Part 10
______
Tap!
Tap!
Tuan Agung, Marsya dan Wardani pun sampai ke rumah. Marsya masih saja diam tidak mau berbicara. Ia jalan duluan meninggalkan mereka yang masih berdiri di samping mobil.
“Wardani! Nanti kamu tolong kasih pengertian ke Marsya, agar dia bisa mengerti.” Ucap tuan Agung yang kala itu sangat serius.
“Iya suamiku, kamu tenang aja yah!” kemudian Wardani meninggalkan tuan Agung yang masih diluar bersama para penjaganya.
“Ada apa dengan Agung! Kenapa dia menjadi sangat peduli dengan Marsya? Tapi ya sudahlah, mungkin hanya sekedar kasihan.” Gumam Wardani sambil berjalan menuju rumah.
“Sudah kamu telepon siapa saja yang menjaga rumah ibunya Marsya.” Tanya tuan Agung yang masih berdiri di halaman luar rumah.
“Sudah tuan! Sebentar lagi mereka sampai.” Sahut Tarjok.
“Jika mereka sudah sampai, tolong kamu bilang ke mereka agar menemui saya di dalam ruangan kerja saya.” Perintah tuan Agung. Kemudian berbalik badan dan masuk kedalam rumah. Setibanya di dalam rumah ia mendengar suara teriakan Marsya.
“Kalian semua itu jahat! Menjaga ibu saya saja tidak becus. Jika ibu saya sudah tidak ada lagi, saya ingin perjanjian ini di batalkan.” Teriak Marsya.
Wardani yang sedari tadi mendengar teriakan dari Marsya pun terpancing emosi dan membuat iya mengayunkan tangannya. Namun dengan sigap tuan Agung memegang tangan Wardani yang hendak menampar wajah Marsya.
“Istriku Wardani, bersabarlah jangan seperti ini kasih dia. Sekarang aku mau ke ruang kerja, jika mereka sudah datang, suruh mereka semua menghadap saya termasuk Febby.” Ucap tuan Agung kemudian melepaskan tangan Wardani. Dan berjalan menuju ruang kerja nya.
“Baik suamiku.” Sahut Wardani.
Wardani pun berusaha tenang sambil berjalan perlahan duduk di sofa. Kemudian Wardani menarik nafasnya panjang, berusaha untuk menahan amarahnya.
“Marsya sini duduk dekat saya.” Ucap Wardani dengan tenang.
“Tidak mau!” ketus Marsya.
“Marsya! Suami saya sedang berusaha menyelidikinya, jadi kamu jangan kuatir ya. Nanti setelah mereka semua di kumpulkan kita pasti tahu ciri-ciri dari pelaku penusukan ibu kamu.” Wardani berusaha menyakinkan Marsya.
“Benar nih!” ucap Marsya memalingkan wajahnya.
“Iya, saya serius, apa pernah saya berbohong kepada kamu. Dan jangan coba-coba berusaha kabur dari perjanjian kita, karena jika kamu kabur. Saya akan meminta kamu menggantinya sepuluh kali lipat.” Ucap Wardani menggertak Marsya.
“Tapi!” Jawab Marsya terputus.
“Nona! Ini dia penjaga yang berada di kediaman ibu Surtek.” Tarjok tiba-tiba muncul membawa tiga orang penjaga, satu pembantu dan satu asisten ibu Surtek yaitu Febby.
“Silahkan temui suami saya di dalam.” Sahut Wardani.
“Tunggu saya juga ikut.” Potong Marsya.
“Tapi nona!” ucap Tarjok bingung.
“Sudah biarkan saja dia masuk agar dia puas.” Seru Wardani.
“Baik!” ucap Tarjok kemudian berjalan menuju ruangan tuan Agung. Dan disusul dengan Marsya dan yang lainnya.
Sampailah Tarjok dan yang lain di depan ruang kerja tuan Agung. Dengan gugup Tarjok mengetuk pintu ruang kerja tuan Agung.
Tok!
Tok!
“Masuk saja!” sahut tuan Agung dari dalam.
Mereka pun masuk dengan gugupnya. Sedangkan Marsya merasa kesal dengan mereka sambil mengepalkan kedua tangannya mengikuti kedalam dan berdiri di samping tuan Agung.
“Marsya kenapa kamu ikut masuk!” tanya tuan Agung.
“Agar aku puas.” Jawab singkat Marsya.
“Baiklah! Agar kamu puaskan?” sahut tuan Agung.
Kemudian tuan Agung berdiri menghampiri ketiga penjaga rumah ibu Surtek.
“Tugas kalian apa?” tanya tuan Agung mendekati ketiga penjaga tersebut.
“Menjaga keamanan dan kenyamanan ibu dari nona Marsya.” Sahut mereka bertiga dengan serentak.
“Kalau kamu Febby dan kamu bi.” Tanya tuan Agung mendekati Febby dan bibi pembantu rumah tangga.
“Kalau saya menjaga gerak-gerik ibu Surtek tuan.” Jawab gugup Febby.
“Kalau saya mengurus pakaian dan rumah ibu Surtek tuan.” Sahut bibi pembantu.
“Hem!” tuan Agung menganggu kan kepalanya.
“Bagus! Cukup jelas bagi saya jawaban kalian.” Tuan Agung menyambung perkataannya.
“Lantas kenapa kalian tidak tahu siapa yang menyerang ibu saya.” Teriak Marsya.
“Saya..!” Febby berusaha membela diri.
“Tenang Marsya, tidak perlu terburu-buru. Kamu lihat saja dan dengarkan perkataan saya.” Putus tuan Agung berusaha membuat suasana tenang.
“Hem!” Marsya mengendus sambil memalingkan wajahnya.
“Jadi sewaktu ibu Surtek sedang di taman apa yang kamu lakukan Febby.” Tanya tuan Agung menatap tajam wajah Febby.
“Sa saya saat itu sedang berada di dalam tuan! Saya sedang menyusun perlengkapan dan obat-obatan ibu Surtek.” Sahut gugup Febby.
“Kalau kalian bertiga.” Tanya tuan Agung memalingkan dan menggeser tubuhnya dengan cepat ke arah para penjaga.
“Kalau saya, pundak saya di timpuk tuan.Cuman saya ingat, dia memakai jaket berwana biru gelap dan memakai masker.” Ucap penjaga gerbang.
“Kalau kalian berdua.” Tanya tuan Agung.
“Kalau kami sedang mengawasi dan berkeliling di belakang rumah tuan.” Sambung yang lain.
“Tarjok! Kamu sudah mendengar alasan mereka yang sangat lemah ini. Dan kamu sudah pasti tahu apa yang harus kamu lakukan. Berikan mereka masing-masing cek ini dan jangan terima lagi orang lemah seperti mereka semua.” Ucap tuan Agung sambil memberikan lima lembar cek kepada Tarjok.
“Tuan! Tapi tuan.” Febby memohon.
“Tarjok bawak mereka semua orang yang tidak berguna ini keluar dari rumah dan lingkungan tempat tinggal saya. Karena saya tidak ingin melihat manusia tidak berguna, bekerja di tempat saya.” Teriak tuan Agung dengan tegas.
“Nona Marsya saya mohon pertahankan saya.” Febby mengemis dan memohon kepada Marsya.
“Maaf! Ibu saya sudah tiada, jadi saya tidak bisa mempertahankan kamu.” Ucap Marsya kemudian meninggalkan ruangan kerja tuan Agung.
“Silahkan kalian pergi dari ruangan kerja saya.” Bentak tuan Agung.
“Tuan! Tuan!” teriak lima orang anak buah tuan Agung dengan bersamaan.
Setelah semua ketegangan yang terjadi tuan Agung duduk di kursi kerajaannya. Sambil berfikir.
“Kasihan sekali ibunya Marsya! Saya harus segera menangkap pelakunya.”
“Sayang!” Wardani mengintip kemudian masuk kedalam ruangan tuan Agung.
“Sayang! Apa kamu yakin memecat mereka semua.” Tanya Wardani dengan berani.
“Iya! Seseorang yang sudah menerima upah yang cukup besar, dia harus profesional dalam bekerja. Jika kerja saja sudah tidak becus, ngapain lagi di pertahankan. Lagian masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan.” Jawab tuan Agung dengan santainya.
“Baiklah jika itu keputusan kamu suamiku tersayang.” Ucap Wardani sambil mendekati tuan Agung dan memijat bahunya.
Tok!
Tok!
“Masuk.” Sahut tuan Agung.
“Apa yang harus saya lakukan lagi tuan.” Tanya Tarjok.
“Telepon semua detektif dan suruh yang ahli dalam bidang Cctv untuk memeriksa siapa orangnya. Pasti rekaman itu masih tertinggal.” Perintah tuan Agung.
“Baik tuan! Segera saya laksanakan. Kalau begitu saya permisi” Sahut Tarjok kemudian membalikkan badannya dan pergi meninggalkan ruangan tuan Agung.
“Sayang! Apa kamu tidak terlalu berlebihan. Apa kamu mulai jatuh cinta kepada Marsya?” tanya Wardani yang curiga.
“Wardani! Istriku! Aku tidak mungkin jatuh cinta ke gadis kecil yang baru mekar semalam. Semua itu aku lakukan, karena aku ingat saat ibu aku meninggal dunia. Bagi aku seorang ibu adalah segalanya.” Sahut tuan Agung.
“Kamu memang suamiku yang terhebat.” Wardani berusaha memeluk tuan Agung.
“Ia! Kamu juga istri terhebat yang saya punya.” Sambung tuan Agung. Sambil membelai rambut Wardani.
“Tuan! Maaf saya mengganggu.” Tiba-tiba Marsya masuk.
“Marsya! Apa kamu tidak punya sopan santun.” Teriak Wardani.
“Punya! Tapi saat ini sudah hilang, ketika melihat kalian berdua bermesraan dan tidak peduli dengan kematian ibu saya.” Tandas Marsya yang salah paham.
“Marsya kamu salah paham.” Ucap Wardani.
“Kamu tenang saja! Semua itu akan beres dan kamu akan menerima hasilnya nanti.” Sambung tuan Agung dengan tegas.
“Apa bisa ucapan itu saya pegang!” seru Marsya sambil menatap wajah tuan Agung dengan tajam.
“Mari kesini, kamu mendekat ke saya!” ucap tuan Agung.
“Apa pun bisa saya perbuat dengan seluruh uang saya. Termasuk dunia ini juga bisa saya beli.” tuan Agung bangkit lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Marsya sambil berbisik.
“Baiklah! Saya yakin tuan bisa dan akan saya tunggu jawaban dari tuan.” Sambung Marsya lalu membalikkan badannya kemudian pergi meninggalkan tuan Agung bersama Wardani.
“Marsya! Kamu tidak sopan.” Teriak Wardani merasa kesal karena Marsya langsung pergi tanpa memberi salam.
“Maaf! Hari ini sopan santun saya sedang pergi.” Teriak Marsya yang tidak memperdulikan ucapan Wardani.
“Sudah sayang! Istriku mari duduk disini, jangan marah-marah nanti kerutan di wajah kamu bertambah.” Ucap tuan Agung sambil membelai wajah istrinya. Kemudian Wardani memeluk suaminya.
“Gadis itu sekarang cukup berani juga ya?” batin tuan Agung.
Sedangkan Marsya terus berjalan. Ia merasa kesal melihat tuan Agung dan Wardani yang sedang asik bercumbu.
“Dasar! Bisa-bisanya mereka berdua seperti itu. Awas jika mereka tidak menepati janjinya. Aku akan acak-acak wajah mereka yang sombong itu.” Gumam Marsya sambil berjalan lurus menuju kamarnya.
Braak!!
Marsya menutup kuat pintu kamarnya, kemudian ia berbaring dan memandangi foto dia bersama ibunya. Air mata nya pun perlahan mengalir.
“Ibu! Marsya janji akan menangkap siapa pelaku sebenarnya. Ibu sekarang yang tenang di sana ya?” ucap Marsya sambil memandangi foto sang ibu.
Karena ia merasa lelah dan sudah lelah menangis. Perlahan ia memejamkan matanya sambil memeluk foto sang ibu.
Ceklek!!
Tiba-tiba pintu kamar Marsya terbuka dan ada suara langkah kaki seorang pria yang berjalan menuju tempat tidur Marsya yang sedang tidur di atas kasur.
“Aku masih tidak habis pikir, kenapa Wardani memilih gadis yang baru mekar ini untuk menjadi calon ibu buat anak saya. Lihatlah tidur saja tidak becus.” Gumam Agung yang ternyata dia yang masuk dengan perlahan ke kamar Marsya. Lalu ia menyelimuti dan membuka sandal Marsya.
**Bersambung...
Terimakasih sudah mampir 😊**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
suami isteri memang serasi sma2 tukang selingkuh😂😂😂yg paling penting dua2 ngak rasa jijik😂😂😂
2024-08-04
0
Nurliana Saragih
Ini sebenarnya kehidupan yang kayak mana sih???
Sama2 saling selingkuh terus si Suami katanya sangat mencintai Istrinya?!
Istrinya cinta ,,,,,,,,,,???
Tapi kenapa masih cari kesenangan diluar???
Gila emang!!!
2022-04-20
1
Esa Aurelia
sabar ya Masya, kamu wanita yang kuat, kamu pasti bisa menghadapinya..
2022-01-17
0