Wijaya merasa sangat bahagia dan lega. Setidaknya setelah kepergiannya nanti, Bia sudah bersama dwngan orang yang tepat. Bahkan jika ia di panggil oleh Tuhan saat ini juga dirinya sudah siap.
Ingin sekali Wijaya memberikan sepatah kata selamat untuk putri semata wayangnya namun, tidak bisa. Lelaki baruh baya itu hanya menitihkan kembali air matanya.
"Tuan, lihatlah! Apa yang anda inginkan sudah terwujud. Anda harus bahagia. Jangan ada air mata," lirih Lisa.
Ya betul. Aku harusnya sudah tenang dan bagaia.
Wijaya mencoba untuk tersenyum saat Bia mendekat kepadanya. "Pah, Bia udah ngabulin permintaan Papa. Sekarang Papa harus sembuh. Sesuai janji Papa, Papa akan buatkan pesta pernikahan termegah untuk Bia kan?"
Wijaya hanya mengangguk lemah. Disusul dengan Anyer, lelaki itu masih terngiang ngiang pembicaraan antara Wijaya dan dokter yang menangani penyakitnya.
Di hari itu juga, Anyer mendengar dengan jelas bahwa Wijaya tengah mengindap kanker. Dan sudah memasuki stadium akhir, itu artinya usia Wijaya tidak akan bertahan lama.
"Om... Ah, maksud saya Pah. Tenang saja saya akan menjaga putri anda dengan baik. Saya berharap anda segera pulih. " Lidah Anyer terasa kaku.
Wijaya mengangguk. Hanya itu yang bisa ia lakukn. Miris bukan?
Sementara itu Siska yang sedari tadi hanya diam sudah sangat merasa bosan. Bahkan ia sama sekali tak memberi ucapan kepada Bia. Tak seperti Oma dan Aryo yang terlihat bahagia menyambut Bia sebagai anggota keluarga baru mereka.
"Ya sudah, berhubung acara sudah selesai. Oma pamit pulang ya. Kamu segera bawa Bia pulang!" titah Oma pada Anyer.
Begitu juga dengan Aryo dan Siska yang juga ikut undur diri.
Aryo kembali ke kantor, sementara Siska pulang bersama dengan mertuanya.
Hanya tinggal Lisa yang belum bergerak pergi. Sebenarnya ia ingin menunggu Wijaya namun, melihat interaksi anatara Bia dan Anyer kaku akhirnya Lisa pun juga pamit keluar. Ia ingin memberi ruang untuk kedua insan yang baru saja di nikahkan oleh penghulu.
Setelah kepergian Lisa, Anyer merasa sangat canggung bahkan. Tak ada yang di katakan oleg lelaki itu.
Begitu juga dengan Bia. Ia memilih menggenggam telapak tangan ayahnya dan memohon agar ayahnya segera pulih.
Anyer melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Membuang nafas dalam.
"Saya akan kembali ke kantor. Saya sudah siapkan Pak Asep untuk kamu. Jika ingin pulang, panggil saja pak Asep." Tanpa menunggu jawaban dari Bia, Anyer segera berlalu.
Saat itu juga hati Bia merasa sangat miris. Inikah pernikahan?
Bia menggeleng sinis. Apakah ini awal yang buruk?
🌺 🌺 🌺
Sesampainya di kantor, Anyer membuang tubuhnya di sofa. Pikirannya kacau. Seharusnya pernikahan ini tidak terjadi. Harusnya dia tegas menolaknya, mengingat dia tak sedikit pun memiliki perasaan terhadap Bia. Sejak kapan Ia mempunyai rasa iba?
Anyer kamu bodah. Makinya dalam hati.
Rafa baru saja menggantikan Anyer menghadiri pertemuan dangan klain. Kali ini kerja sama berhasil Rafa tanda tangani meski tanpa persetujuan dari Anyer. Karena memang dari pihak perusahaan sudah mengincar lahan itu sejak lama.
"Selamat sore Tuan. Bagaimana kondisi keluarga anda?" tanya Rafa. Satahu Rafa keluarga Anyer ada yang masuk rumh sakit karena Anyer menyebut sebuah rumah sakit.
Anyer menatap Rafa tajam. " Kamu nyumpahi keluarga saya masuk rumah sakit?" tuduh Anyer.
Seketika Rafa mengkerut. Apakah ucapannya salah.
Lalu siapa yang di rawat di rumah sakit yang membuat dirinya mengakhiri meeting penting siang tadi.
"Maaf Tuan saya lancang. Jadi siapa yang saki?" tanya Rafa penasaran.
"Mertua saya," ketus Anyer.
Jreng.... jrenggg... jreenggg...
Babak baru kita mulai...
Yakin gak mau ngikutin ceritanya???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
raa
mau.. lanjut
2022-01-11
0
🍃 Mama Muda
Anyer. Awas kau sakiti Bia ya!
2021-11-19
0
rika widiawati
lancarkanlah semua jangan anyer berbuat yg akan meneyesal dkemudian hari telah menyia2akn bia
2021-11-02
3