Tak terasa waktu menjelang sore dan Adhelia hanya melewati hari itu dengan uring-uringan dikamarnya.
Sejak pagi tadi tak satupun anggota keluarga mau bicara padanya.
"Gak bisa nih dibiarin terus begini. Aku akan membujuk ayah dan nenek agar mereka mau berbicara denganku."
gumam Adhelia.
"Assalamualaikum"
Terdengar seseorang lelaki memanggil dari luar rumah.
Karena rumah keluarga Adhelia tidak terlalu luas dan hanya terdiri dari satu lantai saja.
Adhelia masih tetap uring-uringan dikamarnya.
"Assalamualaikum"
Terdengar panggilan kedua dan sedikit lebih keras.
"Astaga, siapa sih. Bi Sumi mana coba."
gerutu Adhelia sambil melirik jam yang ternyata sudah pukul setengah enam sore.
"Oh iya, Bi Sumi udah pulang dari setengah jam lalu ya. Nenek juga biasanya jam segini jogging disekitar komplek."
Adhelia meraih jilbab pasmina dan memakainya sembarang, kemudian melihat siapa yang ada didepan.
"Waalaikumsalam"
jawab Adhelia sambil membuka pintu.
Seorang pria tampan bertubuh atletis berdiri didepan pintu.
Pria itu menggunakan baju koko dan celana cingkrang, lengkap dengan kopiah menempel dikepala.
Yasalam..Ganteng banget.
Batin Adhelia sambil memperhatikan pria yang berdiri dihadapannya.
Sadar dirinya sedang diperhatikan, pria tersebut berdehem untuk mengalihkan perhatian Adhelia.
"Ehm. Maaf mbak, Pak Dermawannya ada?"
Tanya pria tersebut.
Adhelia masih terdiam mematung menyaksikan keindahan ciptaan Allah yang sedang berdiri dihadapannya.
"Mbak, Pak Dermawannya ada?"
Pria itu bertanya untuk kedua kalinya dan segera membuat Adhelia tersadar.
"Eh. emm. Maaf mas, ayah belum pulang. Ada perlu apa ya?"
Tanya Adhelia.
"Begini mbak, saya mau menyampaikan undangan untuk pak Dermawan. Selepas sholat isya nanti akan ada kajian di mesjid komplek kita.
tolong disampaikan ya mbak."
"Oh. Yaudah, nanti aku sampaikan."
"Kalau begitu saya pamit dulu mbak. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Pria itu hendak membalikkan badan, namun tiba-tiba Adhelia memanggilnya.
"Eh. Mas, kalau boleh tau namanya siapa?"
Tanya Adhelia.
"Saya Zaki mbak."
Jawab pria tersebut.
"Saya Adhelia, panggil aja Adhel."
Pria tersebut mengangguk.
"Assalamualaikum, mbak Adhel."
"Waalaikumsalam"
Jawab Adhelia.
Apa dia orang baru ya? Kayaknya belum pernah lihat dia sebelumnya dikomplek ini.
Batin Adhelia sambil menutup pintu.
Pukul enam sore Pak Dermawan baru saja kembali.
Sedangkan Adhelia masih mondar mandir dikamar.
baiklah, setidaknya aku punya alasan untuk bicara dengan ayah.
batin Adhelia.
"Ayah, tadi ada undangan dari mesjid. Acara kajian malam nanti sehabis isya"
Adhelia mencoba memulai pembicaraan dengan ayahnya yang sedang menunggu waktu sholat maghrib sambil membaca ayat suci Al-Qur'an diruang keluarga.
"Baiklah."
Jawab Ayah singkat.
Namun Adhelia tidak kehabisan akal.
"Ayah, dikomplek kita ada orang baru ya? tadi ada laki-laki yang datang nyampein undangan dari mesjid komplek. Tapi Adhel belum pernah melihat dia didaerah komplek kita."
"Adhel, sudah mau adzan. Cepat berwudhu, setelah itu sholat berjamaah dengan nenek."
Titah Pak Dermawan dengan tenang.
Meskipun badung, Adhelia masih tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Meskipun dia menjalankannya karena takut pada ayahnya.
Pak Dermawan beranjak dari tempatnya.
"Ayah mau kemana?"
tanya Adhelia saat melihat ayahnya berjalan keluar.
"Ke mesjid. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Dan akhirnya Adhelia hanya bisa memandang punggung ayahnya dengan rasa sesal.
Sudah menjadi kebiasaan Pak Dermawan, menjalankan sholat maghrib di mesjid dan baru kembali setelah isya.
Pukul sembilan malam, Pak Dermawan baru kembali dari mesjid dan langsung menuju ruang makan.
Perutnya mulai berontak minta diisi.
Adhelia masih menunggu ayahnya kembali. Dan memang sudah menjadi kebiasaan bagi Adhelia, dia baru berselera untuk makan jika sudah bersama ayahnya.
Suasana meja makan tampak hening.
"Gimana kajian hari ini yah?"
Tanya Adhelia berusaha mencairkan suasana.
"Jangan berbicara saat makan."
Tegas pak Dermawan.
Akhirnya Adhelia hanya bisa menelan ludah.
setelah menyelesaikan makan malam Pak Dermawan hendak beranjak dari tempatnya, Namun Adhelia menahannya.
"Ayah.. Adhel minta maaf. Adhel gak sedikitpun bermakaud mempermalukan keluarga. Tapi waktu itu Adhel benar-benar dijebak yah, polisi juga udah menjelaskannya sama ayah kan. Ayah tahu kan Adhel gak salah."
"Dengan kamu berada ditempat yang tidak semestinya, itu kesalahan Adhel.
Kamu itu anak perempuan, bahkan kamu berhijab.
Tadinya ayah kira dengan memaksamu menggunakan hijab perlahan lahan bisa merubah tingkah lakumu, tapi ternyata ayah salah."
Adhelia tertegun mendengar perkataan ayahnya.
Memang benar, dia terpaksa menggunakan hijab karena ancaman ayahnya yang mengatakan akan menyita semua fasilitasnya jika dia menolak.
"Ayah.. Adhel minta maaf. Adhel janji ini yang terakhir. Adhel gak akan melakukan hal ini lagi. Adhel akan berusaha untuk berubah ayah."
Adhelia mencoba membujuk ayahnya.
"Pernahkah kamu menghitung sudah berapa kali kamu berjanji kemudian mengingkarinya?"
"Tapi yah, Adhel janji kali ini Adhel benar-benar akan berubah."
Adhelia mulai menangis.
"Baiklah, dengan satu syarat."
Ucap Pak Dermawan.
"Apa syaratnya yah?"
Tanya Adhelia.
Pak Dermawan menghela napas panjang, kemudian..
"Kamu harus menikah, dengan lelaki pilihan ayah."
Ucapnya.
Adhelia tertegun mendengar syarat dari ayahnya.
Dia nyaris tak percaya, ini kali kedua ayahnya mengatakan hal tersebut.
"Ayah pasti bercanda kan, lagipula Adhel masih 17 tahun yah.. Adhel masih muda, Adhel masih ingin melanjutkan kuliah..."
"Melanjutkan kuliah, atau justru melanjutkan kenakalan kamu? Jika ayah terus-terusan mentolerir kesalahan kamu, entah berapa banyak lagi kenakalan yang akan kamu lakukan kedepannya. Apakah peristiwa semalam tidak cukup sebagai peringatan keras untuk kamu? Jika saja pada saat itu polisi tidak sedang melakukan pengintaian terhadap teman kamu yang merupakan bandar narkoba, apa kamu pikir kamu akan selamat?"
Adhelia tersentak kaget.
Sejak semalam dia berusaha untuk membuang jauh pikiran tentang kejadian itu, namun kali ini sang ayah justru mengungkitnya.
Bohong jika Adhelia mengatakan dia baik-baik saja.
Dialah yang paling merasa terpukul atas peristiwa yang sudah terjadi. Entah bagaimana dia akan melanjutkan hidup jika saja peristiwa naas itu benar-benar terjadi padanya.
"Ayah egois!"
Pekik Adhelia, yang langsung berlari ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Mutia Kim🍑
Pasti ayahnya milih Zaki sebagai suaminya adhel
2022-01-22
0
KINOSANN
bapaknya auto milihin ustadz nih biar adhel tobat
2022-01-22
0
Akhwat Qalbi
mulai seru cerita nya
2021-11-27
0