Waktu menjelang siang saat Adhelia keluar dari kamarnya.
Perutnya yang lapar tidak bersedia memberikannya toleransi untuk melanjutkan aksi ngambeknya.
Adhelia berjalan menuju ruang makan, dan sempat melihat ayahnya yang sedang menonton berita di ruang keluarga.
"Udah selesai ngambeknya?"
tanya ayahnya sambil tersenyum sumringah.
Adhelia hanya diam, lalu melengos pergi begitu saja.
Setelah berdamai dengan rasa laparnya Adhelia hendak kembali kekamar.
Namun ayahnya yang tiba-tiba duduk dihadapannya memintanya untuk tetap duduk.
"Adhelia, dengarkan ayah. Apapun keputusan yang ayah ambil, itu untuk kebaikan kamu. Ayah tidak ingin kamu menjadi gadis liar dan akhirnya salah jalan. Ayah hanya ingin kamu bersama lelaki yang tepat. Yang bisa membimbing kamu menjadi wanita yang lebih baik. Bukannya kamu sendiri yang berjanji akan berubah?"
"Adhel memang ingin berubah ayah, tapi bukan berarti ayah harus menikahkan Adhel.
Apalagi jika itu dengan orang yang tidak Adhel cintai."
Ayahnya menarik napas dalam.
"Adhelia.. Cinta itu hanya bumbu pelengkap.
Yang paling utama dalam sebuah pernikahan adalah niat.
Pernikahan yang diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah, dan hanya mengharapkan ridho dari Allah saja.
Pernikahan itu adalah ibadah yang paling lama yang harus kita jalani nak. Maka, kita harus menikah dengan orang yang tepat. Orang yang bersedia bekerja sama dengan kita, untuk meraih surga.
Kamu tahu, dulu almarhumah ibu kamu selalu bilang ke ayah. dia ingin suatu hari nanti, putri kecilnya menikah dengan pria yang soleh dan bertanggung jawab. Itulah keinginan terbesar almarhumah ibu kamu nak. Bahkan sebelum ibu kamu pergi, dia berpesan pada ayah. Saat kamu dewasa nanti, dia meminta ayah untuk menikahkanmu dengan lelaki yang baik agamanya. Apakah kamu tidak ingin membahagiakan ibu kamu disana?"
Adhelia tertegun. Airmatanya mengalir begitu saja, saat ibunya disebut.
Masih sangat jelas gambaran ibunya yang tersenyum dalam mimpinya tadi.
Dadanya terasa sesak, mengingat sosok ibu yang tak lagi bisa dia temui.
Jika saja ibunya masih ada, apakah ibunya akan mendukung keputusan yang telah dibuat oleh ayahnya?
yaitu : menikahkannya.
Adhelia menghela napas dalam.
Tanpa berkata apapun, dia beranjak pergi meninggalkan ayahnya begitu saja.
"Adhelia.. Kenapa kamu begitu keras kepala."
Gumam ayahnya.
Waktu dzuhur tiba, Pak Dermawan bergegas ke masjid untuk menjalankan sholat dzuhur berjamaah.
Dia juga sudah bertekad akan bicara pada Zaki, tentang rencana menjodohkan putri semata wayangnya dengan pemuda itu.
"Ustadz Zaki, bisa kita bicara sebentar?"
Pak Dermawan menemui Zaki setelah sholat dzuhur.
"Cukup panggil Zaki aja pak, saya bukan ustadz.
Hal apa yang ingin bapak bicarakan pada saya?"
tanya Zaki.
"Ya, Begini nak Zaki. Ini, soal Adhelia anak saya."
jawab Pak Dermawan.
"Ada apa dengan anak bapak?"
"Nak Zaki, kamu tahu kan. Istri saya sudah lama meninggal. Dan sejak istri saya meninggal, Adhelia lebih banyak diasuh oleh Neneknya. Sedangkan saya jarang ada waktu dirumah. Waktu saya lebih banyak dihabiskan dilapangan. Sejak kecil, neneknya sangat memanjakan Adhel. Dan karena itu Adhel tumbuh jadi anak yang manja. Terlebih lagi sejak masuk SMA dan salah bergaul, Adhelia semakin liar dan tidak terkontrol."
Zaki mendengarkan dengan seksama, sambil mencoba menerka arah pembicaraan Pak Dermawan.
"Saya sangat berharap, dia bisa berubah menjadi wanita soleha seperti almarhumah ibunya. Untuk itu, saya meminta nak Zaki, untuk membantu membimbing anak saya."
Zaki tersenyum, dia mulai mengerti maksud pembicaraan Pak Dermawan.
"Insya Allah saya akan berusaha membantu pak. Begini saja, nanti saya akan minta sepupu saya untuk menemui putri bapak. Insya Allah, sepupu saya bisa membantu membimbing putri bapak."
jawab Zaki.
"Terimakasih nak Zaki. Tapi, ada hal lain yang lebih penting."
"Hal apa itu pak?"
tanya Zaki.
"Saya.. berniat untuk menikahkan putri saya."
Zaki tertegun mendengar perkataan Pak Dermawan.
Namun dia tetap bersikap wajar.
"Ya, itu hal yang sangat baik Pak. Jika memang Bapak merasa sudah menemukan lelaki yang tepat untuk putri bapak, memang sebaiknya pernikahan itu disegerakan"
"Saya sudah menemukan orang yang tepat, Nak Zaki.
Saya yakin pemuda itu adalah pemuda yang soleh dan bertanggung jawab. Saya yakin dia mampu membimbing dan menjaga Adhelia."
nyessss...
Zaki merasa sesak di dadanya.
Namun lagi-lagi pemuda itu mencoba bersikap wajar.
"Saya..Saya turut senang mendengarnya pak. Mudah-mudahan pemuda yang bapak pilihkan untuk Adhelia bisa menjadi imam yang baik untuk putri bapak."
Jawab Zaki.
"Ya, saya yakin itu. Lagipula, saya sudah tua. dan saya tidak tahu apakah saya masih punya kesempatan untuk menjaganya. Karena itu, saya ingin menitipkan Adhelia kepada orang yang tepat. Setidaknya, setelah itu saya bisa lebih tenang."
"Bapak benar. tugas dan tanggung jawab orang tua memang sangat berat. Tapi jika anak yang mereka didik dan mereka besarkan menjadi anak yang soleh dan soleha, Insya Allah pahalanya akan terus mengalir meskipun kelak orang tua telah tiada."
Sambut Zaki.
"Ngomong-ngomong, waktu itu nak Zaki bilang siap untuk menikah itu benar?"
tanya pak Dermawan.
"Kalau memang Allah sudah mempertemukan dengan jodoh saya, Insya Allah saya siap pak."
jawab Zaki.
"Lalu, bagaimana jika wanita yang akan nak Zaki nikahi jauh dari ciri-ciri wanita soleha?"
Zaki menarik napas dalam.
"Pak, bagi saya menikah itu adalah ibadah. Jika Allah menetapkan jodoh saya adalah wanita yang belum menjadi soleha, maka itu adalah tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang suami untuk membimbingnya menjadi wanita soleha."
jawab Zaki.
"Nak Zaki, saya minta maaf jika ini terdengar lancang.
Tapi, Bersediakah nak Zaki menikahi putri saya?"
Pertanyaan itu meluncur begitu saja, dan membuat Zaki terdiam.
Disatu sisi hatinya merasa bahagia, namun di sisi lain dia juga merasa takut dan ragu.
Sejak pertama kali bertemu dengan Adhelia, Zaki mulai memendam rasa. Namun dia tidak ingin merusak hatinya dengan perasaan yang semu.
Hanya kepada Allah dia mencurahkan isi hatinya, dan hanya kepada Allah juga dia meminta.
Meski hatinya berharap, namun dia letakkan harapan tertinggi hanya pada Allah.
Jika memang Allah menakdirkan mereka bersama, maka biarkan Allah yang menjadi penuntun kisahnya.
Jika bukan dengannya, Allah pasti pilihkan dengan yang terbaik.
Zaki, pemuda itu telah jatuh cinta pada sosok Adhelia sejak pertama kali bertemu.
Dan perasaan itu, hanya dia dan Allah saja yang tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Cherry🍒
siyalan sisakan 1 untukku yang begini model nya 🤣🤣🤣
2023-01-06
0
Mutia Kim🍑
Zaki laki-laki idaman sih🤧
2022-01-22
0
Linda Ratih
pucuk d cinta ulam pun tiba..
2021-06-05
0