Sesampainya di rumah Nadhira langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
"Ich.....! sebel... sebel... sebeeeellll.'' ucap Nadhira memukul_mukul bantalnya
" Kenapa harus pacaran sama si Tantri coba', bikin kesel aja. pakek acara ke rumah nya segala lagi?!'' gerutu Nadhira mukul_mukul bantalnya
Herman membuka pintu kamar Nadhira, setelah Herman berulang kali mengetuk pintu kamar Nadhira, mau tak mau Nadhira membuka kunci pintunya. setelah Herman masuk ke kamar Nadhira, Herman langsung menutup pintu kamar dhira.
Herman tau kalau Nadhira bakalan ngomel_ngomel, Herman sudah siap menerima omelan_omelan dari sang Adik.
"Kalau aku tau, Mas mau ke rumah Tantri tadi, aku gak bakalan ikut kamu kali mas.'' ucap Nadhira kesal.
Dengan setia Herman mendengarkan gerutuan_gerutuan dari sang Adik, tanpa menjawab sepatah katapun gerutuan Adiknya.
Herman sadar kalau dia salah, sudah mengajak sang Adik ke rumah Tantri,
Herman juga udah tau kalau dia di duain Tantri.
Namun Herman hanya mencari waktu yang tepat untuk memutuskan hubungan nya dengan Tantri,
"Maafin Mas ya dek?'' Herman memohon pada sang Adik.
"Nggak mau, sekarang Mas minta maaf, pasti besok ke rumah Tantri lagi.'' ucapnya dengan ketus.
"udah_udah! mending Mas Herman keluar dari kamarku sekarang.'' usir Nadhira
" Iya mas bakalan keluar kok, tapi maafin Mas dulu yah_yah, please?'' ucapnya mengatupkan kedua tangannya di depan Nadhira.
"Iya_iya, Nadhira maafin, sudah keluar sana.'' usirnya pada sangat Abang.
Keluar dari kamar Nadhira, Herman berpapasan dengan sang Ibu.
"Ada apalagi sich Lhe (nak)? Adikmu kok marah_marah terus sama kamu.'' tanya sang Ibu lembut.
"Biasa lah Bu? adek marah_marah terus sama Herman.'' jawabnya nggak berterus terang.
"Kenapa lagi.'' tanya Bu Susi.
"Itu...? gara_gara Herman ngajakin adek ke rumah Tantri.'' jawab Herman garuk garuk punggung nya.
"Lagian kamu juga Lhe(nak) ngajak adeknya ke sana?!'' ujar Bu Susi.
"Sudah tau juga kalau adeknya nggak suka sama Tantri, terus kamu juga sudah tau kan kalau Tantri punya cowok lain selain kamu Lhe(nak) ".imbuhnya lalu berlalu pergi dari hadapan si Herman.
Di sisi lain Nadhira ingin sekali sekolah di Ponpes (pondok pesantren).
Sudah seminggu ini Nadhira memikirkan hal itu.
" Sebenarnya aku pengen banget pindah sekolah, aku pengen sekolah di Ponpes (pondok pesantren), tapi apakah Ibu mengizinkan kalau aku mau sekolah di Ponpes (pondok pesantren).'' batinnya
"Adek...!! teriak Herman
"Apa'an sih Mas, teriak_teriak gak jelas! budek nich telinga.'' ucapnya ketus sambil meniup tangannya dan di taruh di telinga nya.
"Ayo makan, Ibu sama Ayah sudah nunggu tuh.'' sahutnya tanpa merasa bersalah.
Sesampainya di meja makan Nadhira mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.
" Ibu...? Nadhira mau pindah sekolah?!'' ucapnya tiba-tiba.
Semua orang terperangah kaget dengan apa yang di ucapkan Nadhira barusan.
"Kenapa tiba-tiba mau pindah sekolah dek?'' tanya sang Ibu mengelus punggung Nadhira.
"Ada masalah apa di sekolah nya yang sekarang.'' tanya sang ayah penasaran.
"Ibu? aku mau belajar di Ponpes (pondok pesantren), kalau bisa se cepatnya Bu?'' pinta Nadhira pada sang Ibu.
"Baiklah kalau itu mau kamu, minggu depan berangkat.'' ucap sang ibu tersenyum.
karena dari dulu sang Ibu pengen Nadhira sekolah di Ponpes (pondok pesantren)
"Kok gitu sih dek? kalau adek pindah ke Ponpes (pondok pesantren) Mas gak da temennya dong?!'' ucap Herman tak setuju dengan keputusan sang Adik.
"Biar mas bebas mau kemana aja, ketemuan sama Tantri juga terserah.'' kata Nadhira ngasal.
"Tapi gak gitu juga kali dek.'' rengeknya bagaikan anak kecil yang minta permen.
"Sudah_sudah jangan berantem terus! emangnya gak capek berantem terus?!'' ucap sang Ayah menasehati anak anaknya.
" Ingat! besok_besok kalau kalian sudah pada berkeluarga, yang paling di kangenin itu adalah masa_masa sekarang ini, di mana kalian selalu berantem, marah_marah gak jelas, teriak_teriak memanggil Masnya atau Adeknya, jadi puas_puasin bertengkar nya dari sekarang?
karna besok kalau kalian sudah pada ber keluarga, jangan sekali_kali kalian berantem lagi? karna pertengkaran akan menjauhkan tali persaudaraan, ingat pesan Ayah.'' ucap Pak Arief ayah Herman dan juga Nadhira,
Pak Arief sengaja berkata demikian, agar anak_anaknya mengingat nya kelak kalau sudah pada dewasa dan pada mempunyai anak.
...🌺🌺🌺🌺...
Keesokan harinya Herman mengajak Nadhira ke sebuah toko, membeli perlengkapan Nadhira sebelum berangkat ke Ponpes (pondok pesantren),
(kalau di kampung gak ada mall ya kak, adanya cuma swalayan ya kakak cantik dan juga ganteng) 🤭🤭🙏
"Ayo, di pilih dek mau yang mana?'' ucap Herman pada Adiknya.
"Baju_baju Dhira sudah banyak kok Mas, jadi gak usah beli ya.'' bujuk Nadhira.
"Ayolah dek?'' Herman memohon pada sang Adik.
"Satu ajja ya mas.'' kata dhira
"Terserah adek ajja, semuanya juga boleh kok.'' ucapnya menggoda Nadhira.
"Sombong......? kayak banyak uangnya ajja.'' kata Nadhira mencubit lengan Herman.
"Lagian kamu juga dek? sudah ayo pilih mau yang mana.'' ujarnya.
Nadhira mengambil baju syar'i warna army, Nadhira emang gak punya warna favorit, warna apa aja asal dia suka pasti di pakainya.
Tak lupa Herman mengambilkan beberapa jilbab buat sang Adik, selesai membeli baju dan beberapa jilbab, Herman mengajak Nadhira ke toko buku dan kitab. Herman mengambil beberapa buku, kitab_kitab semacam(nahwu, sorrof, tajwid, diba') , juz amma dan beberapa kitab lainnya juga.
Nadhira melihat sang Abang hanya menggeleng kan kepalanya, karna Herman lah yang begitu antusias tentang keperluan Nadhira sang Adik.
Sedangkan Nadhira hanya mengikuti Herman dari belakang, Nadhira melirik ke keranjang belanjaannya yang hampir penuh dengan barang keperluan Ponpes(pondok pesantren) nya,
"Sudah cukup Mas, lihat thu keranjangnya sudah penuh.'' ucap Nadhira sambil menahan tangan Herman yang masih mau mengambil barang lagi.
"Segini saja dek.'' tanya Herman
"Iya lah Mas, kalau ada yang kurang kan bisa beli di koperasi Ponpes (pondok pesantren).'' jawab Nadhira sembari menepuk jidatnya.
"Ya sudah ke kasir yuk.'' ajak Herman dan melangkahkan kakinya menuju kasir, di ikuti oleh Nadhira.
Selesai membayar barang belanjaannya Herman mengajak sang Adik ke warung.
"Habis ini cari warung yuk dek, Mas laper banget nich.'' ujar Herman yang di angguki Nadhira.
"Boleh thu Mas, Dhira juga laper?'' jawabnya cengengesan
"Kirain cuma Mas saja yang laper.'' sahut Herman, Nadhira hanya tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Enak ajja! Dhira juga laper kali?!'' jawabnya cemberut.
"Lagian Mas juga belanjanya kelama'an muter_ muter, bikin Dhira jadi laper.'' omelnya pada sang Abang.
"Ya sudah kita berangkat.'' kata Herman.
"Cus.... berangkat?'' ucap Nadhira senang.
Sesampainya di warung makan Herman memesan 2 porsi lalapan ayam.
Nadhira bersenda gurau dengan Herman, sampai akhirnya pesanan nya datang.
"Ayo di makan dek, habis ini adek nggak bakalan makan lalapan lagi selama ada di Ponpes (pondok pesantren).'' ucap Herman memanas_manasi Nadhira, agar nggak jadi berangkat ke Ponpes nya (pondok pesantren).
" Yeeee.... ngennyek (ngehina), biar pun makannya cuma nasi sama tahu tempe, tapi berasa enak, dari pada makan enak berasa pahit coba." ucapnya dengan ketus.
"Kok bisa pahit.'' tanya Herman bingung.
"Gimana nggak pahit kalau tiap hari di selingi sama makan hati, jadi percuma makan enak gak bakalan jadi gemuk.'' sahutnya ngasal jeplak.
Herman menepuk jidatnya,
ngomong sama adiknya gak bakalan bisa menang.
" Yasudah cepetan di makan, entar dingin gak enak lagi.'' ucap Herman mengalah pada sang Adik.
Bersambung.
👉👉👉👉
Mohon dukungannya kakak,
jangan lupa like, komen, vote dan favorit kan ya☺☺.
Makasih🙏🙏🙏 😘💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Yulia Yulia
Ase kalau ginian mag ya, tapi nama2nya yg kren dkin dong tadak Korea Korea gitu✌✌🤪
2021-12-22
3
Embun Kesiangan
like n fav tuk karya bunasih👍🙏😍😘💞
2021-11-27
2
Zil@
semangat kak asih...
2021-11-22
2