Mendengar perkataan pak Adam membuat ketiganya saling pandang.
"Ada perlu apa ya ibu Sinta ingin bertemu dengan Jessica?" tanya mama Tika memberanikan diri.
"Entahlah saya juga kurang tahu" kata pak Adam datar.
"Eum baiklah... Jess kamu pergilah dengan pak Adam" kata mama Tika akhirnya setelah melihat sikap pak Adam yang langsung berubah dingin.
"Baik bu..." jawab Jasmine.
Keduanya lalu pamit dan langsung keluar dari butik.
"Pak Adam sangat menakutkan jika mulai marah..." kata Dara yang juga memperhatikan kejadian tadi.
Maya pun mengangguk karena ia juga berdiri disamping Dara. Sementara tante Fira dan mama Tika masih melihat ke arah Jasmine dan pak Adam yang berjalan menuju mobil.
"Apa yang harus kita lakukan Tik? sepertinya ibunya pak Adam juga menyukai Jasmine" kata tante Fira setelah mobil yang ditumpangi pak Adam dan juga Jasmine sudah meninggalkan butik.
"Aku juga belum tahu Fir..." ucap mama Tika dengan wajah sendu.
Sebenarnya jika saja usia Jasmine yang tidak dibawah umur dan juga kebohongan yang sudah mereka lakukan mungkin mama Tika akan senang jika pak Adam dan ibunya menyukai anak gadisnya itu. Tapi semua tidak seperti itu sehingga membuat mama Tika was-was dan berusaha untuk mengeluarkan putrinya itu dari situasi yang menurutnya semakin sulit.
Di mobil suasana terasa canggung antara pak Adam dan Jasmine.
"Kenapa kau tak pernah menghubungiku?" tanya pak Adam tiba-tiba.
"Memang untuk apa?" tanya Jasmine polos.
"Setidaknya kau memberitahuku jika nomor yang ku beri itu sudah kau simpan" kata pak Adam absurd.
Jasmine menoleh kearah pak Adam dan memandang pria itu dengan tatapan tak mengerti.
"Bukankah tanpa diberitahu juga dia sudah tahu jika nomornya sudah kusimpan?" batin Jasmine.
"Maaf saya tidak berfikir sejauh itu" ucap Jasmine tak mau membuat pak Adam marah.
Pak Adam menoleh sekilas lalu tersenyum kemudian kembali fokus pada kemudinya.
Sekitar 30 menit kemudian mereka pun sampai di sebuah rumah mewah dengan gerbang yang tinggi dan dijaga oleh satpam. Saat melihat pak Adam yang berada didalam mobil satpam itu pun langsung membukakan pintu gerbang tanpa harus disuruh. Setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah pak Adam pun mengajak Jasmine untuk masuk ke dalam. Gadis itu pun menurut dan mengikuti langkah pak Adam. Sesampainya di dalam tampak bu Sinta sudah menunggunya di ruang makan.
"Hai sayang .... kamu sudah makan siang?" tanyanya ramah begitu Jasmine berada didepannya.
"Eum sudah tante..." jawab Jasmine menolak dengan halus.
"Kalau begitu kamu cicipi saja kue buatan mama yang baru saja mama buat ya?"
"Iya tante..."
"Ish bukankah sudah mama bilang jangan panggil itu... panggil mama" kata mama Sinta gemas.
"Ba ... baik ma..."
"Nah itu baru benar" ucap mama Sinta sambil mengajak Jasmine duduk di sebelahnya.
"Sebenarnya ada apa ya ma... kok memanggilku kemari?" tanya Jasmine penasaran.
"Mama kangen aja sama kamu.." jawab mama Sinta santai.
Jasmine membelalakkan matanya.
"Ibu dan anak sama saja kelakuannya ... suka seenaknya" batin Jasmine.
Sebenarnya ia suka dengan perhatian mama Sinta namun karena ia sedang bersandiwara menjadi orang lain menyebabkan hatinya selalu was-was dan tak tenang.
"Bagaimana dengan pesanan mama?" tanya mama Sinta mencoba membuat Jasmine lebih nyaman dengan menanyakan soal pekerjaan.
"Sudah hampir selesai ma... nanti jika sudah aku akan hubungi kak Adam" kata Jasmine yang mulai tenang karena kembali membahas pekerjaan.
Adam yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi keduanya pun akhirnya ikut bicara.
"Bagaimana jika besok aku ikut ke tempat penjahitnya?"
"Untuk apa kak?" tanya Jasmine yang mulai merasa gugup.
"Ya setidaknya aku tahu dan bisa memeriksa pekerjaan penjahit itu..." ucap Adam memberikan alasan.
Jasmine pun mengangguk mengerti.
"Baiklah... besok kita kesana..." kata Jasmine.
"Kalau begitu kita kesana besok pagi" kata Adam yang membuat Jasmine langsung bingung.
Pasalnya besok adalah hari sekolah, dan ia tak ingin sekolahnya terganggu karena harus berpura-pura menjadi Jessica.
"Eum tidak bisakah diundur setelah jam makan siang?" tawarnya.
"Memangnya kenapa?" tanya Adam tak mengerti.
"Apa kau sudah ada janji dengan yang lain?" tanyanya.
"Eum itu... eh iya ... ada klien yang harus aku temui dan dia agak rewel orangnya jadi biasanya butuh waktu agak lama menghadapinya" ucap Jasmine mencoba untuk memberi alasan.
Mama Sinta yang sudah menduga jika Jasmine lebih mementingkan sekolahnya hanya tersenyum.
"Gadis yang baik... dia tak tergoda dan tetap fokus dengan sekolahnya" batinnya.
"Baiklah kalau begitu besok jam 2 aku akan menjemputmu di butik" kata Adam.
Jasmine menghela nafas lega. Dia memang bertekad untuk lebih mementingkan sekolahnya dari yang lain.
"Apa besok mama juga mau ikut?" tanya Jasmine.
"Mama ingin sayang... tapi mama sudah ada janji dengan teman mama" kata mama Sinta dengan wajah pura-pura menyesal.
"O..." ucap Jasmine polos.
"Ya sudah ayo kau cicipi kue buatan mama ini" kata mama Sinta.
Mereka pun mengobrol kesana-kemari membuat mereka menjadi semakin akrab. Hari sudah menjelang sore saat Jasmine pamit untuk pulang dan dengan sedikit paksaan akhirnya Jasmine mau diantar oleh Adam lagi.
"Kau kuantar sampai rumah saja ya... butik bu Fira pasti sudah tutup sekarang" kata Adam yang membuat Jasmine langsung gugup.
Ia merasa menyesal kenapa tidak segera pamit pulang agar tidak terjebak seperti sekarang.
"Tidak kak... tadi bu Tika bilang akan membahas desain klien yang tadi siang kami temui terlebih dahulu jadi pasti mereka akan menungguku".
"Baiklah..."
Jasmine langsung merasa lega karena pak Adam tak jadi mengantarnya ke rumah. Sesampainya di depan butik Jasmine langsung mengucapkan terima kasih dan segera keluar dari dalam mobil. Ia sudah mulai ketakutan jika penyamarannya terbongkar. Sedangkan Adam seperti menikmati wajah gugup Jasmine yang terlihat menggemaskan dimatanya.
Sesampainya di dalam butik terlihat mama Tika dan tante Fira masih menunggunya.
Maaf ma... tante... Jasmine baru bisa pulang" ucapnya merasa bersalah.
"Kamu tidak apa-apa kan di sana?" tanya mama Tika sambil memeluk putrinya itu.
"Ga pa-pa ma... ibunya pak Adam hanya ngajak ngobrol saja tadi... sepertinya dia sudah ga sabar melihat gaunnya" ucap Jasmine.
"O iya... ma besok pak Adan ingin diantar ke tempat penjahit kita"
"Jam berapa?" tanya tante Fira.
"Jam dua tante... tapi dia ingin aku yang menemani" kata Jasmine.
"Lalu bagaimana dengan sekolah kamu?" tanya mama Tika.
"Ga pa-pa ma... aku sudah minta perginya jam 2 an jadi kan aku sudah pulang dari sekolah"
"Baiklah ... tapi kamu tetap harus hati-hati jangan sampai ketahuan" sambung tante Fira.
"Iya tante... aku akan selalu hati-hati"
"Ya sudah lebih baik kita pulang sekarang" kata mama Tika.
Kemudian ketiganya pun pulang. Sesampainya di rumah Jasmine langsung pergi ke kamarnya untuk meletakkan tas sekolahya dan langsung bergegas untuk mandi. Demikian juga dengan mama Tika yang juga segera membersihkan dirinya yang sudah terasa lengket.
"Ma... sebenarnya kapan pesanan pak Adam dan ibunya selesai?" tanya Jasmine saat keduanya sedang menonton televisi.
"Mungkin dua atau tiga hari lagi sayang... jadi kamu yang sabar ya..." kata mama Tika sambil mengelus rambut putrinya lembut.
"Sebenarnya anak mama kenapa?" tanya mama Tika.
"Jasmine semakin takut ma kalau kita ketahuan. Tadi saja pak Adam ingin mengantar Jasmine langsung pulang ke rumah. Untung saja Jasmine bisa meyakinkan pak Adam untuk mengantar ke butik saja" kata Jasmine.
"Sabar ya sayang..." ucap mama Tika lembut.
"Sudah kamu tidur saja dulu... dan jangan berfikir yang macam-macam" sambungnya.
Jasmine pun menurut dan segera melangkah ke kamarnya. Setelah Jasmine berlalu mama Tika juga masuk ke dalam kamarnya sendiri. Di dalam kamar mama Tika kembali berfikir jika saja dulu sahabatnya tidak memulai sandiwara bodoh ini mungkin hidup putrinya tak akan jadi serumit ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur apalagi ia juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya sahabatnya itu. Semua memang sudah menjadi takdir putriny menjalani dua kehidupan pada usianya yang masih belia.
Di kamarnya Jasmine pun tak bisa memejamkan matanya. Entah kenapa sejak pergi dengan pak Adam ia menjadi salah tingkah. Gadis itu pun hanya berfikir jika ia terlalu takut jika penyamarannya terbongkar dan membuat pak Adam dan ibunya jadi membencinya. Padahal ia mulai nyaman bersama mereka. Sekarang Jasmine mulai dilanda kebingungan. Di satu sisi ia sangat ingin segera mengakhiri penyamarannya agar ia bisa kembali menjalani kehidupannya dengan normal. Tapi di sisi lain ia juga mulai merasa menikmati perannya sebagai Jessica. Apalagi dengan perhatian yang ia dapatkan dari pak Adam dan juga ibunya. Dengan fikiran yang masih terbelah Jasmine pun tertidur karena kelelahan.
Pagi hari saat sarapan mama Tika mengatakan agar Jasmine jangan khawatir sebab mama Tika akan datang juga ke tempat penjahit yang akan didatangi Jasmine dan pak Adam.
"Kamu jangan khawatir mama akan datang ke sana terlebih dahulu dan membertahukan tentang Jessica agar mereka bisa mengenalimu dan tidak membuat pak Adam curiga" kata mama Tika menerangkan rencananya.
Jasmine pun setuju dan mulai merasa tenang sebab nanti akan ada mamanya yang berada disampingnya. Kemudian mereka berdua pun berangkat ke sekolah Jasmine terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments