Pertemuan dengan pihak yayasan berjalan dengan lancar. Agenda bulanan yang rutin di lakukan untuk meningkatkan yayasan tersebut. Apalagi dengan kapasitas bayi terlantar yang meningkatkan pesat di empat bulan terakhir ini.
"Bu, kita langsung pulang atau singgah di suatu tempat dahulu?" tanya Nathan.
"Lihat jadwal." Bukannya menjawab, Bia malah memerintah.
"Sebentar ya Bu, say cek dahulu." Dengan segera Nathan mengecek sebuah tablet yang selalu ia bawa kemana mana saat bersama dengan Bia.
"Tidak ada Bu. Jadwal anda dari siang sampai malam kosong," jelas Nathan.
"Baguslah," ucap Bia.
Nathan kemudian fokus menyetir lagi. Terlalu lama ia menunggu jawaban dari Bia yang tak kunjung di jawab.
Bimbang akan mengantar bosnya kemana, Nathan memutuskan membawanya pulang ke rumah.
"Lho Nath, kenapa arah pulang?" tanya Bia.
"Saya pikir anda ingin pulang karena menanyakan jadwal hari ini," jelas Nathan.
"Putar balik!" titah Bia cepat.
Dengan patuh Nathan memutar arah jalan. Mendengus pelan.
. . .
Sesampainya di kantor Bia memilih merebahkan tubuhnya di sofa. Memijit keningnya yang sedikit berdenyut.
Proyek kerja sama yang sudah ia susun sebulan lebih harus gagal hanya karena dia tak bisa hadir. Dia pikir dia siapa?
Apa tak ingat peninjauan lahan dia tidak hadir. Aku bisa terima. Keluh Bia.
Bia mengambil ponselnya. Ia segera mengotak atik hingga memunculkan informasi tentang seorang Adipati Anyer.
Menyungging senyum. "Adipati? Kenapa gak Senopati sekalian?," kekeh Bia.
Jarang jarang Bia mempunyai waktu luang seperti ini. Dengan santai ia membaca setiap artikel yang menyangkut tentang Anyer.
Entah mengapa ia sangat tertarik untuk mencari tahu infomasi tentang Anyer.
Terlalu serius hingga ketukan pintu Nathan tak terdengarkan.
"Bu, sudah waktunya pulang. Bu Dir masih ingin disini atau pulang?" tanya Nathan.
Bia segera melonjak. Lalu melihat ke arah pergelangan tangannya.
"Nath, kenapa kamu baru bilang sekarang?" omel Bia.
"Maaf Bu, saya kira anda sedang beristirahat karena tak kunjung keluar." Pembelaan Nathan.
"Ah sudahlah. Antar aku pulang sekarang!" titah Bia.
Dengan patuh, Nathan berjalan di belakang Bia. Untung saja Nathan sudah kebal dan punya stok kesabaran yang banyak untuk menghadapi atasan yang seperti Bia.
"Bu, sebenarnya Tuan Wijaya menyuruh saya untuk membawa anda singgah ke salon terlebih dahulu." Nathan menyampaikan pesan dari Wijaya dengan sedikit ragu.
Selama yang ia tahu, Bia paling tidak suka untuk pergi ke salon.
Semua perawatan tubuhnya ia lakukan di rumah dengan bantuan mbak Lia.
"Mau ngapain?" heran Bia.
"Saya kurang tahu, Bu. Tapi Tuan menunggu anda di sana." jelas Nath lagi.
"Papa ngapain sih nyuruh ke salon segala?" gerutu Bia.
Tanpa penolakan Bia menurut kemauan sang ayah untuk singgah di salon yang sudah di share lokasinya.
Nathan segera membukakan pintu untuk sang atasannya.
Bia segera turun dengan anggun dengan kacamata hitam menutup kedua matanya.
Saat memasuki salon, ia segera di sambut oleh mbak Rindu. Meski tampang kekar namun gerakan sangat gemulai.
"Eh si cantik udah datang. Sini! Udah di tungguin sama papi lama lho." Tanpa aba aba mbak Rindu menarik lengan Bia menuju ruang eksekusi.
"Lepas!" Bia melepaskan tangannya kasar sambil membuka kacamatanya.
"Bia." tegur Wijaya yang ternyata sudah ada di dalam ruangan itu bersama dengan mbak Lia.
Bia hanya memanyunkan bibirnya.
"Papa ngapain sih nyuruh aku kesini?" kesal Bia.
"Udah nurut aja! Rin aku percayakan semua sama kamu. Li, kamu temani Bia memilih gaun nanti!" Titah Wijaya sebelum keluar dari ruangan.
"Baik Tuan," jawab Lia sopan.
"Tenang papi, gadis ini akan aku sulap jadi bidadari paling syantik untuk malam ini," ucap mbak Rindu manja.
Bia menatap kearah Mbak Lia. Seakan meminta penjelasan. Sadar akan tatapan Bia. Mbak Lia pun mendekat.
"Malam ini tuan akan bertemu dengan teman lamanya. Meraka akan mengadakan makan malam bersama," tuturnya.
Bia yang tengah di sulap oleh mbak Rindu mengernyit.
"Terus apa hubungan sama aku coba?" tanya Bia heran.
"Anda cukup mengikuti arahan dari tuan saja nona." Mbak Lia ikut memberi instruksi kepada mbak Rindu saat menata rambut Bia.
Sebenarnya Bia sangat kesal. Rambutnya di jamah oleh orang lain, meskipun itu hanya mbak Rindu.
Setelah selesai bagian rambut dan wajah, kini tiba giliran untuk memilih gaun.
Bia terus menghentakkan kakinya saat gaun yang ia coba tidak cocok menurut mbak Lia.
"Mbak, sebenarnya ini untuk acara makan malam atau pemotretan iklan sih?" geram Bia
"Anda nurut saja nona."
Kali ini mbak Lia sudah kelewat batas. Lebih menuruti perintah papanya. Ah, memang sudah seharusnya begitu. Mbak Lia kan adalah asisten kepercayaan papanya.
"Mbak Lia, aku udah capek." Kali ini Bia menampakkan diri dengan gaun hitam selutut yang mengembang. Bagian atasnya memang tertutup hingga leher.
Dengan rambut yang sudah bergelombang dan make up tipis Bia bak seperti seorang putri dalam dunia dongeng.
"Mbak Lia, kok bengong sih?" sentak Bia.
Seketika ketakjuban Mbak Lia buyar.
"Nah ini baru sesuai, Nona." Dua ibu jari mbak Lia acungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
verawati
sabar ya nath ....
2022-01-11
2
Om Rudi
Perjalanan Alma Mencari Ibu hadir
5 like 5 komen dan 1 favorit
2022-01-04
1
🍃 Mama Muda
semangat thor
2021-11-19
3