Setelah melihat mobil pak Adam meninggalkan parkiran butik Jasmine pun langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam butik. Di sana sudah ada tante Fira dan Dara yang menunggunya.
"Gimana Jess?" tanya Dara begitu melihat Jasmine.
"Alhamdulillah mbak... lancar" ucapnya sambil tersenyum.
"Ah syukurlah..." ucap tante Fira dan Dara berbarengan.
"Jadi mereka sama sekali tidak mencurigaimu kan Jess?" tanya tante Fira yang sangat mengkhawatirkan Jasmine.
"Iya tante... mereka sama sekali tidak curiga" terang Jasmine.
"Syukurlah ... jadi sekarang kamu tinggal fokus bikin desain dan juga sekolah kamu saja. Tante akan berusaha agar sebisa mungkin mengurangi pertemuan kamu dengan mereka jadi kamu tenang saja ya"
"Iya tante..."
"Sudah sekarang bersihkan dulu make up kamu lalu kamu sekalian tante antar pulang"
"Baik tante" jawab Jasmine.
Kemudian ia pun segera menuju ke toilet untuk membersihkan dirinya dan berganti pakaian dengan kaos yang sengaja ia bawa dari rumah. "Sudah tante..." kata Jasmine setelah keluar dari dalam toilet.
"Ya sudah ayo..." ajak tante Fira.
"Dara saya antar Jasmine dulu ya... sebentar saya balik lagi" terangnya pada Dara yang tengah merapikan meja kasir.
"Iya mbak..." jawabnya.
"Aku pulang dulu ya mbak..." pamit Jasmine juga.
"Iya Jess"
Keduanya pun keluar dari butik dan langsung masuk ke dalam mobil. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengawasi butik sejak tadi.
"Tante ga nyangka kamu bisa sejauh ini Jess" ucap tante Fira.
"Iya tante... aku juga. Apalagi tadi sewaktu baru sampai disana aku udah nervous duluan" ungkap Jasmine.
"Ga pa-pa yang penting semua lancar..." sambung tante Fira yang disetujui dengan anggukan oleh Jasmine.
Tak lama keduanya pun sampai di depan rumah Maya dan kemudian Jasmine pun turun sedang tante Fira begitu gadis itu turun dari mobilnya ia langsung kembali ke butik sebab ia khawatir jika Dara kewalahan saat ada pelanggan yang datang. Sementara di depan butik seseorang yang mengawasi sedari tadi pun belum juga beranjak dari tempatnya mengintai. Seseorang itu pak Adam yang sedari tadi menunggu Jessica. Sedang gadis diharapkannya keluar dari butik itu pun belum juga menampakkan diri.
"Kemana gadis itu ... kenapa sedari tadi tak keluar juga? Bukankah tadi dia bilang akan pergi lagi menemui klien?" runtuknya dalam hati.
Namun sampai dilihatnya mobil tante Fira kembali ke butik itu, gadis yang ia tunggu tak juga keluar dari dalam butik.
"Apa aku harus masuk dan menanyakanya pada mereka yang ada disana ya? Tapi bukankah mereka akan curiga jika aku tiba-tiba datang dan menanyakannya?" gumamnya dalam hati.
"Arrgghh.... siaaal! Kenapa aku jadi sangat penasaran pada gadis itu sih?" umpatnya sambil memukul stir mobil.
Tak berapa lama terlihat jika tante Fira mulai menutup butiknya. Kemudian terlihat pula tante Fira keluar bersama seorang karyawannya dan langsung menutup butiknya itu. Tak dilihatnya Jessica gadis yang sedari tadi ditunggunya. Pak Adam mengernyitkan dahinya bingung.
"Bukankah sedari tadi Jessica tak keluar dari butik?" gumamnya dalam hati.
"Lalu kenapa sampai butik ditutup pun ia tak juga keluar?" pikirnya lagi.
"Apa aku tadi terlewat ya? Ah tapi itu tidak mungkin!!" gumamnya frustasi.
Sementara tante Fira yang sudah mengunci butiknya dari luar pun masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pulang. Pak Adam pun semakin penasaran dengan sosok Jessica yang menurutnya sangat misterius. Karena merasa tak ada yang bisa ia lakukan lagi akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya walau pun hatinya masih diliputi oleh rasa penasaran.
Sesampainya di rumah ia disambut oleh ibunya nyonya Sinta.
"Tumben kau sudah pulang nak?" tanyanya lembut sebab memang Adam jarang pulang sore sebab sering kali lembur atau pergi dengan teman-temannya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
"Iya ma... lagi pengen pulang cepet..." jawabnya memberi alasan.
"Aku ke kamar dulu ya ma..." sambungnya.
Melihat tingkah anaknya itu nyonya Sinta hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia sudah bisa menebak jika putranya itu sedang ada masalah hanya dengan melihat wajah putra satu-satunya itu yang kusut. Di kamar Adam melempar jasnya ke sembarang tempat dan langsung menjatuhkan tubuhnya keatas kasur. Matanya menerawang mencoba kembali mengingat setiap kejadian di depan butik.
"Arrghh... kenapa aku sama sekali tak tahu jika gadis itu sudah keluar dari butik tempatnya bekerja? Atau jangan-jangan dia itu hantu..." gumamnya seketika membuat tubuhnya jadi merinding.
"Tapi itu tidak mungkin.... kalau hantu kenapa bukan cuma aku yang bisa melihat dia lagi pula mana ada hantu di siang bolong..." racaunya dalam hati.
Semakin ia memikirkannya semakin ia merasa pusing.
"Ah lebih baik aku mandi dulu... siapa tahu jika badanku segar pikiranku pun jadi lebih jernih" putusnya lalu ia pun melangkah menuju kamar mandi.
Sementara saat makan malam bersama Maya tiba-tiba Jasmine mendapat kabar dari rumah sakit jika ibunya sudah mulai sadar. Dengan penuh rasa haru ia langsung menuju rumah sakit ditemani Maya dan pak sopir karena kedua orang tua Maya belum pulang. Namun Maya sudah memberitahukan kabar itu pada kedua orangtuanya dan mereka berjanji akan segera menyusul ke rumah sakit. Selama perjalanan menuju ke rumah sakit tak henti-hentinya Jasmine mengucap syukur dan berdo'a agar keadaan mamanya segera membaik. Maya pun ikut bahagia melihat kebahagiaan sahabatnya itu.
"Semoga semua berjalan lancar ya Jess... dan mama kamu bisa cepat pulang"
Jasmine pun mengangguk dengan semangat. Sesampainya di rumah sakit keduanya langsung menuju ruang perawatan mama Tika. Saat membuka pintu kamar terlihat oleh Jasmine mamanya yang masih terbaring namun kini dapat menoleh kearahnya dan tersenyum. Jasmine pun langsung menghambur ke arah mamanya dan memeluk wanita itu sambil sesekali sesenggukan karena air matanya yang langsung menetes tak dapat ia bendung. Maya yang melihat itu pun tak dapat menahan rasa harunya dan ikut meneteskan air mata.
"Ja...ngan... me...na... gis..." ucap mama Tika terbata dan lirih.
Namun Jasmine masih dapat mendengarnya. Rasanya seperti mimpi saat mendengar suara mamanya yang sudah hampir dua bulan ini ia rindukan.
"Mama... Jasmine senang mama sudah sadar" ucapnya di sela-sela tangisnya.
Untuk beberapa saat keduanya larut dalam suasana haru.
Setelah mengurai pelukannya Jasmine pun duduk di kursi samping brankar ibunya. Dipandanginya wajah mama Tika yang tampak tirus namun sudah tak terlalu pucat seperti saat dia koma.
"Mama... jangan seperti ini lagi ya... Jasmine takut..." ucapnya sambil menggenggam tangan mama Tika.
Mama Tika hanya bisa tersenyum karena tenaganya belum pulih benar hingga untuk sekedar berkata pun ia akan merasa sangat lelah. Namun ia sangat bahagia dapat melihat wajah putri semata wayangnya lagi. Tak lama kedua orangtua Maya pun tiba, mereka langsung memberi selamat dan berdo'a agar mama Tika segera sembuh dan dapat kembali ke rumah. Mereka pun berbincang sebentar walau sebenarnya cuma mereka berempat yang bicara sedang mama Tika hanya sebagai pendengar karena tubuhnya yang masih lemas.
Pukul sepuluh malam mereka pun ijin pulang sedang Jasmine ingin tetap tinggal untuk menemani mamanya. Maya dan kedua orangtuanya pun mengerti sehingga mereka mau meninggalkan Jasmine di rumah sakit bersama mamanya.
"Besok kami kemari lagi ya mbak Tika..." ucap mamanya Maya.
" I...iya..." jawab mama Tika.
Kemudian Maya dan keluarganya pun pulang. Tinggallah Jasmine yang menemani mama Tika.
"Ka...mu... ti..dur..lah..." suruh mama Tika pada putrinya itu.
Ia tak ingin gadis itu begadang semalaman untuk menungguinya. Dengan patuh Jasmine pun menuruti perintah mamanya. Hampir kehilangan mamanya membuat gadis itu berjanji akan menuruti semua perkataan mamanya jika mamanya itu sadar dari koma. Karena itu begitu mamanya menyuruh ia pun langsung membaringkan tubuhnya di bangku panjang yang ada di ruang perawatan mamanya itu dan berusaha untuk segera tidur.
Melihat putrinya yang langsung patuh membuat mama Tika tersenyum bahagia pasalnya walau pun sejak dulu Jasmine termasuk anak yang patuh namun tak jarang gadis itu juga akan sedikit bandel pada mamanya.
"Tampaknya selama mama koma kamu sudah berubah semakin dewasa sayang..." ucap mama Tika dalam hati sambil memandang putrinya yang sudah mulai terlelap di bangku rumah sakit.
"Alhamdulillah ya Allah... Kau telah memberiku kesempatan kedua untuk terus menjaga dan merawat putri kecilku..." ungkapnya dalam hati dengan air mata yang menetes bahagia.
Di lain tempat tampak Adam kembali termenung di atas balkon kamarnya. Pandangannya menerawang pada sosok Jessica gadis misterius yang kini sering memenuhi pikirannya.
"Siapa kau sebenarnya Jessica... kenapa kau begitu misterius?" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments