Mama Tika dan tante Fira yang melihat Jasmine memasuki butik langsung menghampiri gadis itu karena khawatir dan penasaran.
"Bagaimana sayang? apa mereka curiga?" tanya mama Tika sambil mengandeng tangan Jasmine.
"Ga ma... mereka sepertinya ga curiga sama Jasmine..." jawab Jasmine.
"Lalu ibunya pak Adam jadi mau pesan gaunnya?" tanya tante Fira.
"Iya tante... bahkan pak Adam juga pesan untuk dirinya sendiri" jawab Jasmine.
"Ini ma... "sambung Jasmine sambil menyerahkan buku desainnya pada mama Tika.
"Katanya mereka ingin segera dibuat ma...".
"Hemmm... baiklah nanti mama akan segera mengerjakannya" kata mama Tika.
"Oh iya... mama sudah punya rencana agar Jessica segera menghilang..." sambungnya.
"Maksud mama?"
"Iya Jess... sebentar lagi kamu ga perlu lagi pura-pura jadi Jessica" sahut tante Fira.
"Begini sayang... nanti setelah pesanan mereka selesai mama akan bilang pada mereka jika Jessica sudah tidak lagi bekerja disini" terang mama Tika.
"Dan jika mereka bertanya alasannya mama akan bilang jika Jessica pergi ke luar negeri untuk kuliah" lanjutnya.
"Tapi ma... tadi pak Adam juga tanya kenapa aku cuma lulus SMU dan ga kuliah dan aku jawab ga punya biaya..." kata Jasmine.
"Kamu tenang saja sayang... mama akan bilang jika Jessica mendapatkan bea siswa" kata mama Tika lagi.
Jasmine pun hanya mengangguk setuju. Sementara di rumah keluarga Adam, mama Sinta dan Adam tengah menerima laporan dari orang suruhan mereka yang mengikuti Jasmine. Saat ini keduanya tengah menatap layar laptop melihat rekaman kamera yang tadi merekam Jasmine di toilet. Mata Adam membelalak saat melihat bagaimana Jasmine berubah menjadi Jessica. Walau mamanya sudah memberitahu namun tak urung ia tetap terkejut saat melihatnya secara langsung. Sedang mama Sinta terlihat biasa saja. Setelah menyuruh kedua orang bawahannya itu pergi Adam pun berbicara pada mamanya.
"Maa... apa yang harus aku lakukan sekarang?" kata Adam terdengar frustasi.
Mama Sinta pun menghela nafasnya pelan ia tahu jika putranya saat ini tengah frustasi menghadapi kenyataan jika gadis yang dicintainya ternyata masih dibawah umur. Walau usia putranya saat ini baru 30 tahun namun jika di bandingkan dengan gadis itu yang baru berusia 15 tahun tentu saja jadi masalah.
"Saran mama jika kamu benar-benar mencintainya lebih baik kau tunggu dia hingga cukup umur...." ucap mama Sinta lembut.
Didekatinya putranya itu dan dibelainya lembut pundak pria yang masih saja manja jika bersama mamanya.
"Maa.. kenapa aku harus bertemu dengannya sekarang dan langsung jatuh cinta?"
"Mama juga tidak tahu sayang.... hanya Allahlah yang tahu karena Dia yang mengatur segalanya" nasehat mama Sinta.
"Sekarang lebih baik kau awasi saja dia dari jauh jika waktunya telah tiba kau bisa mulai mendekatinya..." sarannya pada putranya itu.
Mau tak mau Adam pun menuruti saran mamanya karena itulah yang terbaik untuk saat ini. Setidaknya ia masih bisa melihat dari jauh gadis pujaannya itu.
"Jangan sedih... setidaknya hanya tiga tahun lagi hingga ia berusia 18 tahun dan cukup umur" sambungnya memberi semangat pada putranya itu.
Adam pun hanya mendesah pelan... jika hanya menunggu selama 3 tahun tak masalah baginya bahkan jika harus menunggu lebih lama. Tapi yang membuatnya frustasi adalah bagaimana dengan hati gadis itu... apa gadis itu akan menjaga hatinya untuk Adam? secara gadis itu terlihat belum ada rasa padanya. Apalagi jika membayangkan gadisnya akan semakin dewasa dan bertemu dengan pria lain dalam hidupnya. Apakah gadis itu tidak akan jatuh cinta pada salah satu diantara mereka? mengingat semua itu membuat Adam semakin frustasi.
"Sabar sayang.... jika dia memang jodohmu maka tak akan kemana, suatu saat dia pasti akan kembali padamu" ucap mama Sinta yang mengetahui keresahan putranya.
Adam pun mengangguk pelan lalu beranjak ke kamarnya.
Dia butuh istirahat. Memikirkan cara agar bisa membuat gadis kecil itu menyadari perasaannya mungkin cukup sulit. Apalagi mengingat betapa polosnya gadis itu saat bersamanya. Namun ia akui jika soal pekerjaan gadis kecil itu langsung berubah menjadi sangat dewasa dan profesional. Adam yang semula berniat istirahat pun hanya bisa merebahkan tubuhnya tanpa bisa memejamkan matanya. Fikirannya melayang entah kemana. Dipandangnya foto Jessica aish... Jasmine saat menghadiri pesta perusahaannya. Gadis itu tampak anggun dengan dandanan yang tipis dan gaun panjang.
"Pantas saja kau selalu mengenakan pakaian yang tertutup tidak seperti kebanyakan wanita karir lainnya... kecuali jika mereka memang mengenakan jilbab" gumamnya.
Disisi lain Jasmine yang baru saja selesai mengerjakan tugas sekolahnya tampak sedang memandangi ponselnya. Tertera disana nomor baru yang berasal dari ponsel pak Adam.
"Nomor ini kuberi nama apa ya?" fikirnya.
Ia tak mungkin menggunakan nama Adam karena pasti mamanya akan langsung tahu jika itu nomor pak Adam. Jasmine tahu jika mamanya tak ingin ia dekat dengan pak Adam. Tapi entah mengapa ia merasa jika pria itu orang yang baik sehingga tak perlu dihindari. Kecuali jika nantinya pria itu tahu jika selama ini ia telah membohonginya.
"Aaah... kenapa sih aku jadi main kucing-kuncingan gini sama mama gara-gara pak Adam?" gumamnya sambil mengusak rambutnya.
Akhirnya setelah berfikir agak lama ia pun menemukan ide.
"Lebih baik ku beri nama ini saja" batinnya sambil mengetikkan nama pada kontaknya.
Lalu ia pun tersenyum puas karena kini mamanya tak akan curiga jika ia telah menyimpan nomor pak Adam. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dan tertera nama yang baru saja ia simpan. Entah kenapa tiba-tiba hatinya berdebar saat tahu kontak itu yang menghubunginya.
"Halo..." ucapnya setelah menggeser tombol hijau.
"Halo Jess... apa kamu sudah tidur?" tanya orang yang disebrang.
"Belum... ada apa ya?" ucap Jasmine gugup.
Sebab baru kali ini ia menerima telfon dari seorang laki-laki. Apalagi laki-laki yang menghubunginya itu seorang pria dewasa.
"Tidak apa-apa hanya ingin dengar suaramu" Jasmine pun tertegun. Apa ia tak salah dengar? pak Adam menelfonnya hanya untuk mendengarkan suaranya? otak lugu Jasmine masih belum bisa mengerti dengan maksud pria yang sedang menghubunginya itu.
"Maksudnya?" tanya Jasmine polos.
"Hemm... tidak apa-apa hanya mengetes kalau nomor ini benar nomor kamu" ucap pak Adam selanjutnya membuat Jasmine melongo semakin bingung dengan tingkah pak Adam.
"Aneh..." batinnya.
"O iya... jangan lupa jika pesanan saya dan ibu saya sudah selesai segera hubungi saya ya..." kata pak Adam.
"Baik..." ujar Jasmine.
Kemudian keduanya pun terdiam karena tak tahu harus membahas topik apa lagi.
"Jadi itu saja yang ingin saya katakan... selamat malam Jess" kata pak Adam setelah beberapa saat keduanya terdiam.
"Iya... selamat malam juga..." jawab Jasmine masih tak mengerti dengan tingkah pak Adam yang menurutnya sedikit aneh.
Setelah menutup panggilannya Adam tersenyum kecil...
"Memang susah kalau berurusan dengan anak kecil..." gumamnya.
"Sepertinya dia masih terlalu lugu tidak seperti gadis seusianya yang lain yang sudah mulai mengenal pria dan cinta" sambungnya.
Di bukanya aplikasi biru dan dicarinya akun Jasmine yang sudah di beritahukan oleh orang suruhannya. Setelah menemukannya ia melihat jika semua postingan gadis itu hanya berisi foto-foto Jasmine bersama mamanya dan juga seorang gadis bernama Maya yang ternyata adalah sahabatnya. Sementara Jasmine masih termangu didepan meja belajarnya. Gadis itu masih belum menyadari arti dari sikap pak Adam yang dianggapnya aneh. Dia juga tak mengerti kenapa ia bisa merasa jantungnya berdebar sangat kencang saat mendengar suara pak Adam. Jasmine menepuk kepalanya pelan.
"Jangan berfikir yang aneh-aneh Jess... fokus sekolah dan bahagiakan mamamu dulu" gumamnya lalu membereskan semua bukunya dan bersiap untuk tidur.
Walau pun awalnya ia agak susah memejamkan matanya karena telfon dari pak Adam tadi, namun akhirnya ia pun dapat memejamkan matanya setelah lelah menghitung domba khayalannya.
Pagi harinya saat sarapan terlihat mama Tika sangat bersemangat.
"Mama kenapa? kok kelihatannya senang gitu?" tanya Jasmine penasaran.
"Kau tahu sayang mama sangat suka dengan desain yang kau buat untuk pak Adam dan juga ibunya... jika kau terus berlatih dan mengembangkan bakatmu pasti suatu hari nanti kau akan menjadi desainer ternama..." ungkap mama Tika.
"Ih mama... aku kan belum memutuskan untuk jadi desainer..."
"Lho memangnya kamu ga ingin jadi desainer?" ucap mama Tika sedikit terkejut.
"Aku masih belum tahu ma... aku suka desain tapi aku juga suka hal lain jadi..."
"Mama faham sayang... ga usah memutuskan sekarang, yang penting lakukan semua yang kamu suka asal positif nikmati masa mudamu untuk mencoba semua hal" kata mama Tika yang langsung membuat Jasmine tersenyum senang.
"Ayo sarapan ... mama harus segera ke butik untuk menyelesaikan pesanan pak Adam dan mamanya..." sambung mama Tika lalu menyendokkan nasi goreng untuk Jasmine.
Gadis itu pun menurut dan langsung menyantap sarapannya dengan lahap. Selesai sarapan keduanya pun langsung menuju sekolah Jasmine baru kemudian mama Tika berangkat ke butik tante Fira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments