Wardani ketahuan selingkuh

Part 17

_______

Tuan Agung mendobrak pintu kamar Wardani.

Brakk!

“Haa!” Wardani dan Surya terkejut secara bersamaan.

Ternyata seorang istri sedang beradu kasih dengan pria lain di atas ranjang tanpa terbalut satu helai benang yang melekat di badan mereka.

Wajah Wardani tampak pucat, sedangkan Surya hanya menyeringai kemudian beranjak memakai celana.

“Tuan, mereka sedang ngapain.” Teriak Marsya sambil menutup kedua matanya dengan tangannya.

“Tidak perlu kamu tutup mata, sebaiknya kamu melihat ini agar kamu bisa mencontohnya dengan baik.” Tuan Agung menarik kedua tangan Marsya yang sedang menutup mata.

“Tidak tuan, saya tidak ingin berdosa melihat orang tidak memakai baju.” Ucap Marsya yang masih menutup kedua matanya.

Sedangkan Wardani dan Surya hanya terdiam dan duduk di atas ranjang.

“Kamu yang masih kecil saja tahu dosa. Tapi kenapa seorang yang lebih tinggi statusnya dari kamu dan anggun tidak memikirkan dosa sama sekali.” Tuan Agung beranjak melangkahkan kakinya mendekati Wardani.

“Maksud kamu apa?” teriak Wardani dengan membalut selimut di tubuhnya.

“Maksud saya, saya sudah melihat sebuah dosa yang dulu pernah saya buat.” Tuan Agung mendekati ranjang Wardani dan duduk di tepian ranjang.

“Kamu sudah tahu kalau kamu salah, jadi jika aku berbuat dengan demikian kenapa kamu sebegitu marah kepada saya.” Wardani membentak dengan mengerutkan keningnya.

“Tapi dosa kita jauh berbeda, saya hanya di temani minum dan menemani kemana saya bertugas. Saya tidak pernah berbagi ranjang atau berbagi tubuh saya dengan wanita lain.” Tuan Agung berucap dengan nada yang sedikit menekan.

“Tapi itu sama saja kamu selalu menduakan saya.” Bentak Wardani.

Marsya hanya terdiam melihat tuan Agung dan Wardani berdebat. Sedangkan Surya tersenyum seperti ia merasa senang melihat perkelahian antara suami dan istri.

“Sudahlah, jangan menutupi kelakuan kamu. Biarkanlah istri kamu menikmati kebebasan seperti yang kamu lakukan dengan wanita lain.” Surya berkata dengan wajah yang tersenyum jahat.

Tuan Agung melangkahkan kaki mendekati Surya sambil melayangkan pukulan.

“Bam!”

Tuan Agung memukul wajah Surya sambil berkata.

“Kamu jangan ikut campur, jika kamu menginginkan istriku ambil dan nikmati hingga kamu muak.” Ucap tuan Agung sambil mengepal tangannya.

Marsya syok dan berlari memegang tangan tuan Agung.

“Tuan saya takut, saya mohon jangan ada kekerasan di hadapan saya.” Marsya sambil menangis dan memohon.

Tuan Agung tertegun dan menatap wajah gelisah dan ketakutan yang terlihat dari wajah Marsya. Tuan Agung menarik nafas dan berbalik badan.

“Aku akan memberikan kamu kebebasan, aku juga akan memberi kamu hak harta atas bekas istri. Saya juga akan segera dan secepatnya mengurus surat perpisahan kita.” Tuan Agung beranjak dan berjalan menuju pintu kamar.

Ketika ingin membuka pintu kamar, tiba-tiba Wardani berlari dan menarik tangan tuan Agung dari belakang.

“Aku tidak ingin berpisah dengan kamu, aku ingin tetap bersama kamu.” Wardani meneteskan air mata dengan wajah yang memelas.

“Lepaskan tangan kotor kamu, saya tahu kamu malu jika semua orang tahu kita berpisah karena kamu ketahuan selingkuh. Tapi kamu tenang saja, jika awak media menyalahkan kamu, salahkan saja saya. Bilang kepada mereka semua kalau saya berselingkuh dengan banyak wanita lain dan membuat kamu tidak betah menjadi istri saya lagi.” Sahut tuan Agung sambil menepis tangan Wardani dan berjalan keluar dari kamar Wardani.

“Tidak, aku sayang sama kamu.” Wardani memegang kaki tuan Agung hingga tuan Agung berhenti.

“Tuan! nona Wardani.” Marsya bingung harus berbuat apa, ia pun kasihan melihat Wardani.

“Tidak perlu memberi kasihan terhadap orang lain, jika hanya sekali saja melakukan kesalahan tidak mengapa kita maafkan. Tapi jika seseorang melakukan kesalahan secara terus menerus dan berbohong. Untuk seterusnya dia akan terus seperti itu dan satu lagi, itu bukan khilaf tapi itu semua kemauan dari dasar hati.” Sahut tuan Agung sambil melepaskan tangan Wardani.

“Marsya ayo kita tinggalkan tempat kotor ini.” Tuan Agung menarik tangan Marsya. Marsya tidak bisa bilang apa pun, ia hanya mengikuti tuan Agung sambil melirik nona Wardani.

Akhirnya tuan Agung dan Marsya meninggalkan Villa Wardani. Sedangkan Wardani masih terduduk di lantai dengan mengepalkan tangannya.

“Sayang, kamu kenapa bersedih.” Surya memegang bahu Wardani dari belakang.

“Sialan, jika kita tidak ketahuan seperti ini. Aku pasti akan mendapatkan seluruh harta Agung dari anak wanita itu.” ucap Wardani sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Sekarang kamu juga sudah mendapatkan sebagian harta kamu, jadi kenapa kamu terus bersedih.” Surya jongkok dan menatap wajah Wardani.

“Tapi itu hanya sebagian.” Bentak Wardani.

“Sudah sayang, mari kita lanjutkan lagi yang terhenti. Tidak perlu kamu memikirkan orang yang tidak berguna seperti itu. aku juga punya usaha, meskipun aku belum sekaya dia.” Surya menggendong Wardani dan membawanya ke dalam kamar.

Mereka pun beradu kasih dan melanjutkan apa yang tertunda.

Sedangkan tuan Agung dan Marsya. Mereka menuju Villa milik tuan Agung sendiri, Villa yang jauh lebih besar dan mewah. Sesampainya di depan halaman Villa tersebut, Marsya terperanjat melihat kanan dan kiri.

“Tuan ini rumah siapa?” tanya Marsya sambil mencolek tangan tuan Agung.

“Ini namanya Villa, suatu hari saya akan memberikan kamu Villa sesuai yang kamu mau seperti wanita yang mengkhianati saya.” Sambung tuan Agung berjalan menuju Villa.

“Saya tidak perlu yang berlebihan tuan, tinggal bersama tuan saja saya sudah merasa nyaman.” Jawab polos Marsya sambil melihat kanan dan kiri dalam Villa tuan Agung.

Mendengar perkataan itu, tuan Agung tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.

Bruk!

Marsya yang terus berjalan di belakang tuan Agung, tiba-tiba terhenti dan menabrak tubuh tuan Agung.

“Aduh! Kenapa tuan tiba-tiba berhenti.” Marsya berucap sambil mundur ke belakang.

“Kamu tidak perlu berjanji yang terlalu berlebihan seperti itu. Jika suatu saat kamu juga akan meninggalkan saya.” Ucap tuan Agung dengan wajah yang di tekuk.

“Tuan!” ucap Marsya sambil memalingkan wajahnya.

“Sudah, mari nikmati indahnya pulai dewata ini selama beberapa hari.” Ucap tuan Agung sambil melangkahkan kakinya menuju kamar.

“Tuan, kamar saya dimana?” tanya Marsya yang bingung.

“Satu kamar dengan saya saja mau?” tuan Agung menarik tangan Marsya.

“Tidak tuan, saya tidur di sofa saja.” Marsya berbalik badan menuju ruang tamu.

“Tidak perlu malu, tidur di kamar saya saja.” Tuan Agung menarik tangan Marsya kemudian menggendong Marsya naik keranjang.

“Tuan mau apa?” tanya Marsya sambil menatap wajah tuan Agung.

“Ingin meluapkan amarah saya ke kamu.” ucap tuan Agung sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Marsya.

“Tuan tidak boleh seperti itu, saya bukan boneka tuan.” Marsya memejamkan mata dan memalingkan wajahnya.

“Aku tidak akan melakukan apa pun ke kamu.” tuan Agung mengecup kening Marsya.

Sedangkan Marsya hanya memejamkan mata dengan wajah yang gugup.

Deg!

Deg!

Suara jantung Marsya berdetak hebat, Marsya membuka matanya perlahan.

“Tuan, apa tuan sudah pergi.” Ucap Marsya sambil perlahan membuka mata dan ternyata tuan Agung masih memandangi wajah Marsya.

“Kamu pasti mikirin hal aneh lagi. Sudah jangan mikirin hal aneh lagi, saya akan membawa kamu berkeliling ke seluruh tempat yang indah di sini.” Ucap tuan Agung sambil berdiri.

“Benar tuan.” Tanya Marsya dengan wajah polos.

“Iya, dan saya akan membawa kamu ke tempat makan yang paling enak di sini. Sambil memandangi laut malam dari jendela.” Tuan Agung menganggukan kepalanya.

“Baik tuan, mari kita pergi sekarang.” Dengan semangat Marsya beranjak dari ranjang dan menarik tangan tuan Agung.

"Kamu sungguh lugu dan lucu Marsya." Gumam tuan Agung yang tersenyum sambil melihat genggaman tangan Marsya.

“Tuan bilang saya lucu.” Marsya tiba-tiba terhenti berbalik badan dan bertanya dengan wajah yang cukup dekat dengan wajah tuan Agung.

“Kamu ternyata terlalu pede, mungkin kamu salah dengar.” Sahut tuan Agung yang berjalan meninggalkan Marsya yang kala itu berharap jawaban jujur dari tuan Agung.

“Benar juga, mungkin aku terlalu pede untuk hal cantik.” Ucap Marsya kemudian berlari mengejar tuan Agung.

****

Restoran Seafood

“Tuan rame sekali disini, emang ini tempat makan apa?” tanya Marsya sambil melihat kanan dan kiri.

“Ini tempat makan sepuas kamu dari bahan olahan Seafood.” Sahut tuan Agung dengan menggandeng tangan Marsya.

Tuan Agung dan Marsya memilih tempat duduk di tepi pantai, yang di temani udara dingin dan ombak laut malam yang sedang kejar-kejaran.

Marsya yang baru kali itu pergi ke pantai merasa senang. Sambil menunggu sajian makanan datang, ia berlari ke tepian pantai untuk memperkenalkan kakinya dengan ombak laut yang terhempas ke tepian darat.

Tuan Agung hanya tersenyum melihat tingkah Marsya yang seperti anak kecil. Tuan Agung mendekati Marsya sambil berkata.

“Apa hal seperti ini sudah membuat kamu senang?” tanya tuan Agung yang berdiri di samping Marsya.

“Hem!” Marsya hanya mengangguk sambil tersenyum, sedangkan mata tertuju kearah gelombang pantai yang begitu berirama.

“Apa kamu tidak pernah berpergian kemanapun dengan keluarga kamu.” tanya tuan Agung dengan wajah datar.

“Tidak tuan, saya hanya orang miskin. Saya hanya tahu membantu ibu dan mencari uang, sedangkan ayah saya hanya seorang penyiksa dan menghabiskan uang.” Jawab Marsya mengenang almarhum kedua orang tuanya.

“Saya akan membayar kebahagian kamu yang pernah hilang. Dan sekarang mari kita balik ke meja, saya sudah merasa lapar.” Tuan Agung berbalik dan melangkahkan kakinya berjalan menuju tempat yang mereka pesan.

Sepuluh menit kemudian, datang seorang pelayan dengan membawa beberapa makanan yang di olah dengan bahan dasar Seafood dan satu minuman biar dan dua air kelapa muda.

“Tuan seperti nya makanan ini lezat.” Marsya menatap terus makanan yang ada di depannya.

“Sudah jangan di tatap, mari kita makan.” Tuan Agung mempersilahkan makan.

Ketika mereka sedang asik menyantap makanan yang lezat, tiba-tiba datang lah seorang wanita dari belakang dengan berkata.

“Oh, jadi gini kelakuan suami saya di luar. Katanya pergi untuk urusan bisnis, rupanya malah bersenang-senang dengan wanita lain.” Ucap wanita tersebut.

Merasa kurang nyaman dengan perkataan wanita itu, tuan Agung dan Marsya berbalik badan melihat siapa wanita itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Shiinta MahaRanii Miinoz

Shiinta MahaRanii Miinoz

paling malas baca komen yg peran cewe nya terlampau paok...

2022-04-17

0

Fatma Kodja

Fatma Kodja

akhirnya Marsya menjadi istri satunya, meskipun nikah hanya sebuah perjanjian, itu masih baik daripada nikah secara sah tapi nyatanya hanyalah seorang pelacur, Wardani tunggulah kehancuranmu

2021-12-13

5

Ana Yulia

Ana Yulia

like thor 👍

2021-12-01

0

lihat semua
Episodes
1 Di Rumah Sakit
2 Pertemuan.
3 Berdebat dengan Ayah.
4 Syarat
5 Merubah penampilan.
6 Rumah baru.
7 Terpaksa menikah.
8 Aku bukan istrimu.
9 Siapa pembunuh ibuku
10 Sopan santun hari ini hilang.
11 Minta jatah.
12 Tertangkap
13 Gantengnya.
14 Tanda merah
15 Wardani pergi ke Bali.
16 Suara apa itu tuan?
17 Wardani ketahuan selingkuh
18 Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19 Marsya di dorong.
20 Selang oksigen Marsya di gunting.
21 TPU
22 Tuan Agung memang hebat.
23 Jumpa Fans
24 Tisu berserakan.
25 Saya Masih perjaka bukan perawan
26 Telepon dari siapakah itu?
27 Apartemen Surya di kota S
28 Rumah Sakit kota S
29 Demi bunga mawar merah muda.
30 Flashback
31 Ukuran tidak menjamin.
32 Kalau begitu ceraikan dia.
33 Ada bidadari di Vila
34 Lemas.
35 Di Hotel
36 Bandara.
37 Gedung Putih
38 Kamu memang lemah
39 Berbelanja.
40 Salah membangunkan
41 PT.Jaya.
42 Kabur dari sel tahanan.
43 Burung yang tidak bersayap.
44 Pikiran Marsya.
45 Baju gaun sexy.
46 Di dalam kamar.
47 Luar biasa
48 Toko perhiasan.
49 Wardani menyerahkan diri.
50 Dalam kamar.
51 Amplop yang sama datang.
52 Linglung di buat surat.
53 Keras kepala.
54 Jangan pergi tanpa pesan.
55 Akhirnya Tarjok menikah.
56 Kopi penambah stamina.
57 Wisata Alam.
58 Tidak mungkin.
59 Jangan Buat Nona bersedih
60 Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61 3 bulan telah berlalu.
62 Hasil USG.
63 Hati menjadi gusar.
64 Telepon nomor Luar.
65 Ronde yang tertunda.
66 Marsya melahirkan.
67 Rutan Khusus Perempuan (Tamat)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Di Rumah Sakit
2
Pertemuan.
3
Berdebat dengan Ayah.
4
Syarat
5
Merubah penampilan.
6
Rumah baru.
7
Terpaksa menikah.
8
Aku bukan istrimu.
9
Siapa pembunuh ibuku
10
Sopan santun hari ini hilang.
11
Minta jatah.
12
Tertangkap
13
Gantengnya.
14
Tanda merah
15
Wardani pergi ke Bali.
16
Suara apa itu tuan?
17
Wardani ketahuan selingkuh
18
Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19
Marsya di dorong.
20
Selang oksigen Marsya di gunting.
21
TPU
22
Tuan Agung memang hebat.
23
Jumpa Fans
24
Tisu berserakan.
25
Saya Masih perjaka bukan perawan
26
Telepon dari siapakah itu?
27
Apartemen Surya di kota S
28
Rumah Sakit kota S
29
Demi bunga mawar merah muda.
30
Flashback
31
Ukuran tidak menjamin.
32
Kalau begitu ceraikan dia.
33
Ada bidadari di Vila
34
Lemas.
35
Di Hotel
36
Bandara.
37
Gedung Putih
38
Kamu memang lemah
39
Berbelanja.
40
Salah membangunkan
41
PT.Jaya.
42
Kabur dari sel tahanan.
43
Burung yang tidak bersayap.
44
Pikiran Marsya.
45
Baju gaun sexy.
46
Di dalam kamar.
47
Luar biasa
48
Toko perhiasan.
49
Wardani menyerahkan diri.
50
Dalam kamar.
51
Amplop yang sama datang.
52
Linglung di buat surat.
53
Keras kepala.
54
Jangan pergi tanpa pesan.
55
Akhirnya Tarjok menikah.
56
Kopi penambah stamina.
57
Wisata Alam.
58
Tidak mungkin.
59
Jangan Buat Nona bersedih
60
Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61
3 bulan telah berlalu.
62
Hasil USG.
63
Hati menjadi gusar.
64
Telepon nomor Luar.
65
Ronde yang tertunda.
66
Marsya melahirkan.
67
Rutan Khusus Perempuan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!