Part 04
______
Ketika Marsya sampai di sebuah terminal, ia hanya berdiri bingung. Sejenak ia berfikir apakah ia harus meminta bantuan kepada nona Wardani, tapi mau tidak mau iya harus melakukannya. Langkahnya pun semakin kencang, ia terus berlari hingga sampailah ia disebuah rumah mewah bak istana. Yaitu rumah Wardani dan Agung.
Marsya hanya berdiri di depan pintu gerbang, ia tidak berani masuk. Namun dari luar gerbang ia melihat satu mobil mewah yang pernah di pakai oleh nona Wardani. Kemudian seorang wanita cantik keluar dari rumah dan memasuki mobil mewah tersebut.
“Ya ampun itukan nona Wardani. Mau kemana aku harus cepat masuk.” Gumam Marsya sambil memanggil penjaga yang menjaga pintu gerbang. “Permisi! Permisi Pak.” Teriak Marsya begitu kuat. Namun tak ada yang menyahut panggilannya. Sampailah Wardani melajukan mobilnya, gerbang yang berada di rumah Wardani terbuka secara otomatis.
Dengan sigap Marsya berlari menghadang mobil Wardani yang akan keluar dari gerbang rumahnya, ia berdiri sambil merentangkan kedua tangan sambil matanya tertutup.
Nyit!
Mobil Wardani terhenti, supir pribadinya keluar.
“Apa yang kamu lakukan! Apa kamu mau mati?” bentak sang supir muda juga gagah.
“Ti-tidak. Saya mau bertemu dengan nona Wardani, kemarin saya sudah ada janji.” Sahut Marsya gugup, ia berjalan ke samping mobil.
“Baiklah saya akan tanya nona muda dulu.” Supir berjalan menuju mobil dan bertanya kepada Wardani. Kemudian supir tersebut kembali menyampaikan pesan yang dari Wardani.
“Kata nona kamu boleh masuk kedalam mobil.” Ucap sang supir lalu pergi meninggalkan Marsya dan membuka pintu mobil belakang.
Dengan langkah yang sedikit ragu Marsya berjalan mendekat mobil Wardani. Marsya berdiri di samping mobil dengan wajah yang gugup. “Nona..”
Wardani menoleh. “Masuk! Kita akan membahasnya di jalan.”
“Baik nona.” Marsya pun masuk dengan wajah yang gugup. Ia duduk berdampingan di dalam mobil dengan seorang wanita anggun serta cantik pula parasnya.
Dengan wajah yang angkuh Wardani bertanya, “Apa jawaban kamu untuk saya dan suami saya?”
Marsya tahu, jika keputusan yang ia ambil salah. Jika Ibunya tahu, pasti hati Ibu Surtek akan hancur berkeping-keping. Tapi apa mau dikata, takdir berkata lain. Dengan penuh pertimbangan ia memutuskan untuk menerima syarat dari Wardani dengan mengajukan satu syarat lainnya.
“No-nona saya mau menjadi istri kedua untuk melahirkan keturunan buat nona dan tuan, tapi saya ingin memberikan satu syarat kepada nona?”
“Katakan!” Jawab singkat Wardani.
“Tolong bantu biaya operasi dan kesembuhan ibu saya. Sekarang ibu saya sedang berada di rumah sakit, saya mohon tolong nona, ibu saya membutuhkan biaya itu secepatnya. Demi ibu saya, saya rela melakukan apa saja yang nona inginkan. Asal nona mengabulkan permohonan saya.” ucap Marsya memohon dengan kedua mata indah yang berkaca-kaca.
Sejenak Wardani hanya diam menatap wajah gadis malang itu, Wardani tersenyum manis seperti sedang memegang kartu As. Tanpa membalas jawaban atas permohonan Marsya, Wardani langsung menyuruh supirnya untuk memutarkan arah mobilnya.
“Tarjok ( supir ), putar arahnya ke rumah sakit. Kita akan singgah ke rumah sakit sebentar.”
“Terimakasih! Terimakasih nona.” Marsya tak henti-hentinya menundukkan kepalanya dan berterimakasih terus menerus dan kemudian dia menghapus air matanya.
“Tidak perlu berterimakasih banyak buat saya. Kamu cukup menikah dengan suami saya, tapi pernikahan itu tidak boleh diketahui publik. Kami hanya menginginkan anak darimu bukan dirimu, tapi kamu tetap akan wajib menikah dengan suami saya. Karena saya tidak mau jika kamu hamil, anak itu menjadi anak diluar nikah atau sebut saja haram. Walaupun dia keturunan dari suami saya. Gimana, apa kamu setuju.” Wardani mengajukan syarat.
*Dasar licik.
Sudah tidak mau hamil, tapi ingin punya anak dari rahim orang lain, sudah itu*…
Batin Marsya yang sedang kesal mendengarkan perkataan Wardani.
“Kenapa kamu tidak mau?” Wardani membuyarkan pikiran Marsya.
Marsya terkejut, ia langsung menjawab spontan. “Demi ibu saya. Saya mau, asal nona mengabulkan semuanya.”
Wardani tersenyum tipis. “Bagi saya mengeluarkan uang adalah hal muda, sebutkan saja apa yang kamu mau.”
...Di Rumah Sakit...
...🏥...
Melihat Dokter dan beberapa perawat sangat serius berdiri di dalam ruangan ibunya. Marsya panik dan bingung, tangannya menggenggam erat lengan Dokter wanita.
“Dok! Dokter, gimana ibu saya?”
“Syukurlah kamu sudah datang. Ibu kamu sepertinya kritis, dia harus cepat-cepat di tangani. Apakah kamu siap.” Ucap Dokter wanita serius.
Sayup-sayup terdengar suara wanita dari luar pintu berkata. “Lakukan yang terbaik buat ibu dari gadis ini Dok.” Dan Wardani pun masuk ke dalam ruangan.
“Baik! Kalau begitu, kita akan mengoperasinya sekarang.” Jawab Dokter.
Sambil berjalan Dokter mengerahkan para perawat, “Mari cepat kita tangani ibu Surtek."
Marsya berlari mendekati Wardani, lalu sujud di kaki Wardani.
“Terimakasih! Terimakasih nona.”
“Sudah, hentikan terimakasih kamu itu. Setelah ibu kamu menjalani operasi kamu sudah bisa menikah suami saya. Setelah pulang dari sini, saya akan bilang kepada suami saya jika kalian akan segera menikah.
Maaf. Waktu saya tidak banyak saya akan pergi soal biaya Ibu kamu, itu gampang.” Ucap Wardani, lalu pergi meninggalkan Marsya yang masih dalam keadaan terduduk di lantai.
Marsya hanya tertegun, duduk di lantai rumah sakit seperti orang bodoh, apa yang akan dia katakan kepada ibunya ketika ibunya nanti sadar. Sudah pasti dia tidak mungkin akan jujur kepada sang ibu, karena ia tidak mau menambah pikiran ibunya yang masih sakit.
Dengan wajah yang masih bingung, ia bangkit dari dan berusaha berdiri dengan badan yang sempoyongan.
*Ibu. Bertahanlah untuk hidup panjang, Marsya berjanji jika suatu saat Marsya akan memberikan hidup yang layak untukmu.
Ibu bertahanlah dan berjuang demi Marsya, jika ibu tidak ada. Marsya tidak akan pernah memaafkan Ayah atau pun diri Marsya sendiri.
Ibu berjanjilah hanya untuk anakmu yang malang ini*.
Batin Marsya yang sangat bergejolak. Ia terus berjalan, kedua kakinya terhenti di depan ruangan operasi.
Ia melihat lampu ruangan tersebut masih berwarna merah, tandanya operasi masih sedang berlangsung. Kemudian ia duduk tak jauh dari ruangan operasi tersebut. Hampir tiga jam berselang.
Tin!
Lampu yang tadinya berwarna merah kini berubah menjadi berwarna hijau, ia berlari mondar-mandir di depan ruang operasi dengan menggigit kuku jari tangannya.
“Marsya. Nona Marsya!” teriak suster yang keluar dari ruang operasi.
Marsya berlari, “Saya suster. Gimana ibu saya?”
“Operasinya berjalan lancar, tapi kondisi ibu kamu masih lemah. Jika kamu ingin melihatnya kamu bisa masuk.” Jawab suster.
Marsya kemudian berjalan, langkah kakinya terhenti di depan pintu, “Ibu!” mengintip dari pintu kemudian masuk sambil menghapus air mata yang masih menempel di pipinya.
Ia melihat sang ibu terbaring dengan hidung yang memakai selang oksigen dan alat monitor yang menyala, detak jantung masih berjalan dengan normal. Dengan langkah yang pelan ia mendekati ibunya, menarik kursi dan duduk di samping ranjang rumah sakit.
Bisik Marsya di telinga Ibu Surtek. Kedua matanya basah menahan air mata yang sudah tidak terbendung lagi. Marsya memegang tangan ibunya dan meletakkan keningnya di tangan Ibu Surtek, ia merasa lega operasi berjalan lancar.
“Ibu. Sekarang penyakit ibu sudah diangkat, ibu harus kuat demi Marsya ya? Jangan tinggalkan Marsya disini sendirian.”
Tak lama berselang satu persatu jari ibunya bergerak, ia pun langsung duduk tegak dan segera menghapus kasar jejak air matanya.
Marsya berlari keluar ruangan. “Dokter. Ibu saya sudah bangun.” Teriak Marsya dengan penuh semangat.
Dokter wanita segera berlari menuju ruangan kemudian memeriksa ibu Surtek. Dahi Dokter wanita mengerut menatap Marsya, seperti ia melihat sesuatu yang ajaib terjadi pada Ibu Surtek.
“Ini suatu hal yang sangat mustahil, saat melihat kondisi ibu Surtek yang kritis harapan itu sangat kecil. Tapi ia mampu menghadapinya. Sekarang biarkan ia beristirahat, jangan banyak berkata apa pun. Karena kondisinya masih sangat lemah. Dan saya pergi dulu, jika ada sesuatu hal penting panggil saya?” ucap sang Dokter tersenyum sambil menepuk bahu Marsya kemudian pergi meninggalkan Marsya.
Marsya menundukkan sedikit tubuhnya. “Baik Dokter. Terimakasih.”
Ibu Surtek yang masih terpejam, menggerakkan kepalanya terus menerus dengan bibir yang selalu berkata. “Marsya! Marsya!”
Marsya menggenggam tangan Ibunya. “Ibu. Ini Marsya, Marsya tidak akan pergi jauh dari ibu. Ibu bukalah kedua mata Ibu dan lihat jika Marsya sedang menggenggam erat tangan Ibu."
Kedua kelopak mata ibu Surtek perlahan bergerak. Tangannya membalas genggaman tangan Marsya, dengan kedua mata yang sudah terbuka penuh. "Ibu dimana? Kenapa ibu merasa lemah Nak, dan kamu kenapa bersedih.”
“Maaf ibu. Jika Marsya telah mengambil keputusan sendiri, ibu tadi mengalami operasi kecil untuk mengangkat penyakit ibu.” Jawab Marsya pelan.
“Sebegitu parah sampai ibu harus di operasi?” tanya ibu Surtek yang tidak mengetahui apa-apa tentang penyakitnya.
Melihat ibunya sudah sadar dan masih terlihat lemah dan sedikit pucat. Marsya hanya bisa menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi kepada ibunya. Ia melepas senyum palsu dari wajah polosnya. “Sudah ibu tidak perlu memikirkan apa pun, yang terpenting ibu harus banyak-banyak istirahat. Marsya janji akan membuat ibu bahagia selamanya.”
“Bagaimana ibu tidak memikirkannya, biaya operasi itukan mahal Nak?" sahut Ibunya yang masih terlihat lemah.
Marsya bingung harus berkata apa lagi, ia tidak ingin ibunya mengetahui jika dirinya telah berjanji kepada orang lain untuk menjadi istri kedua dan menikah secara diam-diam.
Marsya memalingkan wajahnya yang seperti menahan tangis yang menyesak di dada. Ia membuat nafas berat, ia memalingkan wajahnya kembali memberi senyum palsu di hadapan Ibunya.
“Ibu. Marsya sekarang bekerja dengan nona cantik itu, jadi dia yang membiayai semuanya sampai ibu sembuh. Jadi ibu tidak perlu cemas tentang dari mana Marsya mendapatkan uang buat biaya ibu."
Insting seorang ibu sangat kuat kepada anaknya, karena kondisi masih lemah dan tidak ada bukti. Ibu Surtek hanya bisa tersenyum dengan tangan yang membelai rambut Marsya.
.
.
.
.
Dengan wajah yang penuh dengan kegembiraan, Wardani mengunjungi tuan Agung ke PT. Jaya (perusahaan suaminya Agung Laksmana).
“Sayang, tadi gadis itu datang ke rumah. Ia bilang menyetujui persyaratan yang kita buat.”
Tuan Agung yang duduk di kursi besar kesayangannya tertegun, kedua matanya membesar memandang Wardani yang tiba-tiba membawa kabar yang sedikit tidak di sukai dirinya.
“Apa sayang. Dengan semudah itu dia mau menerima syarat dari kamu?”
“Mau tidak mau ia harus menerimanya. Karena ia butuh biaya operasi ibunya yang sakit-sakitan itu.” Bisik Wardani yang duduk di pangkuan suaminya.
“Kamu memang wanita jahat.” Tuan Agung mencubit pipi Wardani.
Wardani bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi Agung dengan wajah yang cemberut. “Aduh! Sakit, nanti pipi aku bisa rusak.”
“Iya, maaf istri cantikku. Sebenarnya aku tidak ingin bermalam dengan wanita lain atau sampai punya anak darinya. Kenapa kamu tidak melahirkan anak kita sendiri saja.” Ucap tuan Agung sambil membelai rambut Wardani.
Dengan wajah kesal Wardani membalikkan badannya menatap tuan Agung.
“Tidak, aku tidak ingin badanku rusak. Apa tadi kamu bilang, tidak suka bermalam dengan wanita lain. Omong kosong. Aku sering melihat kamu bermesraan dengan banyak wanita muda di luar sana.
Tapi aku tidak perduli, yang penting kamu dan duit kamu itu semuanya milik aku dan yang jelas aku tidak ingin melahirkan, nanti badanku bisa rusak dan wajahku bisa jelek. Sedangkan aku begini saja kamu masih bisa punya banyak wanita lain, apa lagi aku nanti…tidak bisa kubayangkan.” Dengan tegang Wardani berkata dan menghayal yang tidak tidak.
Tuan Agung memegang dagu Wardani dan mencium sang istri yang kala itu sedang kesal.
“Wanita yang menggodaku, hanya butuh uang aku saja. Jika mereka butuh uang, aku juga akan memanfaatkan mereka. Yang penting aku akan tetap cinta kamu.”
...Bersambung.....
...Hai.... Kakak, Season 2 nya sudah hadir kembali Kak ...
...Dengan judul " Cinta Masa Kecil Presdir Cantik" ...
...Silahkan mampir untuk memberikan komentar baik agar aku bisa mengoreksi kesalahan ku. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Siti Mas Ulah Ulah
dua 2nya,otakx pd g bener,g suami g istri podo ae,🤦♀️
2022-12-01
1
Ayveromay Nindhea Borhot
cinta apaan tuh
2022-07-16
0
Mustika Ayu
suami istri sama sama sinting
2022-04-04
1