Aku bukan istrimu.

Part 8

_______

“Huah! Badanku rasanya jauh lebih segar. Obat yang diberikan tuan Agung lumayan juga.” Ucap Marsya yang merenggangkan badannya sambil berdiri melihat dari kaca jendela apartemen.

“Sudah jam lima pagi! Sebaiknya aku mandi lalu menyiapkan sarapan. Kasihan tuan Agung jika terus makan masakan diluar.” Ucap Marsya sambil beranjak dari tempat tidurnya.

Tak lama kemudian setelah mandi, Marsya melangkahkan kakinya menuju dapur. Dia membuka semua tempat yang terletak di dapur.

“Ada telur, sosis, beras, daun selada dan yang lainnya! Aku harus masak apa ya?” ucap Syahri sambil menatap semua bahan yang ada di atas meja.

Beberapa menit kemudian masakannya pun selesai, tak lupa ia menyajikan teh hijau hangat buat tuan Agung.

“Semua sudah siap! Nasi goreng udang, ada sosisnya dan bahan lainya sudah siap.” Sambil mencium aroma masakannya.

“Sebaiknya aku lihat tuan Agung dulu! Dia sudah bangun belum ya?” gumam Marsya. Kemudian ia pun melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dimana tuan Agung tadi perasaan tidur di atas sofa.

Sesampainya di depan sofa Marsya bingung, matanya tertuju ke sofa dimana tuan Agung tidur tadi. Tapi yang dilihat dia hanya selimut dan bantal yang berserakan.

“Kemana tuan Agung! Perasaan tadi dia masih tidur disini.” Gumam Marsya sambil mendekatkan dirinya berjalan ke sofa.

“Tuan! Tuan.” Dengan polosnya Marsya mencari tuan Agung di balik kursi sofa, dan mengangkat selimut. Lalu merapihkan nya agar kelihatan bersih.

“Ada apa kamu mencari saya.” Tiba-tiba tuan Agung muncul dari belakang Marsya dengan mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk.

“Eh! Eh!” Marsya yang kala itu lagi melipat selimut terkejut.

“Saya pikir tuan masih tidur!” jawab Marsya dengan senyuman.

“Bagaimana saya bisa tidur, kamu tadi bising sekali di dapur!” ketus tuan Agung.

“Maaf tuan! Saya tadi sedang masak, saya pikir lebih sehat kita makan masakan sendiri ketimbang makan dan membeli makanan dari luar.” Sahut Marsya dengan sedikit gugup.

“Saya ini banyak uang, jadi saya tahu dimana tempat makanan yang bagus dan sehat. Apa saja bisa saya beli.” Ucap tuan Agung dengan nada tinggi.

“Kalau begitu saya permisi dulu tuan! Saya akan makan masakan saya sendiri saja.” Ucap Marsya lalu berjalan menuju dapur dengan wajah yang tertunduk lesu.

“Dia pikir dia siapa? Berani menyuruh aku makan dengan masakan kampung.” Gumam tuan Agung sambil berjalan menuju ruang tamu. Kemudian ia menelepon seseorang.

Marsya mengintip dari bilik dapur, melihat tuan Agung sedang sibuk menelepon ia pun berbicara sendiri di hadapan masakan yang sudah di masaknya tadi.

“Aku pikir dia pria yang baik! Ternyata aku salah, dia memang benar-benar bukan pria yang baik. Dia hanya mementingkan diri dia sendiri! Coba lihat masakan yang aku masak, jadi sia-sia. Mentang-mentang punya banyak uang jadi bisa menyia-nyiakan makanan seperti….aumm!” Marsya terhenti bergumam sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Ayo kamu teruskan lagi mengupat di belakang saya.” Seru tuan Agung yang ternyata dari tadi sudah berdiri menatap Marsya.

“Tidak! Tidak! Saya tidak berbicara tentang tuan kok.” Ucap Marsya yang gugup kemudian berjalan sambil membawakan secangkir teh hijau.

“Aauuuww!!” ketika Marsya berjalan, ia tersandung kursi dan membuat teh nya tumpah di baju tuan Agung.

Plak!

“Apa-apaan kamu! Baju saya jadi kotor terkena tumpahan teh.” Tuan Agung marah sambil membersihkan baju yang terkena tumpahan tadi.

“Tuan! Saya tadi kesan..”

“Alah!” tuan Agung membalikkan badannya dan melangkahkan kaki menuju kamar untuk mengganti bajunya.

Ding dong!

“Siapa?” sahut Marsya yang lagi membersihkan bekas tumpahan tadi.

Maaf ya pembaca takut salah mengartikan bahasa luar! Sebaiknya kita pakai bahasa Indonesia saja ya.

“Ini pesanan tuan Agung.” Teriak seorang pengantar makanan dari luar pintu Apartemen.

Ceklek!!

“Nona ini bon nya dan ini pesanan tuan Agung.” Sambil memberi bon dan makanan.

“Terimakasih!” Marsya menundukkan kepalanya.

“Sudah datang! Kenapa tidak memanggil saya.” Ketus tuan Agung sambil berjalan menuju Marsya dan memberikan uang kepada pengantar makanan.

“Nah!” dengan wajah yang kecut Marsya memberi kotak makanan ke tangan tuan Agung lalu berbalik arah pergi ke sofa sambil menghidupkan televisi.

“Hei! apa begitu cara seorang istri memberikan makanan ke suaminya.” Teriak tuan Agung.

“Istri katanya.” Gumam Marsya yang semakin kesal.

“Saya bukan istri tuan. Saya adalah boneka untuk tuan, jadi jangan panggil saya dengan sebutan istri tuan.” Marsya menjawab dengan nada kesal.

Tuan Agung pun berjalan perlahan mendekati Marsya, lalu ia meletakkan kotak makanan tadi di atas meja dan duduk di samping Marsya.

“Kamu bilang apa tadi.” Tanya tuan Agung yang mendekatkan wajahnya ke Marsya.

“Saya bukan istri tuan. Sudah jelas!” Marsya mengulangi perkataannya dengan gugup karena tuan Agung begitu dekat dengannya.

Tuan Agung kemudian menarik dagu Marsya lalu berkata. “Coba kamu bilang sekali lagi!” dengan mulut yang sangat dekat dengan bibir Marsya.

“Tu tuan.. umm!” Marsya terhenti berbicara, karena tuan Agung tiba-tiba mencium bibirnya.

Marsya pun terkejut, karena takut tuan Agung melakukan hal yang lain. Ia langsung mendorong dada tuan Agung.

“Tuan! Apa yang anda lakukan, tapi anda sudah berjanji tidak mau macam-macam dengan saya.” Ucap Marsya sambil menggeser duduknya jauh dari tuan Agung.

“Untuk penyegar saya saja di pagi hari, lagian kamu itu kan istri saya.” Sahut tuan Agung dengan santainya lalu membuka makanan yang berisikan satu paket pizza dan yang lainnya.

“Sebaiknya aku diam saja! Tidak perlu berkata apa pun lagi.” Gumam Marsya pelan.

“Apa tadi kamu bilang.” Tanya tuan Agung sambil melahap makanannya.

“Tidak! Tidak ada kok.” Sambil melambaikan tangannya dengan wajah yang gugup.

“Ambil saja jika kamu mau.” Tuan Agung menggeser 'kan kotak yang berisikan makanan ke Marsya.

“Oh ya, kita tidak bisa lama-lama disini. Saya besok mau ada rapat penting, karena ada yang ingin mengajukan kerja sama. Jadi kamu setelah makan bereskan semua pakaian dan barang-barang yang kita bawa. Dan satu lagi, jangan beritahu istri saya nona Wardani jika kita mau pulang. Biar ini jadi kejutan buat dia.” Ucap tuan Agung sambil memberitahu.

“Baik!” Marsya hanya mengangguk.

Beberapa menit kemudian Marsya yang sedang merapihkan semua barang-barang yang dibawa oleh mereka lalu membawanya keluar ke ruang tamu.

“Loh! Tuan Agung kemana ya? Kenapa dia suka sekali menghilang.” Gumam Marsya sambil melihat ke kanan dan ke kiri.

“Sebaiknya aku tunggu di sofa saja, sambil menonton televisi.” Marsya melangkahkan kakinya kemudian menghidupkan televisi.

Beberapa jam sebelum kepulangan mereka ke Indonesia, ternyata tuan Agung pergi keluar dan menyempatkan diri membeli oleh-oleh buat istrinya dan Marsya.

“Wardani pasti senang melihat aku membawa oleh-oleh satu buah tas keluaran terbaru.” Gumam tuan Agung sambil membawa beberapa bungkusan belanjaan masuk kedalam Apartemen.

“Gadis ini, pasti dia ketiduran menunggu aku. Apakah dia sudah sembuh dari rasa sakit menstruasi itu.” Gumam tuan Agung pelan sambil perlahan menatapnya dari dekat.

Perlahan-lahan Marsya membuka matanya, ia terkejut melihat tuan Agung yang sedang menatap wajahnya sangat dekat. Tiba-tiba ia langsung loncat berdiri.

Plak!

“Aduuh!”

“Aduuh! Bisa tidak kalau tidak merusak suasana hati.” bentak tuan Agung sambil memegang kening yang kepentok dengan kening Marsya.

“Saya pikir tadi siapa tuan! Maaf.” Dengan wajah polos Marsya menjawab sambil memegang keningnya.

“Nah buat kamu!” Tuan Agung memberi beberapa bungkusan yang berisikan tas, baju dan sandal buat Marsya.

“Apa ini tuan.” Dengan wajah senang Marsya mengambil bungkusan dari tangan tuan Agung.

“Itu buat kamu dan ini buat istri saya! Kamu kan tidak pernah punya barang-barang dan baju yang bagus dan mahal. Jadi saya belikan itu untuk kamu.” Ucap tuan agung.

Seketika wajah Marsya berubah, ia meletakkan belanjaan dan pergi ke kamar.

“Terimakasih tuan! Anda sangat baik, tapi jika ingin memberi tidak perlu menghina saya.” Dengan nada rendah Marsya berbicara dan membalikkan badannya.

“Bukan itu maksud saya.” Teriak tuan Agung.

Waktu pun terus berjalan, hingga akhirnya mereka sudah balik Indonesia. sepanjang perjalanan wajah Marsya masih kelihatan kusut dan sampai rumah pun Marsya masih kelihatan kusut.

****

Ting tong!

Ceklek!!

“Tuan! Tuan kenapa cepat sekali pulangnya.” Tanya seorang pembantu dengan wajah yang tiba-tiba berubah.

“Ada apa? Apakah saya tidak boleh pulang cepat. Dan di depan itu mobil siapa bi?” tanya tuan Agung dengan rasa penuh penasaran.

Sedangkan Marsya hanya menerobos masuk, ketika melewati ruang tamu Marsya terkejut dan menjatuhkan barang yang di pegang nya.

“Nona!” Marsya tertegun.

Ketika mendengar suara yang dijatuhkan Marsya, tuan Agung langsung masuk dan berlari menuju ruang tamu. Ia pun hanya diam berdiri dan mematung.

“Sayang! Kamu kenapa cepat sekali pulangnya.” Tanya nona Wardani sambil berdiri dari tempat duduknya.

“Sayang, laki-laki yang di samping kamu itu siapa?” tanya tuan Agung.

“Di dia cuman rekan kerja saja.” Jawab Wardani sambil mencubit tangan seorang pria tinggi gagah dan maskulin.

“Iya tuan! Saya Surya Handoko.” Pria tersebut mengulurkan tangannya.

“Apa kamu bisa pergi dari rumah saya sekarang, sebelum saya berubah pikiran.” Ucap tuan Agung sambil mempersilahkan pria muda tersebut untuk keluar.

“Baik tuan! Saya permisi pulang dulu.” Kemudian Surya pun pulang dengan langkah santainya.

Tuan Agung hanya terdiam dan melihat istrinya Wardani. Tiba-tiba tatapannya terhenti di bawah telinga sang istri. Ia melihat ada tanda merah seperti bekas ******. Ia hanya menggenggam tangannya, kemudian berjalan melewati Marsya dan Wardani.

Ketika menaiki beberapa anak tangga, tuan Agung berhenti lalu berkata.

“Marsya kamu tidak perlu meniru seperti itu, jangan tiru yang tidak baik dan kamu silahkan masuk dan istirahatlah di dalam kamar mu.” Tegas tuan Agung kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat menaiki anak tangga.

“Kenapa kamu tidak mengabari saya.” Tanya nona Wardani sambil bergetak gigi.

“Tuan yang melarang karena ingin memberi nona sebuah kejutan.” Jawab Marsya dengan nada datar.

“Aaah!” Wardani berlari mengikuti suaminya tuan Agung.

“Sayang! Aku bisa jelaskan.” Teriak Wardani sambil berlari.

Bersambung..

Nama : Surya Handoko.

Terpopuler

Comments

Faizan Akram

Faizan Akram

kenapa yang jadi perusak rumah tangga nya taehyung

2023-06-20

0

Nayaka

Nayaka

kurang sreg sama nama tokohnya

2023-01-26

0

Damayanti Amir

Damayanti Amir

surya nya knp dia thorrrr jgn yg gemulai2 gitu

2022-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Di Rumah Sakit
2 Pertemuan.
3 Berdebat dengan Ayah.
4 Syarat
5 Merubah penampilan.
6 Rumah baru.
7 Terpaksa menikah.
8 Aku bukan istrimu.
9 Siapa pembunuh ibuku
10 Sopan santun hari ini hilang.
11 Minta jatah.
12 Tertangkap
13 Gantengnya.
14 Tanda merah
15 Wardani pergi ke Bali.
16 Suara apa itu tuan?
17 Wardani ketahuan selingkuh
18 Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19 Marsya di dorong.
20 Selang oksigen Marsya di gunting.
21 TPU
22 Tuan Agung memang hebat.
23 Jumpa Fans
24 Tisu berserakan.
25 Saya Masih perjaka bukan perawan
26 Telepon dari siapakah itu?
27 Apartemen Surya di kota S
28 Rumah Sakit kota S
29 Demi bunga mawar merah muda.
30 Flashback
31 Ukuran tidak menjamin.
32 Kalau begitu ceraikan dia.
33 Ada bidadari di Vila
34 Lemas.
35 Di Hotel
36 Bandara.
37 Gedung Putih
38 Kamu memang lemah
39 Berbelanja.
40 Salah membangunkan
41 PT.Jaya.
42 Kabur dari sel tahanan.
43 Burung yang tidak bersayap.
44 Pikiran Marsya.
45 Baju gaun sexy.
46 Di dalam kamar.
47 Luar biasa
48 Toko perhiasan.
49 Wardani menyerahkan diri.
50 Dalam kamar.
51 Amplop yang sama datang.
52 Linglung di buat surat.
53 Keras kepala.
54 Jangan pergi tanpa pesan.
55 Akhirnya Tarjok menikah.
56 Kopi penambah stamina.
57 Wisata Alam.
58 Tidak mungkin.
59 Jangan Buat Nona bersedih
60 Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61 3 bulan telah berlalu.
62 Hasil USG.
63 Hati menjadi gusar.
64 Telepon nomor Luar.
65 Ronde yang tertunda.
66 Marsya melahirkan.
67 Rutan Khusus Perempuan (Tamat)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Di Rumah Sakit
2
Pertemuan.
3
Berdebat dengan Ayah.
4
Syarat
5
Merubah penampilan.
6
Rumah baru.
7
Terpaksa menikah.
8
Aku bukan istrimu.
9
Siapa pembunuh ibuku
10
Sopan santun hari ini hilang.
11
Minta jatah.
12
Tertangkap
13
Gantengnya.
14
Tanda merah
15
Wardani pergi ke Bali.
16
Suara apa itu tuan?
17
Wardani ketahuan selingkuh
18
Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19
Marsya di dorong.
20
Selang oksigen Marsya di gunting.
21
TPU
22
Tuan Agung memang hebat.
23
Jumpa Fans
24
Tisu berserakan.
25
Saya Masih perjaka bukan perawan
26
Telepon dari siapakah itu?
27
Apartemen Surya di kota S
28
Rumah Sakit kota S
29
Demi bunga mawar merah muda.
30
Flashback
31
Ukuran tidak menjamin.
32
Kalau begitu ceraikan dia.
33
Ada bidadari di Vila
34
Lemas.
35
Di Hotel
36
Bandara.
37
Gedung Putih
38
Kamu memang lemah
39
Berbelanja.
40
Salah membangunkan
41
PT.Jaya.
42
Kabur dari sel tahanan.
43
Burung yang tidak bersayap.
44
Pikiran Marsya.
45
Baju gaun sexy.
46
Di dalam kamar.
47
Luar biasa
48
Toko perhiasan.
49
Wardani menyerahkan diri.
50
Dalam kamar.
51
Amplop yang sama datang.
52
Linglung di buat surat.
53
Keras kepala.
54
Jangan pergi tanpa pesan.
55
Akhirnya Tarjok menikah.
56
Kopi penambah stamina.
57
Wisata Alam.
58
Tidak mungkin.
59
Jangan Buat Nona bersedih
60
Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61
3 bulan telah berlalu.
62
Hasil USG.
63
Hati menjadi gusar.
64
Telepon nomor Luar.
65
Ronde yang tertunda.
66
Marsya melahirkan.
67
Rutan Khusus Perempuan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!