuan, lihatlah jamnya sudah menunjukkan pukul 06:30.” Marsya berusaha mengalihkan pandangan tuan Agung. Tuan Agung pun menoleh sedangkan Marsya sudah hilang dari pandangan tuan Agung.
“Gadis ini ternyata licik juga.” Gumam tuan Agung tersenyum sambil duduk di sofa kamar Marsya.
Beberapa menit kemudian Marsya keluar dari kamar mandi dengan memakai baju seragam yang tuan Agung belikan padanya.
“Tuan kenapa belum bersiap-siap.” Tanya Marsya berjalan menuju kaca berhias.
“Nanti kamu tolong ambilkan baju kerja serta handuk untuk saya pakai. Karena saya ingin menumpang mandi di kamar kamu.” ucap tuan Agung beranjak dari duduk dan mendekati Marsya yang kala itu sedang mengeringkan rambutnya.
“Baik tuan, setelah sayang keringkan rambut, saya akan mengambil baju dan handuk buat tuan.” Jawab Marsya sambil mengeringkan rambut. Marsya tidak menyadari jika tuan Agung berada di belakangnya.
“Saya akan membantu kamu untuk mengeringkan rambut kamu.” Tuan Agung mencium rambut Marsya sambil berfikir.
Gadis ini sungguh wangi.
Gumam tuan Agung di dalam hati.
“Bisakah tuan menjauh dari saya.” Ucap Marsya merasa takut.
“Kamu ini istri saya, kenapa saya harus menjauh dari kamu.” bantah tuan Agung kemudian mengambil pengering rambut yang di pegang oleh Marsya.
“Tuan apa yang ingin tuan lakukan.” Marsya semakin takut dan gugup.
“Saya tidak akan menyakiti kamu, saya ingin membantu kamu agar cepat selesai.” Sahut tuan Agung dengan sedikit senyum yang di pancarkannya.
Ketika tuan Agung sedang membantu Marsya mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
Ceklek!
“Marsya!” panggil Wardani yang kemudian terkejut melihat tuan Agung sedang mengeringkan rambut Marsya.
Marsya panik kemudian menarik pengering rambut dari tangan tuan Agung dengan gugup berusaha menjelaskan.
“Nona ini tidak seperti yang nona pikirkan.” Marsya dengan gugup berusaha menjelaskan.
“Sudah kamu tidak perlu menjelaskan.” Bantah Wardani kemudian berjalan menghadap tuan Agung.
“Ternyata kamu balas dendam tanpa menanyakan yang sebenarnya.” Wardani berbicara dengan nada pelan sambil menatap tajam tuan Agung.
“Tidak perlu saya bertanya kepada kamu, dan saya tidak perlu penjelasan dari kamu. karena apa yang sudah saya lihat, sudah bisa menjadi bukti.” Sahut tuan Agung sambil memalingkan wajahnya.
Marsya panik melihat tuan Agung, kemudian melihat ke nona Wardani kembali.
“Baiklah jika kamu tidak ingin mendengarkan penjelasanku. Bersenang-senanglah dengan para wanita kamu.” Wardani berbalik dan meninggalkan tuan Agung.
Ketika beberapa langkah Wardani berjalan, tuan Agung memanggil Wardani.
“Tunggu, setidaknya jika aku bersenang-senang. Aku akan terbuka dan jujur kepadamu seperti yang aku lakukan ini.” Tuan Agung menarik tangan Marsya kemudian memeluk dan mencium Marsya.
Marsya dan Wardani terkejut melihat kelakuan spontan dari tuan Agung.
“Agung Laksmana!” teriak Wardani mendekati dan menarik baju piyama tidur tuan Agung.
“Hem!” Marsya membulatkan kedua matanya sambil berjalan mundur dan duduk kembali ke bangku meja riasnya.
“Kamu jangan seperti anak-anak begini. Dia itu bukan boneka dan dia bukan untuk tempat kamu balas dendam. Ini masalah kita berdua, tidak ada hubungannya dengan gadis itu.” Teriak Wardani di hadapan tuan Agung.
“Anak-anak kamu bilang.” Tuan Agung tersenyum sambil mendekati Wardani, dan menyambung perkataannya, “Kamu itu yang seperti anak-anak. Sudah ketahuan berselingkuh tidak pernah mau mengakuinya.” Bentak tuan Agung.
“Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapa pun dan aku tidak pernah tidur dengan pria lain selain diri kamu.” sahut Wardani sambil meneteskan sedikit air mata.
“Sudah terbukti jelaskan, kalau kamu bukan hanya berselingkuh tapi kamu juga pernah tidur dengan pria lain selain suami kamu sendiri.” Jawab tuan Agung dengan berbalik badan dan melipatkan kedua tangannya di dada.
“Aku berbicara seperti itu karena kamu menuduh aku.” Wardani memegang bahu belakang tuan Agung dan berusaha menyakinkan nya.
“Aku tidak pernah menuduh kamu dan aku tidak pernah berfikir kalau kamu pernah tidur dengan pria lain. Aku cuman ingin menanyakan bekas merah apa yang aku liat selama ini. Kalau bukan.” Dengan nada yang sedikit tinggi dan menggantung tuan Agung menghentikan maksud perkataannya.
Marsya panik kemudian berusaha melerai perdebatan mereka.
“Apa sebenarnya yang terjadi! Apa semua ini harus di selesaikan dengan cara yang kekanak-kanakan seperti kalian.” Ucap Marsya berusaha menenangkan.
“Bukan urusan kamu.” sahut tuan Agung dan Wardani dengan serentak.
“Tuhkan! Kalian ini masih saling peduli, jika kalian ingin berubah maka rubah dulu kebiasaan buruk kalian yang suka bermain di belakang.” Marsya berkata dengan polosnya.
“Jangan ikut campur.” Jawab Wardani dan tuan Agung bersamaan.
“Tuhkan, lagi-lagi menjawab dengan serentak. Kalau gitu lanjut saja hingga kalian capek.” Marsya meninggalkan tuan Agung dan Wardani di dalam kamarnya.
Ketika Marsya keluar tuan Agung berteriak.
“Marsya, berani kamu tinggalkan aku bersama wanita ini.” Teriak tuan Agung kemudian menyusul Marsya dan meninggalkan Wardani yang kala itu mari berada di dalam kamar Marsya.
“Sialan, kenapa Agung masih belum memaafkan aku.” gumam Wardani sambil menghentakkan kakinya kemudian berjalan keluar meninggalkan kamar Marsya.
****
“Bibi saya mau pergi dulu selama beberapa hari untuk pemotretan. Tolong sampaikan kepada tuan Agung.” Wardani memberi pesan ke pembantu sambil membawa kopernya.
“Nona mau pergi ke mana.”tanya pembantu.
“Saya mau pergi ke Bali. Sudah ya nanti saya akan terlambat.” Wardani cepat-cepat memasukkan kopernya kedalam bagasi kemudian melajukan kendaraannya meninggalkan rumah.
Hampir satu jam perjalanan Wardani sampai di bandara. Setelah cek sana dan cek ke sini, panggilan untuk penerbangan pergi ke Bali di umumkan. Wardani pun berjalan bergegas untuk menaiki pesawat.
Di dalam pesawat Wardani hanya termenung mengingat kejadian yang ia alami bersama tuan Agung.
Beberapa menit kemudian pesawatnya mendarat, ia terus berjalan dan berjalan meninggalkan bandara kemudian menaiki taksi.
Hampir satu jam perjalanan sampailah ia di sebuah Villa yang cukup nyaman dengan suasana di dekat pantai.
“Akhirnya aku sampai juga.” Gumam Wardani sambil membuka pintu Villanya.
“Der!” tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengagetkan Wardani dari belakang.
Wardani terkejut dan membalikkan badannya.
“Sayang, kok kamu tahu aku sudah sampai di sini.” Tanya manja Wardani kepada seorang pria yaitu Surya Handoko.
“Kita itu sudah satu hati.” Surya menarik dagu Wardani dan ingin menciumnya, tapi dengan malu-malu Wardani memalingkan wajahnya dan berlari masuk ke dalam Villa.
“Wardani, kamu ini membuat aku ingin memakan kamu.” Surya berlari mengejar Wardani.
Ternyata di kejauhan ada seseorang yang memantau gerak-gerik Wardani. Bukan itu saja, orang itu berusaha menangkap foto dari dekat.
Sedangkan Wardani dan Surya berada di dalam kamar. Wardani dan Surya ternyata sedang beradu kasih di atas ranjang.
Sedangkan lelaki misterius itu hanya tersenyum jahat sambil berbalik dan meniggalkan Villa yang dihuni Wardani.
“Sayang, kamu agresif sekali.” Ucap Wardani yang kala itu sedang tidur di samping Surya hanya berbalutkan selimut.
“Aku kangen sama kamu dan kamu kenapa marah-marah begitu ke aku.” sahut Surya sambil membelai rambut Wardani.
“Habisnya kamu meninggalkan jejak hingga membuat suamiku marah sampai sekarang.” Ucap Wardani sambil menatap wajah Surya.
“Kali ini aku tidak akan meninggalkan bekas. Tapi aku akan memberikan kehangatan dan kelembutan selama kita berlibur di sini.” Surya mengecup kening Wardani.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Fatma Kodja
pelacur murahan, sudah punya suami tapi masih bermain gila dengan laki" lain, tapi nggak apa" udah ada orang suruhan yang akan melaporkan ke tuan Agung, jadi Wardani siap" terhempas dan karirmu mungkin juga akan hancur karena tuan Agung tidak akan membiarkan seorang istri menginjak" harga dirinya
2021-12-13
0