Adhelia mulai tersadar dan mendapati dirinya sedang berada di suatu ruangan (lebih tepatnya kamar) yang sepertinya adalah kamar hotel.
Adhelia berusaha mengingat kembali saat sebelum dia pingsan, terakhir kali dia ada disebuah club malam bersama Ricky salah satu teman lelakinya.
Adhelia mengusap pelipisnya karena kepalanya yang masih terasa pusing.
"Baru bangun princess?"
Suara seseorang mengagetkannya.
"Ricky?"
Adhelia mengernyitkan kening berusaha menatap dengan fokus.
"Malam ini kita akan habiskan malam panjang princess, dan aku pastikan kamu gak akan pernah melupakannya."
Ricky tersenyum dengan licik.
"Apa maksud kamu? Kita dimana sekarang?"
Adhelia mulai panik.
"Sssstttt... slow down baby, nikmatin aja malam ini."
Ujar Ricky.
Dan kali ini posisi Ricky duduk di sisi ranjang, mencoba menyentuh Adhelia.
"Ricky, kalo kamu berani ngelakuin hal aneh-aneh aku bakal teriak!"
Ancam Adhelia.
Namun Ricky hanya tersenyum sinis.
"Gak usah munafik Dhel.. cewe-cewe seperti kamu, itu semuanya sama. MU-RA-HAN."
Adhelia langsung menerjang Ricky yang mencoba mendekatinya.
Namun dengan kondisinya yang masih lemah, tentu saja terjangan itu dengan mudah ditangkis oleh Ricky.
Bahkan kali ini Ricky sudah mencengkeram pergelangan kakinya.
"Rick please Rick, jangan kayak gini.. Kita kan temenan, kenapa kamu setega ini.."
Adhelia mulai ketakutan.
"Temen? Tapi aku gak pernah menganggap kamu temen tuh."
Jawab Ricky dengan sinis.
Baru saja Ricky akan mendekati posisi Adhelia, tiba-tiba pintu menjeblak terbuka.
Dua orang staff hotel datang bersama tiga orang polisi langsung menghambur masuk kedalam ruangan menarik Ricky dan Adhelia yang masih tergeletak lemas.
"Pak.. tolong pak."
Gumam Adhelia.
"Tolong ceritakan, bagaimana kronologis kejadian hingga anda dijebak dikamar itu."
Pinta salah seorang polisi yang sedang menginterogasi Adhelia.
Saat ini mereka sudah berada di kantor polisi.
Selama diperjalanan Adhelia meracau mengatakan bahwa dia telah dijebak oleh Ricky dengan cara memasukkan sesuatu kedalam minumannya.
"Saya.. Saya tidak ingat kejadian persisnya pak, saya hanya ingat terakhir kali saya sedang bersama Ricky di sebuah club malam dan Ricky memberikan segelas orange juice kepada saya. Setelah itu saya benar-benar tidak ingat apapun, hingga akhirnya saya sadar dan ternyata saya sudah berada dikamar itu."
Meski masih merasa trauma, namun Adhelia berusaha menjelaskannya dengan tenang.
"Apakah ada saksi mata yang melihat kejadian saat itu?"
"Saya tidak tahu pak, karena saat kejadian hanya ada saya dan Ricky di bangku itu."
"Kami akan menyelidiki kasus ini, dan untuk sementara anda harus selalu siap jika sewaktu-waktu pihak kepolisian memanggil anda kembali."
Ujar polisi tersebut.
"Baik, terimakasih pak."
"Kalau begitu, tolong berikan kontak keluarga anda yang bisa dihubungi, agar segera menjemput anda disini."
"Hah? Kenapa harus ada keluarga pak? prosesnya udah selesai kan?"
"Tapi ini memang sudah menjadi prosedur, harus ada pihak keluarga yang memberi jaminan. Terlebih anda masih belia."
Jawab polisi tersebut.
Adhelia terdiam sejenak. Jika dia tidak memberikan kontak salah satu keluarganya, sudah pasti dia akan tetap ditahan disini. Tapi jika dia memberikan kontak ayahnya, dia tidak tahu entah akan seperti apa kemarahan ayahnya terhadapnya.
Belum lagi masalah sebelumnya mereda, kini dia justru membuat masalah yang lebih besar.
Namun pada akhirnya Adhelia tidak punya pilihan lain.
Dia memberikan nomor ponsel ayahnya.
Tentu dia telah menduga akan seperti apa reaksi ayahnya nanti, tapi dia akan meminta maaf bahkan bila perlu berlutut di kaki ayahnya.
Dia merasa percaya diri, bahwa ayahnya tidak akan tega memberikan hukuman padanya.
Saat menjemput Adhelia di kantor polisi, wajah Pak Dermawan terlihat menahan amarah.
Namun dia berusaha menahan, atau setidaknya dia tidak ingin terlihat seperti sosok ayah yang kejam.
Setibanya dirumah, Pak Dermawan juga tidak mengatakan apapun.
Beliau langsung masuk kedalam kamarnya, dan hal itu membuat Adhelia merasa canggung.
"Tumben ayah gak marah?"
Gumam Adhelia sambil menatap pintu kamar ayahnya yang sudah tertutup.
Namun Adhelia tidak menggubris, dan menganggap sepele kejadian hari itu hanya karena ayahnya tidak marah seperti biasa.
Keesokan paginya, Pak Dermawan juga tidak sarapan dirumah seperti biasa.
Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali, bahkan sebelum Adhelia terbangun dari tidurnya.
"Ayah mana nek?"
tanya Adhelia di sela sarapannya.
Sama seperti Pak Dermawan, Nenek Adhelia juga tidak bicara apapun kepadanya pagi ini. Dan itu baru Adhelia sadari, saat Neneknya justru pergi begitu saja setelah dia bertanya.
"Ini orang dirumah pada kenapa sih? Masak iya cuma karena masalah tadi malam jadi pada diamin aku? Dalam kasus ini kan aku jelas-jelas gak salah, aku dijebak."
Gumam Adhelia.
Namun lagi-lagi dia tidak mengambil pusing hal tersebut.
"Liburan masih panjang, atm semua di blok, aku harus ngapain coba?"
Gerutu Adhelia sambil mondar mandir didalam kamarnya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, notifikasi pesan whatsapp dari Vina, temannya.
Vina : Dhel, nongki yukk.. Sumpah demi nenek tapasya, aku bosen banget nih dirumah.
Adhel : Kamu mau ngajakin nongki pake apa bhambhanggg.. atm aku semua udah di block sama ayah.
Vina : Hah? Kok bisa? Trus gimana?
Adhel : Ya mau gimana lagi, dengan sangat terpaksa aku harus #StayAtHome sampe jadwal perkuliahan dimulai.
Vina : Tapi jadwal kuliah kan masih lama Dhel.. dua bulan lagi loh. Yakin kamu sanggup diam dirumah selama itu?
---
"Dasar nenek sihir, kamu ngajak nongki juga biar ada yang bayarin kan."
Adhelia mendengus kesal sambil melempar ponselnya ke atas kasur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Lista Fadlan
nyimak dulu
2022-06-19
0
farah69
lanjut
2022-01-23
0
Mutia Kim🍑
Kasihan sih si Adhelia cuma di manfaatin doang sama temennya sendiri😢
2022-01-22
0