Keesokan harinya sepulang sekolah Jasmine dan Maya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk mama Tika.
"Ma .... Jasmine datang ma" ucap Jasmine saat ia dan Maya sudah berada di ruang perawatan mama Tika.
Air mata Jasmine menetes tak terbendung saat melihat keadaan mamanya yang terlihat pucat. Maya langsung merangkul pundak sahabatnya itu untuk memberikan kekuatan.
"Yang sabar ya Jess... kita do'akan mama kamu agar cepat sadar" ucapnya lembut.
Jasmine hanya mampu mengangguk lemah. Rasanya ia tidak kuat jika terjadi sesuatu pada mamanya. Setelah ia kehilangan ayahnya hanya mamanyalah yang ia punya saat ini. Entah apa yang akan terjadi padanya jika mamanya tidak selamat.
"Ma... mama harus cepat sadar ya... Jasmine sekarang sudah masuk SMU bareng Maya" cerita Jasmine pada mamanya berharap ia dapat mendengar ceritanya.
Bahkan Maya pun ikut menimpali cerita Jasmine. Keduanya berharap dengan interaksi yang mereka lakukan dapat memberi keajaiban, mama Tika bisa tersadar dari komanya. Hampir setengah jam keduanya berada di kamar perawatan mama Tika saat perawat memberi tahu jika keduanya tak boleh lebih lama lagi disana agar tidak mengganggu pasien. Akhirnya keduanya pun pamit meski mama Tika tak dapat merespon mereka. Saat keduanya sedang berjalan dilorong rumah sakit tiba-tiba hp Jasmine berdering dan ternyata itu dari tante Fira.
"Ada apa tante?" tanya Jasmine setelah mendengar suara tante Fira.
"Jum'at besok kamu ke butik tante ya.... tante sudah jadwalkan bertemu dengan pak Adam jam 2 siang" kata tante Fira.
"Baik tante" ujar Jasmine kemudian ia pun menutup panggilannya.
"Ada apa Jess" tanya Maya yang melihat wajah sahabatnya itu sedikit murung.
"Tadi tante Fira bilang kalau jum'at besok aku harus menemui pak Adam untuk membahas desain yang dia inginkan" terang Jasmine.
"Lalu?"
"Aku takut May..." ucap Jasmine.
"Takut apa Jess? Bukankah kau sudah sering membuat desain sendiri?"
"Bukan itu..."
"Lalu apa yang membuatmu takut?"
"Aku takut jika mereka tahu penyamaranku May, lalu mereka akan menuntutku" kata Jasmine bergetar.
"Bukankah kamu ga merugikan siapa-siapa? Lalu atas dasar apa mereka mau menuntut kamu?" ucap Maya berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Aku tahu May, tapi mereka orang kaya dan jika mereka menuntutku karena aku menyembunyikan identitasku aku bisa apa" ungkap Jasmine.
"Jangan terlalu difikirkan Jess, belum tentu hal buruk itu akan terjadi kan?" nasehat Maya.
Jasmine pun hanya mengangguk lemah.
"Sudah... jangan patah semangat ya" sambungnya sambil menggenggam tangan Jasmine menyalurkan kekuatan.
Jasmine pun mengangguk sambil memberikan seulas senyum. Hari jum'at setelah pulang sekolah pada jam 11 siang Jasmine pun pergi ke butik tante Fira bersama Maya. Namun ia tak dapat ikut masuk ke dalam karena ia sudah janji dengan mamanya untuk ikut ke rumah kerabatnya yang baru saja melahirkan.
"Jess aku anter kamu sampai di sini aja ya... soalnya mama udah nungguin di rumah" kata Maya.
"Ga pa-pa May... oh iya nanti kamu bilang apa sama mama kamu kalau tanya aku ga jadi ikut kalian?" tanya Jasmine.
"Tenang aja... nanti aku bilang kamu ke rumah sakit bareng tante Fira untuk menjenguk mama kamu" jawab Maya tersenyum.
"Makasih ya May"
"Sama-sama Jess... yang semangat ya...figthing!" ucap Maya sambil kedua tangannya mengepal keatas memberi semangat.
Jasmine pun tersenyum dan melangkah kakinya ke dalam butik. Sesampainya di dalam Jasmine langsung didandani tante Fira yang sudah dapat berdiri walau belum sepenuhnya sembuh. Setelah selesai didandani Jasmine pun mengganti seragamnya dengan baju yang sudah disiapkan oleh tante Fira. Tak lupa ia pun mengenakan lensa kontak agar minus pada matanya tak mengganggu. Kemudian Jasmine dan tante Fira pun berangkat ke tempat yang dijanjikan dengan menggunakan mobil tante Fira.
"Tante udah bisa nyetir sendiri?" tanya Amira yang melihat tante Fira yang hendak menyalakan mobilnya.
"Alhamdulillah Jess, walaupun belum bisa jarak jauh tapi setidaknya ga perlu minta di antar sopir om Dani lagi" ujar tante Fira yang memang dari dulu lebih suka menyetir sendiri.
"Alhamdulillah tante itu berarti tante udah hampir sembuh seratus persen" kata Jasmine .
"Iya Jess... jadi kamu juga jangan putus asa suatu saat mama kamu juga akan sadar dari komanya..." hibur tante Fira yang tahu isi hati Jasmine yang memikirkan mamanya.
Tak berapa lama mereka pun sampai di tempat tujuan. Sebuah kafe yang tampak sangat nyaman dan tidak terlalu ramai karena bukan weekend. Keduanya pun langsung masuk dan memilih tempat duduk yang dirasa cukup nyaman untuk mengadakan rapat. Baru saja keduanya hendak memesan menu yang mereka inginkan pak Adam dan sekretarisnya pun datang.
"Maaf kami terlambat" ucapnya dengan sopan.
"Ah tidak pak, kami juga baru sampai" ucap tante Fira sambil tersenyum.
Lalu pak Adam dan sekretarisnya pun duduk di seberang mereka dan ikut memesan menu yang ada di kafe itu. Setelah mencatat pesanan mereka berempat pelayan kafe pun meninggalkan mereka.
"Jadi desain seperti apa yang bapak inginkan untuk seragam karyawan bapak?" tanya Jasmine membuka percakapan.
"Begini saya ingin seragam yang nyaman dikenakan oleh seluruh karyawan dan tetap terlihat modis. Saya juga ingin agar setiap devisi mengunakan model dan warna yang berbeda agar sesuai dengan kebutuhan kerja mereka" terang pak Adam sambil menatap Jasmine serius.
Tampak sekali jika laki-laki berusia 30 tahun itu sedang menilai Jasmine.
"Baik pak saya akan segera membuatkan desain yang bapak minta. Jika sudah selesai kami akan segera memberi kabar pada bapak" ucap Jasmine tenang.
"Saya harap juga begitu..." kata pak Adam.
Tak lama pesanan mereka pun datang dan mereka menyantap hidangan yang sudah disajikan. Selesai menyantap hidangan yang mereka pesan mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka dengan lebih santai.
"Untuk mempermudah mendesain saya ingin Jessica untuk datang ke perusahaan kami dan mengamati kegiatan setiap devisi" kata pak Adam yang membuat Jasmine dan tante Fira terkejut.
"Ehm apakah itu suatu keharusan Pak?" tanya tante Fira hati-hati.
"Tentu saja sebab saya tidak ingin ada kesalahan walaupun kecil" kata pak Adam tegas.
Tante Fira menghela nafas pelan dan memandang Jasmine yang sudah terlihat gugup. Ia tahu akan sulit bagi gadis itu membagi waktunya jika harus ke perusahaan pak Adam. Setelah berfikir sejenak tante Fira pun membuka suaranya.
"Baik pak ... lalu kira-kira kapan kami harus ke perusahaan Bapak?" tanyanya.
"Bukan kalian tapi cukup Jessica saja. Dan waktunya akan saya beritahukan secepatnya" kata pak Adam yang masih terus memandang Jasmine penuh selidik.
"Oh begitu ya...." ucap tante Fira pasrah.
Ia pun memandang Jasmine dengan tatapan menyesal telah melibatkan gadis kecil itu terlampau jauh. Tak seharusnya ia dulu memaksa gadis itu menuruti ide gilanya. Kini nasi sudah menjadi bubur, gadis 15 tahun itu masih harus terus memerankan dirinya menjadi wanita dewasa.
"Kalau begitu bisakah kami pamit terlebih dahulu? Karena kami masih harus menemui klien kami yang lain" kata tante Fira yang tak ingin berlama-lama.
"Oh baik... tidak masalah, silahkan jika memang kalian masih ada urusan lain" ucap pak Adam.
Setelah saling bersalaman Jasmine dan tante Fira pun bergegas pergi dari tempat tersebut. Begitu keduanya pergi pak Adam pun langsung menghubungi anak buahnya.
"Cepat ikuti mereka dan laporkan semuanya pada saya" ucapnya tegas.
"Sekarang kita lihat sepandai apa kau menyembunyikan identitas aslimu.." gumamnya dalam hati.
"Kita pulang sekarang" katanya pada sekretarisnya yang sedari tadi menunggunya.
Sementara di dalam mobil tante Fira dan Jasmine masih kebingungan dengan permintaan pak Adam yang menyuruh agar Jasmine datang sendiri ke perusahaannya.
"Bagaimana ini tante?" tanya Jasmine panik.
"Tenang Jess ga akan terjadi apa-apa sama kamu toh di sana banyak orang" kata tante Fira menenangkan.
"Tapi bagaimana dengan sekolahku tante?"
"Nanti tante yang akan meminta ijin pada guru sekolahmu... jadi jangan khawatir ya" kata tante Fira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
baiq yulia windhyana
lanjut
2022-04-09
0