Dikala Nadhira dan sang Ibu berdebat, di saat itu pula Hendri membuka pintu kamar rawat Nadhira, Hendri yang bersama Dayat dan Alvy masuk ke kamar rawat Nadhira sembari mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum.'' ucap mereka bertiga.
" Waalaikum salam.'' jawab Herman dan Ibunya.
"Gimana keadaannya sekarang.''tanya Alvy.
"Alhamdulillah sudah baikan neng?'' ucap Nadhira sambil benerin jilbabnya yang Awut-awutan.
" Alhamdulillah kalau begitu?!''
"Iya neng.'' ucap Nadhira melihat Hendri yang terus-terusan memandanginya.
"Gimana keadaannya dek?'' tanya Hendri.
"Alhamdulillah kak, sudah membaik.'' ucap Nadhira
"kak Hendri ke sini nya kapan "tanya Nadhira.
"Dari tadi, tapi ada di ruang rawat Uminya kak Alvy.'' kata Hendri.
Nadhira hanya ber och ria.
"Gini neng kalau ndok Nadhira sudah boleh pulang dari rumah sakit sini, mau saya bawa pulang ke rumah, entar kalau dah bener-bener sembuh baru balik ke Pondok Pesantren lagi.'' tutur Ibunya Nadhira.
"Ya sudah kalau githu Bu, Alvy nurut saja, lagian kalau ada di Pesantren nggak ada yang jagain Nadhira, semua temannya kalau pagi sekolah formal, pulangnya langsung kegiatan yang ada di Pondok Pesantren.'' ucap Alvy.
"Tuch dengerin apa kata nengnya.'' ucap sang Ibu pada Nadhira.
Nadhira hanya menanggapi nya dengan senyuman manisnya🤭🤭.
Hendri tersenyum dan berkata.
" Kamu harus jaga kesehatan dek? jangan biasakan memakan makanan yang asem-asem, kalau masih memakannya entar kayak gini lagi gimana, kan kasian Ibunya jadi khawatir.''
Nadhira mengangguk dan menjawab "Iya kak, makasih ya.'' tersenyum.
"Ya sudah, semoga cepat sembuh ya dek.'' ucap Hendri.
"Oia,Umi sebentar lagi mau pulang, jadi kamu harus segera sembuh ya, biar kamu direpotkan lagi sama Marsya.'' kata Alvy bercanda.
"Marsya tadi sempat nangis juga di Pesantren karena Alvy bilang kamu di rawat dan nginap di rumah sakit ini, katanya suruh cepat bawa pulang kak Dhiya githu bilangnya.''
Semua yang ada di ruangan tersebut pada tertawa, sampai pintu kamar rawat terbuka dan muncullah sesosok laki-laki tua, laki-laki tua tersebut adalah Abahnya Hendri.
Lalu sang Abah menghampiri dan langsung memeluk Nadhira, Nadhira yang kaget hanya terdiam menerima pelukan dari Abahnya Dayat dan Hendri.
Lalu akhirnya Dayat menghampiri sang Abah, dan melepaskan pelukan sang Abah dari Nadhira dan berkata.
"Sudahla Abah, ingat Nadhira bukan Nada kita Abah.'' memeluk sang Abah yang lagi menangis.
" Tapi bagi Abah Nadhira adalah anak Abah juga Dayat, Abah khawatir liat Nadhira yang kayak gini.'' ucapnya dengan tangisannya.
"Abah, Nadhira nggak apa-apa kok, Nadhira sudah sembuh, jadi Abah jangan khawatir lagi ya.'' kata Nadhira lembut.
Sang Abah memandangi wajah Nadhira yang sudah tidak pucat lagi.
"Emang benar aku terlalu khawatir sama Nadhira, waktu aku dengar Nadhira juga dirawat dirumah sakit ini, kenapa Perasaanku menjadi campur aduk kayak gini, aku hanya ingin merasakan kebahagiaan Nadhira dan juga ingin merawat Nadhira sebagai anakku, sebagaimana dulu aku merawat Nada.'' batinnya
"Kamu harus jaga kesehatan habis ini, kalau kamu nggak jaga kesehatanmu lagi dan kejadian hari ini terulang, Abah bawa kamu kerumah Abah.'' ucap sang Abah.
"Abah kok githu sich.'' ucap Dayat.
"Iya, biar Abah dan Umi saja yang merawat Nadhira di rumah dan bersekolah di sana.'' Ucapnya.
"Abah, Nadhira juga punya orang tua Abah, jangan asal bawa githu saja.'' celetuk Hendri.
"Abah akan meminta pada Ayah dan Ibunya Nadhira, Abah akan menjadikan anak angkat Abah.'' Ucapnya.
Ibu Nadhira hanya tolah toleh karna nggak ngerti yang di ucapkan Abahnya Hendri dan Dayat.
"Ibu misalkan Nadhira di bawa ke Surabaya sama Abah, dan Nadhira sekolah di sana apa Ibu mengijinkan.'' tanya Dayat.
"Maksudnya apa ya Ustadz, Ibu tidak mengerti.'' jawabnya.
"Ibu? sebenarnya Nadhira mirip dengan Almarhum Adik saya Nada, dan Abah ingin sekali merawat Nadhira bukan karna Nadhira mirip sama adik saya bukan begitu Bu, tapi Abah hanya ingin menyekolahkan dan ingin merawat Nadhira.'' ucap Dayat panjang lebar.
Ibu dan Herman sang kakak hanya terdiam mendengarkan setiap perkataan sang Ustadz.
"Ibu terserah sama anaknya saja Ustadz, kalau Nadhira mau tinggal di sana ya nggak apa-apa.'' ucapnya.
Nadhira kaget mendengar perkataan sang Ibu, yang memperbolehkan dirinya ikut ke Surabaya.
Nadhira tidak memungkiri rasa senangnya yang bakalan tinggal di Surabaya.
"Ya sudah terima kasih kalau Ibu mengijinkan Nadhira untuk tinggal bersama keluarga saya Bu?
jadi kita tinggal minta ijin sama Bapak saja.'' ucap sang Abah senang sambil menghapus air matanya.
...🌺🌺🌺🌺🌺...
Sedangkan di Pondok Pesantren Hidayatullah, semua santri senang karena kepulangan sang Ibu nyai.
semua santri HIDAYATULLAH menyambut kepulangan sang Nyai dari rumah sakit.
Yusro memapah sang Umi menuju ke kamarnya, semuanya senang melihat sang Umi sudah sehat.
setelah sang Uminya(Nyai)istirahat di kamarnya, Yusro langsung berpamitan untuk keluar.
Semua Santri lebih memilih memanggil Umi ketimbang Ibu Nyai.
Sedangkan Hendri hanya memainkan ponselnya. lalu tiba-tiba Dayat muncul dan berkata. "ayo ikut Abang.''
"Kemana sich Bang? Hendri lagi sibuk nich.'' Ucapnya.
"Sibuk main game.'' celetuk Dayat.
Alvi yang melihat sang suami dan adik iparnya hanya tersenyum.
"Mereka dari dulu tidak pernah berubah, mereka selalu berdebat hanya masalah sepele saja.'' gumam Alvy.
"Ya sudah ayo ikut kakak saja kalau gituu.'' ucap Alvy menghampiri Dayat dan Hendri.
"Mau di ajak kemana Yang.'' tanya Dayat.
"Ke Pondok Pesantren Putri liat kegiatan hari ini di sana.'' ucap Alvy pada sang suami.
"Jangan anech-anech dech yang.''
"Anech-aneh, kenapa sich Bang? kak Alvy kan hanya ngajak Hendri ke Pondok Pesantren Putri saja.'' ucap Hendri.
" Abi tenang saja, Alvy sudah bilang kalau Hendri akan masuk ke sana, jadi nggak bakalan ada yang anech-anech dech.'' ucap Alvy tersenyum.
Hendri di ajak keliling Ponpes (pondok pesantren) Putri, melihat semua Santriwati yang lagi kegiatan, tak lupa Dayat menggendong Marsya juga mengikuti sang adik dan istrinya dari belakang.
Ada yang lagi sekolah Diniyah, mengaji dan belajar Nari javen.
"Rame banget di sini ya kak?'' ucap Hendri.
"Ya begitulah setiap harinya dek.'' kata Alvy.
Tiba-tiba Marsya minta di turunin dari gendongan sang Abi.
Marsya langsung berlari menghampiri Feni yang melatih javen tersebut. dan Marsya ikut-ikutan nari javen, semua yang ada di sana pada tertawa melihat tingkah Marsya yang sangat menggemaskan.
Marsya sangat aktif walau dia baru menginjak usia 2 tahun. setiap hari Marsya selalu bikin kehebohan kehebohan yang tak terduga.
"Marsya ayo balik ke rumah.'' ajak sang Abi.
" Masha masih mau di cini cama kak peni.'' ucap Marsya cadel.
"Ya sudah Uma sama Abi balik ya, Marsya nggak boleh gangguin kakak yang lagi latihan.'' ucap Dayat.
" Masha ndak ganggu kok Abi, Abi balik aja sama Uma, Om Endi juga balik gih.'' usirnya.
Semua Santri menahan tawanya karena Marsya mengusir sang Abi dan Umanya secara halus.
"Ya sudah Om ke dalam dulu ya, ingat Marsya nggak boleh nakal.'' ucap Hendri mencubit pipi chuby Marsya.
" Iya Om Endi awel banget.''
"Bukan awel Sya, tapi bawel.'' Hendri membenarkan kata-kata Mariya
Huch...! Marsya menghentakkan kakinya karena kesal pada Hendri.
Hendri langsung ngacir meninggalkan Pondok Pesantren Putri.
Marsya yang melihat Hendri kabur tertawa terbahak-bahak.
"Neng Marsya mau ikutan nari bareng kita-kita.'' tanya selvy.
"Iya, Masha mau ikutan nali baleng kakak.'' jawanya
"Ayo ke sini.'' ajak Feni menuntun tangan mungil Marsya.
"Ayo semua kita mulai dari awal lagi ya.'' kata Feni pada Santri yang ikutan javen.
"Siap kak?!'' teriak Semuanya.
Feni menyalakan sound sistem dan flas distnya, mereka langsung mulai tariannya.
Mereka latihan javen karena ada Santri disana yang mau nikah, dan mengundangnya untuk mengisi acara di nikahannya besok lusa.
jangan lupa dukung Al-mayra kk,
kalau ada salah kata mohon maaaf masih pemula
jangan lupa like dan Komen'nya kk
makasih🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Yulia Yulia
semua nya ada di sini Se namanya 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2021-12-23
2
lina
semangat ✍️ tor
2021-10-28
2