Tanda merah

Part 14

______

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam membisu. Tuan Agung merasa kesal atas perilaku Marsya yang kala itu sedikit genit dengan pria lain.

Sedangkan Marsya senyum-senyum sambil menghayal tentang anak dari tuan Hans yaitu tuan muda Alexdian yang begitu tampan dan sangat lembut perlakuannya.

Sampailah mereka kembali ke rumah.

“Sayang!” sambut Wardani yang sudah pulang dari pemotretan.

“Wajah kamu kenapa suamiku! Kenapa cemberut seperti ini?” Wardani sambil membelai wajah suaminya yaitu tuan Agung.

“Lagi gerah! Sebaiknya saya ganti baju dulu.” Tandas tuan Agung dengan wajah yang kurang enak dilihat.

“La la la la!” Marsya berdendang merasa senang sambil berjalan dan memutar-mutar tali tasnya masuk kedalam rumah.

Wardani bingung, ada apa suami dan Marsya. Wardani kemudian berjalan mengikuti Marsya kemudian menarik tangan Marsya.

“Marsya!” Wardani menatap Marsya dengan wajah yang serius.

“Hem!” Marsya terhenti sambil menoleh dan melihat Wardani.

“Ada apa nona.” Marsya bingung.

“Kenapa dengan suami saya yang tiba-tiba berubah seperti itu ke saya.” Wardani bertanya dengan nada yang pelan dan menatap wajah Marsya.

“Oh! Tadi katanya tuan Agung sedang tidak enak badan, jadi kami pulang. Coba nona tanya sendiri ke tuan, siapa tahu sakitnya parah.”Marsya memberitahu dengan wajah polosnya.

“Sakit?” Wardani bingung kemudian berjalan meninggalkan Marsya yang kala itu hatinya masih berbunga-bunga memikirkan tuan muda Alexdian.

“Sudah nanya, bukan bilang terimakasih.” Gumam Syahri sambil berjalan kembali menuju kamarnya.

Wardani dengan sedikit takut mendekati tuan Agung, yang berada di dalam kamar. Sedangkan tuan Agung sedang melepaskan pakaiannya.

“Suamiku katanya kamu sakit.” Wardani datang dan membantu tuan Agung melepaskan jas dan pakaian yang di kenakan tuan Agung.

Wardani menyambung perkataannya kembali sambil memeluk tubuh tuan Agung dari belakang. “Apakah sakit kamu parah hingga sikap kamu sedikit dingin pada istri yang mencintai kamu dengan tulus.”

Tuan Agung hanya diam, kemudian berbalik badan dan membalikkan tubuh Wardani.

“Sayang kamu sedang sakit tapi tangan kamu nakal ya.” Wardani tersenyum ketika tuan Agung tanpa mengucapkan satu patah katapun, tapi tangannya membuka kancing baju belakang istrinya.

“Sakit aku sudah sembuh melihat kau sedang..” Tuan Agung terhenti. Ia membesarkan kedua bola matanya, ketika ia melihat ada beberapa tanda merah yang melekat di bagian tubuh Wardani.

“Apa yang kamu lakukan.” Bentak tuan Agung memutar badan Wardani hingga wajah Wardani menghadap tuan Agung.

“Aku aku! Maksud kamu apa bertanya seperti itu.” Wardani gugup dan bertanya kembali ke suaminya tuan Agung.

“Jika kamu tidak menyadari dan mengakui kesalahan kamu ini! Aku tidak akan tidur bersama kamu lagi mulai malam ini.” Tuan Agung beranjak pergi meninggalkan Wardani yang masih berada di dalam kamar.

Wardani masih bingung, kemudian ia berkaca.

“Ada apa di bagian tubuh belakang aku.” Wardani membalikkan badannya. Kemudian melihat ada beberapa tanda merah yang masih baru melekat di tubuh bagian belakangnya.

“Sialan Surya Handoko, aku sudah bilang bermain cantik tapi dia malah sengaja meninggalkan jejak.” Gumam Wardani sambil mengepal tangannya.

Sedangkan tuan Agung masih terus berjalan menuruni anak tangga dan menghentikan langkahnya di ruang tamu.

“Seberapa banyak pria yang tidur dengannya. Kenapa dia tidak bisa menjaga diri sebagai seorang istri. Kurang apa aku di matanya.” Gumam tuan Agung kemudian melangkahkan kaki dan duduk di sofa sambil menghidupkan pemantik rokok.

“Kenapa aku masih terbayang wajah tuan Alexdian ya? Mungkin karena dia sangat tampan.” Marsya berjalan ke arah dapur tanpa melihat ada tuan Agung yang sedang duduk sambil memperhatikan ia dari tadi.

“Gadis itu masih saja memikirkan orang lain di rumah aku dan di hadapanku.” Tuan Agung merasa kesal sambil menghisap rokok yang di pegang.

Tak lama kemudian Marsya keluar dari ruang dapur dengan membawa segelas air putih. Namun lagi-lagi ia tidak melihat tuan Agung, karena pikirannya masih memikirkan ketampanan dan senyuman tuan Alexdian.

Dengan wajah yang tersenyum Marsya terus berjalan menaiki anak tangga. Tuan Agung merasa kesal karena tidak di lihat dan di pandang oleh Marsya.

“Kamu masih tinggal di lingkungan rumah aku jadi jangan harap memikirkan pria lain.” Tuan Agung bangkit kemudian mematikan rokoknya dan berjalan perlahan mengikuti Marsya dari belakang.

Marsya masuk kedalam kamar, tuan Agung yang dari tadi mengikutinya pun masuk kemudian mengunci pintu dan mengagetkan Marsya.

“Apa yang tuan lakukan di sini.” Tanya Marsya dengan wajah yang panik.

“Apa yang aku lakukan kata kamu gadis kecil.” Tuan Agung berjalan mendekati Marsya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Tuan benar-benar sakit.” Marsya gugup dan berjalan mundur.

“Aku sakit karena kedua wanita yang tinggal di dalam rumah aku tidak memikirkan aku sama sekali.” Tuan Agung terus berjalan hingga Marsya terhenti di dinding kamar.

“Saya dari tadi melihat kamu memikirkan pria lain. Siapa pria itu.” tanya tuan Agung sambil memegang erat kedua tangan Marsya dan membuat Marsya sangat ketakutan.

“Maksud tuan apa? Apa tidak boleh saya memikirkan pria lain.” Ucap Marsya dengan wajah yang ketakutan dan menundukkan pandangannya.

“Kamu ini masih berstatus istri saya, hingga hutang kamu lunas baru kamu bukan istri saya lagi.” Tuan Agung menguatkan pegangannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Marsya.

“Tapi tuan tidak mencintai saya dan saya juga sedang bekerja untuk melunasi hutang-hutang yang saya pinjam.” Marsya gugup sambil meneteskan air mata.

“Selagi belum dibayar kamu tidak boleh membantah saya.” Tuan Agung menarik Marsya dan mencapakkannya di atas ranjang.

“Tuan, tapi tuan berjanji tidak akan melakukan apa pun ke saya. Karena tuan sangat mencintai nona Wardani.” Tubuh Marsya bergetar dan perlahan menjauhi tuan Agung.

“Jangan kamu sebut nama wanita itu di hadapanku.” Tuan Agung terlalu emosi dan menyobek bagian bawah baju tidur piyama Marsya.

“Akh! Tuan sadarlah, anda benar-benar sakit dan membuat saya sangat takut.” Marsya ketakutan ia duduk di atas ranjang sambil menekuk kedua kaki dan menyembunyikan wajahnya.

“Kamu bilang saya sakit.” Tuan Agung menarik tangan yang menutupi wajah Marsya, hingga terlihat wajah Marsya yang begitu sangat ketakutan. Air mata yang berlinang membasahi wajahnya.

Nangis dan tangannya sungguh dingin. Gumam tuan Agung di dalam hati ketika melihat wajah dan memegang tangan Marsya.

“Tuan jangan sakiti saya, saya mohon. Jika tuan membutuhkan saya untuk mengobati tuan, saya akan merawat tuan.” Marsya berbicara dengan gugup sambil menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya.

“Saya ingin istirahat, kamu tidurlah.” Tuan Agung membaringkan badannya di ranjang Marsya dengan berbalik badan.

Marsya hanya diam dan duduk sambil melihat tuan Agung yang sedang berbaring membelakanginya dia atas ranjang milik Marsya.

Apakah tadi aku sungguh kejam terhadapnya hingga membuat ia sangat ketakutan melihatku.

Gumam tuan Agung di dalam hati dan masih membuka matanya sambil mengingat wajah Marsya tadi.

“Tidak boleh tertidur, tidak boleh.” Gumam Marsya menahan kantuknya sambil duduk di atas ranjangnya.

Tak lama kemudian tuan Agung berbalik badan, ia melihat Marsya yang sedang tertidur dengan posisi duduk. Tuan Agung bangkit dan menarik Marsya agar tidur di sampingnya.

“Tidak bagus menahan tidur seperti ini.” Tuan Agung menarik tangan Marsya dan mengajaknya tidur di sisinya.

“Tuan tidur saja.” Marsya terkejut dan spontan menepis tangan tuan Agung.

“Apa sebegitu mengerikannya saya hingga kamu menepis tangannya saya.” Tuan Agung tersenyum kemudian duduk dan memeluk Marsya.

“Tuan!” Marsya membesarkan kedua matanya.

Deg!

Deg!

“Suara jantung kamu begitu jelas, apa yang kamu pikirkan saat ini.” Tanya tuan Agung yang memeluknya.

“Hem!” Marsya menggelengkan kepalanya kemudian melepaskan pelukan tuan Agung.

“Kamu tidak ingin di peluk pria tampan? Kalau gitu sekarang kamu tidur ya.” Tuan Agung melepaskan pelukannya dan berbaring.

Marsya hanya diam sambil memandang wajah tuan Agung hingga sepuluh menit kemudian mata Marsya mulai mengajaknya tidur.

“Sepertinya tuan sudah terlelap, aku sangat mengantuk.” Marsya menarik selimut dan ikut merebahkan badannya di atas ranjang.

Marsya dan tuan Agung tidur bersama di dalam satu ranjang, tapi tidak melakukan hal apa pun.

Sedangkan Wardani tidak memikirkan perasaan tuan Agung sama sekali. Ia asik merawat diri dengan memakai masker dan tidur di atas ranjang tanpa di temani suaminya yaitu tuan Agung.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

wardani selingkuh protes. lah agung maen cewe nyantai. gimana toh ini

2022-05-18

0

Fatma Kodja

Fatma Kodja

kok tuan Agung tidak menyelidiki kelakuan Wardani, seorang CEO kaya istrinya selingkuh tapi masih mau menerimanya, mendingan Marsya yang masih lugu terus masih perawan lagi

2021-12-13

2

lihat semua
Episodes
1 Di Rumah Sakit
2 Pertemuan.
3 Berdebat dengan Ayah.
4 Syarat
5 Merubah penampilan.
6 Rumah baru.
7 Terpaksa menikah.
8 Aku bukan istrimu.
9 Siapa pembunuh ibuku
10 Sopan santun hari ini hilang.
11 Minta jatah.
12 Tertangkap
13 Gantengnya.
14 Tanda merah
15 Wardani pergi ke Bali.
16 Suara apa itu tuan?
17 Wardani ketahuan selingkuh
18 Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19 Marsya di dorong.
20 Selang oksigen Marsya di gunting.
21 TPU
22 Tuan Agung memang hebat.
23 Jumpa Fans
24 Tisu berserakan.
25 Saya Masih perjaka bukan perawan
26 Telepon dari siapakah itu?
27 Apartemen Surya di kota S
28 Rumah Sakit kota S
29 Demi bunga mawar merah muda.
30 Flashback
31 Ukuran tidak menjamin.
32 Kalau begitu ceraikan dia.
33 Ada bidadari di Vila
34 Lemas.
35 Di Hotel
36 Bandara.
37 Gedung Putih
38 Kamu memang lemah
39 Berbelanja.
40 Salah membangunkan
41 PT.Jaya.
42 Kabur dari sel tahanan.
43 Burung yang tidak bersayap.
44 Pikiran Marsya.
45 Baju gaun sexy.
46 Di dalam kamar.
47 Luar biasa
48 Toko perhiasan.
49 Wardani menyerahkan diri.
50 Dalam kamar.
51 Amplop yang sama datang.
52 Linglung di buat surat.
53 Keras kepala.
54 Jangan pergi tanpa pesan.
55 Akhirnya Tarjok menikah.
56 Kopi penambah stamina.
57 Wisata Alam.
58 Tidak mungkin.
59 Jangan Buat Nona bersedih
60 Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61 3 bulan telah berlalu.
62 Hasil USG.
63 Hati menjadi gusar.
64 Telepon nomor Luar.
65 Ronde yang tertunda.
66 Marsya melahirkan.
67 Rutan Khusus Perempuan (Tamat)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Di Rumah Sakit
2
Pertemuan.
3
Berdebat dengan Ayah.
4
Syarat
5
Merubah penampilan.
6
Rumah baru.
7
Terpaksa menikah.
8
Aku bukan istrimu.
9
Siapa pembunuh ibuku
10
Sopan santun hari ini hilang.
11
Minta jatah.
12
Tertangkap
13
Gantengnya.
14
Tanda merah
15
Wardani pergi ke Bali.
16
Suara apa itu tuan?
17
Wardani ketahuan selingkuh
18
Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19
Marsya di dorong.
20
Selang oksigen Marsya di gunting.
21
TPU
22
Tuan Agung memang hebat.
23
Jumpa Fans
24
Tisu berserakan.
25
Saya Masih perjaka bukan perawan
26
Telepon dari siapakah itu?
27
Apartemen Surya di kota S
28
Rumah Sakit kota S
29
Demi bunga mawar merah muda.
30
Flashback
31
Ukuran tidak menjamin.
32
Kalau begitu ceraikan dia.
33
Ada bidadari di Vila
34
Lemas.
35
Di Hotel
36
Bandara.
37
Gedung Putih
38
Kamu memang lemah
39
Berbelanja.
40
Salah membangunkan
41
PT.Jaya.
42
Kabur dari sel tahanan.
43
Burung yang tidak bersayap.
44
Pikiran Marsya.
45
Baju gaun sexy.
46
Di dalam kamar.
47
Luar biasa
48
Toko perhiasan.
49
Wardani menyerahkan diri.
50
Dalam kamar.
51
Amplop yang sama datang.
52
Linglung di buat surat.
53
Keras kepala.
54
Jangan pergi tanpa pesan.
55
Akhirnya Tarjok menikah.
56
Kopi penambah stamina.
57
Wisata Alam.
58
Tidak mungkin.
59
Jangan Buat Nona bersedih
60
Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61
3 bulan telah berlalu.
62
Hasil USG.
63
Hati menjadi gusar.
64
Telepon nomor Luar.
65
Ronde yang tertunda.
66
Marsya melahirkan.
67
Rutan Khusus Perempuan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!