Suasana mendadak hening. Hingga Aryo mengenalkan Wijaya beserta Bia kepada Anyer. Dengan sopan Anyer menyalam tangan Wijaya, namun tidak dengan Bia.
Keduanya sama sama canggung dan hanya sebuah anggukan sebagai isyarat pengenal dari kedua orang tersebut.
"Berhubung yang kita tunggu sudah datang. Mari kita mulai saja acara makan malam ini," ucap Aryo.
Semua orang menikmati hidangan yang tersaji. Sekali kali Bia melirik lelaki yang tepat duduk di hadapannya. Mendadak jantungnya berdesir kala Anyer tanpa sengaja menangkap pandangan Bia.
Dengan segera Bia menundukkan kepalanya. Hal itu tak luput dari pandanga Oma Risa yang kemudian berdehem.
"Oma rasa niat baik kita tidak akan sia sia." Oma membuka keheningan saat itu.
Semua netra menatap kearah Oma Risa.
"Maksud Oma?" tanya Anyer tak paham.
Bukan menjawab, tapi Oma Risa malah tersenyum.
Membuang nafas kasar, "Baiklah, selesaikan dulu makan malam ini," pungkasnya.
Meski penasaran, Bia enggan memikirkan ucapan Oma Risa. Toh itu urusan mereka, disini dia dan ayahnya adalah tamu. Pikir Bia.
Aryo dan Wijaya hanya menarik kedua simpul bibir mereka namun, tidak dengan Siska yang datar tak ada ekspresi apa apa. Ia hanya menatap kearah Bia dengan penuh rasa kebencian.
Acara yang ditunggu telah tiba. Semua terlihat santai sambil menunggu Oma Risa memberi penjelasan kepada Anyer.
"Oma rasa ini waktu yang tepat," ucapnya.
"Anyer, kamu tahu om Wijaya dan papa kamu telah berteman lama. Bahkan pernah jatuh bangun dalam merintis bisnis mereka hingga bisa sukses seperti sekarang. Kamu tau, umur kamu sudah tidak muda lagi."
"Oma… Ngomong apa sih. Jangan bawa bawa umur." Anyer tidak terima.
"Kamu itu kebiasaan! Memotong pembicaraan orang lain sebelum selesai. Sama seperti ibumu." Mata Oma Risa mengarah pada Siska.
"Mah… Sudahlah! Malu sama Wijaya dan Bia." lerai Aryo.
Kedua wanita itu sama sama membuang nafas kasarnya.
Tak ingin merusak suasana, Oma Risa membuang rasa kesalnya pada Siska.
"Ya sudah! Oma langsung ke intinya saja!
Kamu tahu itu om Wijaya dan ini Bia.
Mereka adalah calon ayah mertua dan calon istri kamu!" tegas Oma Risa.
Anyer tersentak. Memastikan atas ucapan Omanya. "Maksud Oma?"
"Iya, jadi Oma mau kamu dan Bia menikah," ucap Oma Risa mantap.
Bia sangat terkejut. Detik ini juga dia belum percaya dengan apa yang ia dengar.
Menatap ke arah Wijaya namun, ayahnya hanya menyunggingkan senyum.
Seolah ini semua memang sudah direncanakan.
"Tapi, Oma. Anyer belum mau menikah," tolaknya pada sang Oma.
"Ma, Pa." Anyer meminta pembelaan namun, sayangnya kedua orang yang ia panggil tak berkutik. Diam menandakan setuju dengan keputusan Oma Risa.
"Sudahlah, terima saja. Toh usia kamu juga sudah cukup matang untuk menikah," ucap Aryo.
"Pokoknya Anyer tidak setuju dengan keputusan Oma." Anyer benar benar merasa emosi.
Ingin rasanya Siska membela anaknya namun, itu sama saja membuat dirinya disudutkan oleh mertuanya.
"Tidak akan ada yang bisa mengubah keinginan Oma. Kecuali jika kamu sudah siap hidup di luar sana sebagai gelandang!" tegas Om Risa.
"Mah…" Siska sangat tidak suka atas ucapan mertuanya.
"Kenapa? Kamu juga sudah bosan hidup di keluarga ini?" sindir Oma Risa.
Melihat adanya aura yang tidak harmonis, Aryo segera menengahi kedua wanita yang ia cintai.
"Wi, maaf. Jangan ambil hati ucapan mereka. Masalah pernikahan itu tetap akn kita lakukan," ucap Aryo.
Wijaya tersenyum. "Terimakasih."
Tak ada kata yang bisa terucap dari mulut Bia. Meski ia tidak setuju namun, tak ada niat untuk menolak.
. . .
Sepanjang perjalanan pulang, Bia hanya terdiam membuat Wijaya merasa sangat bersalah.
"Bi, maafin Papa. Kalau kamu tidak setuju kamu boleh menolaknya." Wijaya menatap putri semata wayangnya.
Bibir Bia kelu. Mungkin ini salah satu cara ia terbebas dari pernikahan, tapi disisi lain ia tidak ingin membuat ayahnya kecewa. Melihat saat ini ayahnya sudah sangat besar harapan kepadanya.
"Bi," ulang Wijaya.
"Bia gak apa apa kok, Pah. Dan Bia setuju menikah dengan Anyer. Toh dia tampan, mapan, tajir, kaya raya. Apalagi coba Pah kurangnya?" Memang semua ucapan Bia benar semua namun, belum tentu memiliki ia akan cinta.
"Kamu memang benar. Anyer adalah lelaki yang sempurna untuk kamu."
Jika Bia tidak mempermasalahkan tentang perjodohan tadi, berbeda dengan Anyer. Lelaki itu masih saja uring uringan kepada orang tuanya. Kenapa harus menyetujui perjodohan konyol dari oma nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Irma Kirana
semangat kak🤭
2021-12-29
1
🍃 Mama Muda
semangat thor
2021-11-19
3