Matahari mulai menampakkan sinarnya, semua Santri sudah pada sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren HIDAYATULLAH.
Selesai dengan semua kegiatannya, semua Santri bersantai ria, karena sekolah formalnya lagi di liburkan sama sang neng, karena hari ini Santriwati mau datang ke acara undangan nikahan si Foni. Foni mengundang teman-temannya yang ada di Pondok Pesantren untuk mengisi acara di nikahannya nanti Malam.
Paginya yang ikut nari zaven mulai berlatih, yang sholawatan juga berlatih dan ada juga yang mengisi dengan pidato-pidatonya juga.
Semua Santri pada semangat berlatih.
tidak semua Santri ikut ke acara nikahannya Foni, hanya yang mengikuti zaven, sholawat dan juga pidato.
Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 4 sore. yang ikut undangan sudah sibuk bersiap-siap.
Jam 5 sore Santri yang ikut undangan sudah berada di dalam kendaraan yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.
Umi dan Abahnya Dayat juga sudah bersiap-siap untuk ke rumah sakit bersama Hendri dan juga Dayat.
Sedangkan Abah dan Uminya Alvy ikut rombongan undangan.
Alvy dan kedua orang tuanya memakai mobil lain mengikuti mobil rombongan sang Santri.
"Kalau saja Nadhira ikut undangan, pasti bakalan seru banget ya Yul.'' ucap Feni.
" Iya kak Fen, tapi katanya sekarang ini pulang dari rumah sakit.'' ucap Yuli.
"Masih lama nggak ini kak Feni, Selvi ngantuk banget kenapa ya.'' ucapnya sambil menguap.
"Kalau ngantuk ya tidur saja Sel, entar kita bangunin kok kalau sudah sampai.'' ucap Santi membolak-balikan sholawatan nya sambil mencoba menghafalnya.
"Ech! kalau kita nikah bakal kayak gini juga nggak ya kak?'' tanya Yuli tiba-tiba pada Feni.
"Ya, kamu undang saja, Anak-anak pasti datang kok, tapi ngomong-ngomong kapan lho mo nikah, kok sudah mikirin mau nikah gitu, emang sudah ada calonnya.'' tanya Feni beruntun.
"Cuma tanya saja kok kak Fen? kak Fen-fen saja yang berlebihan.'' jawab Yuli cemungut.
"Harusnya kak Feni yang bentar lagi nikah.'' celetuk Selvi.
"Woy!! Ngomongnya mau tidur, tapi kok masih nyeletuk omongan orang saja sich lho Sel.'' ucap Yuli melempar snack yang Yuli bawa.
"Makasih, gue makan ya.'' Selvi langsung membuka snack tersebut tanpa menghiraukan perkataan Yuli.
"Tapi nanti lho harus ganti snack gue, ingat ithu.'' ucap Yuli memperingatkan.
"Lha kan lho sudah melemparkan ke gue, gimana sich Yul.'' ucap Selvi sambil terus memakannya.
"Kalau nggak di ganti awas saja entar!'' Ancam Yuli.
Selvi hanya nyengir kuda, menananggapi perkataan Yuli.
Yuli sebenarnya tidak pernah perhitungan sama teman temannya, karena perkataan Yuli hanya sebatas bercandaan saja, jadi semua temennya sudah pada tau itu semua.
"Aduh lama banget sich nyampeknya, pantatku mulai panas nich, mana kebelet lagi, kak Feni? masih jauh nggak rumahnya.'' ucap Selvi yang sudah mulai gelisah setengah mati.
"Sebentar lagi nyampek kok, berasa jauh karena lewat jalan tol(tol ngantol).'' celetuk Yuli cengengesan ketika melihat sang teman gelisah dalam duduknya.
"Lagian lho nggak pakek pampers sich Sel.'' Ujar Santi.
"Sudahlah gue udah nggak tahan lagi nich kak Feni, turun di mana githu, biar aku bisa pipis dulu.'' kata Selvi yang sudah sangat kebelet.
"Ya sudah berhenti di masjid depan saja ya.'' Ujar Feni, Selvi mengangguk, dan Feni bilang sama supirnya.
"Pak, berhenti di masjid depan itu ya, temenku lagi kebelet nich Pak.'' ucap Feni.
"Iya dek.'' Ucap sang sopir
"Gimana kalau Kyai sama Umi Nyariin.'' tanya Yuli.
"Ya bilang saja mampir ke masjid githu.'' jawab Feni singkat.
🌺🌺🌺🌺🌺
Sedangkan Umi dan Abahnya Hendri menuju ke rumah sakit untuk menjemput Nadhira yang sudah di perbolehkan pulang.
Sesampainya di rumah sakit, Hendri dan keluarga langsung menuju kamar inap Nadhira, di dalam kamar hanya ada Nadhira yang sedang memainkan ponselnya.
Sedangkan sang Ibu lagi keluar membeli makanan, dan sang kakak mengambil uang untuk membayar administrasi rumah sakit.
"Assalamu'alaikum.'' ucap Umi Hendri, yang langsung menghampiri Nadhira.
" Waalaikum salamm.'' jawab Nadhira mencium tangan Umi Hendri.
Nadhira langsung mencium tangan Abah dan juga Uminya.
sedangkan Dayat sedang mengurus administrasi Nadhira tanpa sepengetahuannya.
" Kok Nadhira sendirian di sini, Ibu sama Sasnya kemana.'' tanya Umi Hendri.
" Ibu lagi beli makanan Umi? kalau Mas lagi ke ATM.'' ucap Nadhira sopan.
Hendri yang melihat Nadhira yang masih Malu-malu terhadap keluarganya, Hendri berkata.
"Nadhira nggak usah malu-malu githu, sebentar lagi kita bakalan ngumpul di rumah dan lebih sering lagi kita bertemu dan berbincang-bincang.'' ucap Hendri yang di angguki Nadhira.
"Maaf kak, Nadhira belum terbiasa dengan semua ini.'' ucap Nadhira takut-takut.
Tiba-tiba Dayat membuka pintu dan mengucap salam.
"Assalamu'alaikum.'' ucapnya.
" Waalaikum salam.'' jawab sang Abah.
"Gimana sudah selesai.'' tanya sang Abah ketika melihat Dayat masuk ke kamar rawat Nadhira.
" Alhamdulillah sudah selesai Abah?'' jawabnya.
Tak lama kemudian, Ibu dan Herman membuka pintu kamar rawat Nadhira.
"Assalamu'alaikum.'' ucap ibu Nadhira.
" Waalaikum salam.'' jawabnya serempak.
Di belakangnya sudah ada Suster yang akan melepaskan selang infus dari tangan Nadhira, lalu sang suster berkata.
"Kak Dhira boleh pulang sekarang, ingat jaga kesehatan nya kak?''
"Iya, makasich ya kak.'' ucap Nadhira.
Hendri sudah siap dengan kursi rodanya, tapi Nadhira malah nggak mau di suruh duduk di kursi roda tersebut, Nadhira malah memilih jalan kaki saja, tapi karena desakan dari Hendri dan Herman akhirnya Nadhira mau menaikinya. dengan wajah cemberut Nadhira menaiki kursi rodanya.
"Lawong cuma sampek depan kok dek.'' ucap Herman.
"Nadhira kuat kok Mas jalan kaki sampek depan?'' kata Nadhira.
"Adek nurut saja dech, lawong tinggal duduk doang malah kagak mau, gimana sich dek.'' kata Herman mulai kesel.
"Sudah, ayo biar kakak saja yang dorong.'' ucap Hendri.
"Ya sudah ayo pulang, betah banget di sininya.'' ucap Dayat sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Nadhira, di ikuti semua orang di belakangnya.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
Mobilnya sudah berada di depan pintu keluar rumah sakit, Dayat sudah menunggu didalam mobil.
mereka semua masuk ke dalam mobil menuju ke rumah Nadhira.
Aedangkan Herman mengendarai motornya bersama Hendri, karena mobilnya sudah tidak muat lagi.
Nadhira duduk ditengah, di apit sang Umi dan ibunya, hanya bisa pasrah saja menahan malu sama ustadz.
karena Uminya tak lain adalah Ibu dari Ustadznya.
"Mimpi apa Dhira kemarin, kok bisa Dhira mau di angkat anak sama Umi, dan secara tak sengaja Dhira bakalan di jadiin adik sama Ustadz.'' bathinnya, memejamkan matanya.
"Rara masih pusing tha.'' tanya Umi Hendri.
"Ach!! tidak Umi, Nadhira hanya mengantuk saja.'' Ucapnya.
"Ya sudah istirahat saja, sebentar lagi nyampek kok.'' Ujar Ibunya.
Nadhira hanya mengangguk, tak lama kemudian Nadhira sudah mulai berada di alam mimpinya.
Sedangkan Herman, sudah sampai di rumah bersama Hendri.
di rumah sudah ada Ayah yang menunggu kepulangan Nadhira.
Lalu Herman mempersilahkan Hendri masuk kedalam rumah.
Dan tak lama kemudian mobil Dayat sudah masuk di pelataran rumah Nadhira, Herman langsung memapah Adiknya masuk ke rumah, dan membawa kekamar tidurnya.
Abah, Umi dan juga Dayat memulai Obrolannya. niat datang ke rumah Nadhira bukan hanya untuk sebatas mengantarkan Nadhira saja, tapi mereka juga meminta ijin untuk membawa Nadhira ke Surabaya pada Ayah Nadhira.
"Sebelumnya kami mau menyampaikan tujuan kami datang kesini sama Bapak'' Abahnya memulai obrolannya.
" Iya Abah? Ibunya Nadhira sudah ngasih tau kemarin, saya tidak keberatan kalau Abah sama Uminya ustadz Dayat akan mengangkat Nadhira sebagai anak, tapi tidak terlalu cepatkah kalau Nadhira harus ikut ke Surabaya bulan depan.'' ucap Ayah Nadhira.
"Terlalu cepat kenapa Pak?'' tanya Abah Rahman.
"Karena Nadhira juga baru pindah sekolah, masak harus pindah sekolah lagi Bah?'' jawabnya
"Kalau menurut Bapak enaknya bagaimana.'' tanya Umi Hendri.
"Kalau Abah dan Umi tidak keberatan, bagaimana kalau nunggu Nadhira lulus sekolah MTS dulu baru pindahnya, tapi itu tergantung Nadhira saja sich nak Dayat, mau ikut sekarang atau besok kalau sudah lulus MTS.'' Ucap Ayah Nadhira.
"Yang di katakan Ayahnya Nadhira ada benarnya juga Abah?'' ucap Dayat membenarkan.
"Nadhira berada di Ponpes belum genap 3 bulan Abah, masak iya harus pindah sekolah lagi.'' ucap Dayat lagi.
"Ya sudah kalau githu Abah setuju saja, Abah hanya meminta ijin mau merawat Nadhira saja, apa di ijinkan Pak.'' tanya Abahnya Hendri.
"Iya, saya ijinkan Abah?'' jawab Ayahnya Nadhira.
"Ya sudah jangan ngobrol terus, kuenya sambil di makan Abah, Umi, nak Hendri dan Ustadz Dayat.'' ucap Ibu Nadhira.
Akhirnya jam 8 malam keluarganya Dayat pamit pulang.
Nadhira yang lagi tidur tidak boleh di bangunkan sama Uminya.
"Biarkan Nadhira istirahat, biar cepat pulih dan balik ke Ponpesnya lagi.'' kata Uminya pada ibu Nadhira.
jangan lupa dukung Al-mayra.
dan jangan lupa like, komen dan votenya kakak cantik👍😘.
makasih🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Yulia Yulia
jadi kangen sama sifeni Se🤔🤔
2021-12-23
2
Zєє wallupattma
maaf baru mampir lagi thor
2021-11-11
2
Neyna 🎭🖌️
semangat 💪👣👣💘
2021-11-01
2