Terpaksa menikah.

Part 7

______

Para tamu, saksi beserta yang lainnya sudah pada pulang dari kediaman Agung dan Wardani, Marsya hanya diam sambil meneteskan air matanya.

“He! Kenapa kamu menangis.” Ketus tuan Agung kepada Marsya.

“Ti tidak apa-apa tuan.” Marsya menjawab dengan gugup sambil menghapus air matanya dengan kepala yang tertunduk.

“Kamu pikir saya senang menikah dengan kamu, yang saya cintai itu cuman istri saya Wardani bukan kamu. Jadi tidak perlu menangis karena saya tidak akan melakukan apa pun ke kamu.” Ucap tuan Agung sambil merangkul Wardani yang kala itu mereka bertiga masih berdiri di ruang tamu.

“Sayang! Kamu tidak boleh begitu, kita membutuhkan dia untuk melahirkan keturunan dari kamu.” Wardani melepaskan rangkulan tuan Agung.

“Aku belum siap! Aku mau malam pertama sama kamu sayang.” Tuan Agung membawa Wardani menuju kamar mereka.

“Tapi sayang.”

Tuan Agung dan Wardani meninggalkan Marsya yang kala itu sedang bersedih di ruang tamu.

“Hiks! Hiks! Hiks!” Marsya menangis lalu menjatuhkan badannya ke lantai hingga ia terduduk lemah sambil meneteskan air mata yang selama ini di pendam nya.

“Sayang kamu tidak boleh seperti itu! Kamu ingatkan perjanjian kita.” Tegas Wardani di dalam kamarnya sambil berdiri.

“Ingat sayang! Tapi kali ini aku mau menghabiskan waktu ke kamu sebelum aku pergi bekerja.” Rayu tuan Agung sambil membelai lembut rambut dan bagian tubuh lainnya.

Agung dan Wardani pun melakukan yang seharusnya dilakukan, bersatu di bawah selimut dengan kamar dan tempat tidur yang nyaman. Cuaca siang yang sangat terik pun tidak dirasakan oleh mereka berdua yang kala itu sedang asik bercinta dengan volume pendingin ruangan yang dibuat sangat dingin.

Sedangkan Marsya hanya bisa meratapi nasib yang baru saja dimulainya. Marsya masih terdiam di ruang tamu, kemudian datanglah seorang penjaga yang bernama Fadli mendekatinya.

“Nona ada yang bisa saya bantu.” Tanya Fadli berdiri di belakang Marsya.

“Tidak. Saya tidak apa-apa, mungkin saya kangen sama ibu saya! Apakah kamu bisa mengantarkan saya ke rumah ibu saya.” Tanya Marsya penuh harapan sambil menatap wajah Fadli.

“Maaf nona kalau itu saya tidak bisa, hanya nona Wardani yang bisa memutuskan itu.” Jawab Fadli sambil menggelengkan kepalanya.

“Baiklah! Kalau begitu saya mau ke kamar saja.” Marsya berdiri dan melangkah kan kakinya menaiki anak tangga dengan kepala yang tertunduk.

Brak!

Marsya menutup pintu kamar sangat kuat dan menyenderkan badannya ke pintu sambil perlahan turun dan duduk dilantai sambil menangis.

Hiks! Hiks! “Maafkan aku, aku minta maaf ibu.” Marsya pun terus menangis dan menangis. Tangisan dan keluhannya membuat ia sangat lelah hingga tertidur dengan keadaan bersandar di pintu kamar dan air mata yang masih melekat di pipinya.

Tok!

Tok!

“Marsya! Apakah kamu di dalam?” Teriak Wardani sambil mengetuk pintu kamar Marsya.

Marsya terbangun lalu menjawab. "Iya." Marsya berjalan, “Ada apa nona memanggil saya.” membuka pintu.

“Mari kita makan bersama, saya tunggu di bawah ya?” ucap Wardani lalu membalikkan badannya meninggalkan Marsya yang masih memakai baju akad nikah.

“Baik! Saya ganti baju terlebih dahulu.” Marsya kemudian menutup pintu kamarnya.

Beberapa menit kemudian Marsya pun turun dan menemui Wardani yang sedari tadi sudah menunggunya di meja makan. Marsya duduk lalu ia melihat ke kanan dan ke kiri.

“Ehem! Kamu mencari siapa.” Tanya Wardani yang sadar dengan tingkah laku Marsya.

“Tuan mana nona.” Tanya Marsya dengan polosnya.

“Suami saya sudah pergi, dia ada janji dengan rekan bisnisnya. Kenapa kamu mencari suami saya?” Wardani bertanya dan menatap penuh curiga ke Marsya.

“Ti tidak, saya hanya takut dengan suami nona.” Marsya menjawab dengan gugup.

“Tidak perlu takut, dia memang seperti itu. Lama-lama kamu akan terbiasa nanti!” Wardani memotong daging panggang yang tersedia di atas piring nya.

“Gimana sih cara makan ini” gumam Marsya kepayahan memakai pisau dan garpu saat memotong daging.

Klenteng! Pisau Marsya jatuh kelantai, Wardani hanya tersenyum dan tertawa.

“Kamu ini memang benar-benar orang kampung ya? Makan seperti itu saja kamu tidak bisa, sini lihat saat bagaimana cara memegang pisau dan garpu." Wardani memberitahu cara yang benar kepada Marsya.

“Maaf nona, karena saya belum pernah mencoba makan seperti ini.” Marsya pun melihat Wardani yang mengajari ia memakai sendok dan garpu, serta bagaimana cara makan orang yang terpandang. Agar ia tidak membuat malu mereka sewaktu-waktu jika tuan Agung atau Wardani mengajak ia pergi ke suatu acara.

Sambil makan Wardani memberitahu, “Marsya saya sudah pesan tiket buat kamu dan suami saya.”

“Tiket?” Marsya terkejut dengan kedua bola mata yang membesar.

“Iya! Saya mau kamu dan suami saya berbulan madu ke Paris, kamu belum pernah ke sana 'kan?” tanya Wardani sambil tersenyum melihat Marsya.

“Gimana dengan nona, saya merasa tidak enak jika pergi hanya berdua saja.” Sahut Marsya yang merasa tidak enak.

“Tidak perlu sungkan, saya sudah mengatur semuanya dan ingat kamu tidak boleh jatuh cinta kepada suami saya. Jika kamu melanggar ingat, biaya ibu kamu akan saya hentikan.” Wardani berkata sambil mengancam Marsya.

“Ba baik nona.” Marsya menjawab sambil menunduk.

“Kamu bisa menyiapkan barang-barang yang akan kamu bawa nanti, sepulang suami saya dari menemui rekan kerjanya kalian bisa segera berangkat.” Tegas Wardani.

“Baik nona, kalau gitu saya permisi pamit dulu.” Marsya meninggalkan meja makan dan melangkahkan kakinya menuju kamar.

Tepat pukul 06:00 sore, Agung pulang ke rumah dan di sambut hangat oleh Wardani. Seperti biasa dunia milik berdua, sedangkan Marsya hanya tersenyum dari belakang melihat kehangatan pasangan suami istri tersebut.

“Sayang! Kamu sudah pulang, lihat ini tiket buat bulan madu kamu sudah aku pesan dari jauh hari.” Wardani menunjukkan dua buah tiket pesawat.

“Sayang, ini kita mau kemana?” tanya tuan Agung sambil berjalan perlahan menuju kursi tamu, sedangkan Marsya hanya duduk menjadi penonton melihat kemesraan mereka.

“Buat kamu dan Marsya! Kamu bersedia untuk pergi 'kan Marsya?” Wardani berkata sambil melirik wajah Marsya.

“Iya nona, saya bersedia pergi dengan tuan Agung.” Sahut Marsya dengan gugup.

“Tapi sayang, apa kamu serius ini kami berdua loh, satu Apartemen dan satu tempat tidur nanti kamu gimana, aku tidak mau.” Tuan Agung memalingkan wajahnya melihat Wardani.

“Agung, suamiku yang paling tampan dan gagah sedunia. Aku tidak mengapa, ini 'kan demi keturunan kita. Asal kamu jangan beneran jatuh cinta dengannya.” Ucap manja Wardani sambil menyandarkan kepalanya ke bahu kekar suaminya.

“Tidaklah sayang, kamulah istri satu-satunya di dunia.” Tuan Agung menarik badan Wardani dan mendudukkan di pangkuannya. Lalu menarik wajah Wardani dan mencium bibir Wardani.

“Sayang, ada Marsya loh.”

“Ti tidak apa-apa.” Sahut Marsya gugup dengan wajah merah padam yang melihat kemesraan mereka.

“Sudah sayang, mari bersiap nanti kalian akan ketinggalan pesawat.” Wardani mendorong badan suaminya dan turun dari pangkuan tuan Agung.

“Kalau begitu aku mandi dulu ya sayang.” Tuan Agung berdiri sambil melonggarkan dasi dan melangkahkan kakinya menuju kamar.

“Marsya, kamu juga ambil barang yang akan kamu bawa kemudian kamu tunggu di sini. Saya mau ke kamar dulu menyiapkan barang bawaan buat tuan Agung.” Perintah Wardani lalu pergi meninggalkan Marsya.

“Baik nona.” Marsya pun pergi ke kamarnya.

“Aku belum pernah ke Paris, andai ibu tahu bahwa putrinya akan ke Paris untuk jalan-jalan pasti dia akan senang.” Gumam Marsya dengan polos yang menganggap bulan madu itu hanya jalan-jalan.

Marsya pun turun dari kamarnya dengan wajah yang ceria. Ia menunggu di ruang tamu, ia duduk sambil berpikir sendiri.

“Eh! Bulan madu itu apa ya?” gumam Marsya kemudian Wardani dan tuan Agung pun datang lalu Wardani menjawab perkataan Marsya.

“Bulan madu itu sangat indah nantinya, kamu akan merasakannya nanti.” Sahut Wardani sambil membenarkan kemeja yang dipakai tuan Agung.

“Yang benar nona, di sana memang benar-benar indah.” Sahut Marsya dengan polos nya.

“Iya” jawab singkat Wardani.

Sedangkan tuan Agung hanya menatap wajah Marsya dengan tatapan yang kita tidak mengetahui apa makna dan tujuan dari tatapannya.

“Sayang! Mari aku antar kan sampai ke mobil.” Wardani menggandeng tangan tuan Agung, mereka pun melangkahkan kakinya menuju depan rumah dan Marsya hanya mengikuti mereka dari belakang.

“Hati-hati ya sayang aku.” Wardani melambaikan tangannya ke mobil tuan Agung yang sudah melaju sampai ke depan pintu gerbang.

****

Sepanjang perjalanan di pesawat Marsya hanya diam membisu tidak berani mengeluarkan satu kata pun begitu juga dengan tuan Agung. Mereka masing-masing hanya berjalan memegang kopernya.

Sampailah mereka di sebuah Apartemen milik tuan Agung sendiri.

Ceklek !

Ruangan yang tadinya gelap kini terang benderang.

“Tuan, apakah kita akan tinggal berdua disini.” Marsya memberanikan diri bertanya.

“Iya, tapi kamu tenang saja saya tidak akan melakukan apa pun ke kamu.” Sahut tyan Agung sambil merebahkan badannya disebuah sofa yang empuk.

Marsya pun berjalan melewati tuan Agung, kemudian tuan Agung fokus kepada rok yang dikenakan oleh Marsya.

“Tunggu dulu! Kita belum melakukan apa pun tapi kenapa rok yang kamu kenakan ada bercak berwarna merah.” tuan Agung menatap tajam dari kejauhan rok Marsya.

“Ya ampun! Kenapa bisa.” Marsya sok lalu memutarkan roknya ke depan dan melihat bercak berwarna merah tersebut.

“Tuan, maafkan saya! Sepertinya saya menstruasi, pantes lah perasaan saya dari tadi tidak enak. Gimana ini tuan, saya tidak tahu harus membeli pembalut di kota ini.” Ucap Marsya yang sangat bingung.

“Nanti akan saya pesankan, kamu tunggu saja dan beristirahatlah di kamar.” tuan Agung pun memesankan beberapa pembalut buat Marsya.

10 menit kemudian.

Tok!

Tok!

Tuan Agung memasukkan tangannya ke dalam pintu dengan badan dan wajah yang membelakangi Marsya, “Ini pembalut buat kamu.” memberi satu bungkus besar berisikan semua pembalut.

“Tuan ini terlalu banyak, terimakasih tuan.” Ucap Marsya dengan wajah pucat.

“Tunggu, apakah kamu sakit?” tuan Agung menatap wajah Marsya.

“Iya tuan, mungkin karena saya sedang mens.” Sahut Marsya.

“Kamu istirahat saja, nanti saya akan tanyakan apakah disini ada obat buat kamu.” Tuan Agung berbalik arah dan meninggalkan Marsya.

10 menit kemudian.

“Marsya! Saya sudah memesan makanan dan ini obat buat kamu. Mari kita makan dulu, saya akan tunggu kamu di meja makan.” Ucap tuan Agung dan Marsya pun mengikutinya dari belakang.

“Tuan terimakasih, selama ini aku salah sangka ke tuan.” Ucap Marsya.

“Salah sangka kenapa.” tuan Agung bertanya dengan kedua mata yang membesar.

Marsya gugup, “Ti tidak, saya pikir tuan itu kejam ternyata tidak.”

“Saya hanya tidak ingin diri saya kesusahan karena kamu disini. Sudah makan dulu lalu kamu minum ini obatnya.” tuan Agung memberikan sebungkus obat.

Marsya dan tuan Agung pun kemudian memakan makanan yang telah dipesan oleh tuan Agung. Setelah itu Marsya dan tuan Agung tidur dengan terpisah.

Contoh Apartemen.

**Bersambung..

Terimakasih sudah mampir 😊😉**.

Terpopuler

Comments

Esa Aurelia

Esa Aurelia

semangat kak..

2022-01-04

0

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Masih malu tapi mau 😂

2021-11-04

0

MandaNya Boy Arbeto❤️

MandaNya Boy Arbeto❤️

eakkk msh nahan si iman Imin nya 😂😂

2021-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 Di Rumah Sakit
2 Pertemuan.
3 Berdebat dengan Ayah.
4 Syarat
5 Merubah penampilan.
6 Rumah baru.
7 Terpaksa menikah.
8 Aku bukan istrimu.
9 Siapa pembunuh ibuku
10 Sopan santun hari ini hilang.
11 Minta jatah.
12 Tertangkap
13 Gantengnya.
14 Tanda merah
15 Wardani pergi ke Bali.
16 Suara apa itu tuan?
17 Wardani ketahuan selingkuh
18 Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19 Marsya di dorong.
20 Selang oksigen Marsya di gunting.
21 TPU
22 Tuan Agung memang hebat.
23 Jumpa Fans
24 Tisu berserakan.
25 Saya Masih perjaka bukan perawan
26 Telepon dari siapakah itu?
27 Apartemen Surya di kota S
28 Rumah Sakit kota S
29 Demi bunga mawar merah muda.
30 Flashback
31 Ukuran tidak menjamin.
32 Kalau begitu ceraikan dia.
33 Ada bidadari di Vila
34 Lemas.
35 Di Hotel
36 Bandara.
37 Gedung Putih
38 Kamu memang lemah
39 Berbelanja.
40 Salah membangunkan
41 PT.Jaya.
42 Kabur dari sel tahanan.
43 Burung yang tidak bersayap.
44 Pikiran Marsya.
45 Baju gaun sexy.
46 Di dalam kamar.
47 Luar biasa
48 Toko perhiasan.
49 Wardani menyerahkan diri.
50 Dalam kamar.
51 Amplop yang sama datang.
52 Linglung di buat surat.
53 Keras kepala.
54 Jangan pergi tanpa pesan.
55 Akhirnya Tarjok menikah.
56 Kopi penambah stamina.
57 Wisata Alam.
58 Tidak mungkin.
59 Jangan Buat Nona bersedih
60 Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61 3 bulan telah berlalu.
62 Hasil USG.
63 Hati menjadi gusar.
64 Telepon nomor Luar.
65 Ronde yang tertunda.
66 Marsya melahirkan.
67 Rutan Khusus Perempuan (Tamat)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Di Rumah Sakit
2
Pertemuan.
3
Berdebat dengan Ayah.
4
Syarat
5
Merubah penampilan.
6
Rumah baru.
7
Terpaksa menikah.
8
Aku bukan istrimu.
9
Siapa pembunuh ibuku
10
Sopan santun hari ini hilang.
11
Minta jatah.
12
Tertangkap
13
Gantengnya.
14
Tanda merah
15
Wardani pergi ke Bali.
16
Suara apa itu tuan?
17
Wardani ketahuan selingkuh
18
Tuan Agung dan Marsya di fitnah.
19
Marsya di dorong.
20
Selang oksigen Marsya di gunting.
21
TPU
22
Tuan Agung memang hebat.
23
Jumpa Fans
24
Tisu berserakan.
25
Saya Masih perjaka bukan perawan
26
Telepon dari siapakah itu?
27
Apartemen Surya di kota S
28
Rumah Sakit kota S
29
Demi bunga mawar merah muda.
30
Flashback
31
Ukuran tidak menjamin.
32
Kalau begitu ceraikan dia.
33
Ada bidadari di Vila
34
Lemas.
35
Di Hotel
36
Bandara.
37
Gedung Putih
38
Kamu memang lemah
39
Berbelanja.
40
Salah membangunkan
41
PT.Jaya.
42
Kabur dari sel tahanan.
43
Burung yang tidak bersayap.
44
Pikiran Marsya.
45
Baju gaun sexy.
46
Di dalam kamar.
47
Luar biasa
48
Toko perhiasan.
49
Wardani menyerahkan diri.
50
Dalam kamar.
51
Amplop yang sama datang.
52
Linglung di buat surat.
53
Keras kepala.
54
Jangan pergi tanpa pesan.
55
Akhirnya Tarjok menikah.
56
Kopi penambah stamina.
57
Wisata Alam.
58
Tidak mungkin.
59
Jangan Buat Nona bersedih
60
Biasanya kalau ibu hamil Ngidam.
61
3 bulan telah berlalu.
62
Hasil USG.
63
Hati menjadi gusar.
64
Telepon nomor Luar.
65
Ronde yang tertunda.
66
Marsya melahirkan.
67
Rutan Khusus Perempuan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!