Nathan mendengarkan apa yang di ucapkan oleh sang dokter. Seketika ia terbelalak, terkejut mendengar bahwa Wijaya mempunyai penyakit kanker hati yang sudah memasuki stadium akhir. Itu berarti usianya sudah tak akan lama lagi.
Hatinya kembali hancur. Bagaimana bisa Wijaya menyembunyikan penyakitnya dari semua orang hingga setahun lebih terutama pada Bia.
Apa yang akan terjadi pada Bia jika ia mengetahui setelah ini. Nathan yang sudah paham tentang Bia, wanita itu pasti akan sangat terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri.
Nathan berjalan gontai usai mendengar penjelasan dari dokter. Ternyata majikannya kritis bukan hanya karena terjatuh namun, juga karena penyakit yang di deritanya sudah parah.
Nathan menghampiri Bia yang masih lemas di sandaran pundak mbak Lia.
"Bik, tolong carikan makan untuk Bia! Bibi diantar pak Dadang," ucap Nathan.
Bik Juminten mengangguk. "Baik Mas." Kemudian berlalu.
"Mbak Lia, bisa kita bicara sebentar?" tanya Nathan.
Mbak Lia melirik kearah Bia lalu mengangguk. Bia pun menarik tubuhnya dan bersandar pada dinding.
"Kamu yang sabar ya. Tuan pasti baik baik saja." Jujur, Nathan tidak bisa mengatakan kepada Bia tentang kondisi ayahnya.
Mbak Lia mengikuti langkah Nathan yang menjauh dari Bia. Mbak Lia sangat penasaran, mengapa wajah Nathan sangat serius di saat genting seperti ini.
"Mbak! Jawab Jujur." Jeda Nathan.
Mbak Lia segera mendongak. Jantungnya tiba tiba berdesir.
"Kenapa Mbak Lia tutupi semuanya? Mbak Lia tahu kan kalau Tuan sedang menderita kanker stadium akhir. Kenapa Mbak?" Nathan mulai melupakan emosinya. Deru nafasnya naik turun membuat mbak Lia menunduk sambil mengigit bibir bawahnya.
Sebenarnya ini semua bukan kemauan dirinya. Wijaya sendiri yang melarang Lia untuk merahasiakannya.
"Maaf Mas, tapi Tuan yang melarang saya untuk memberitahukan kondisinya," sesal Lia.
"Tuan tidak ingin membebani Nona Bia lagi. Selama ini sudah banyak beban yang Nona Bia tanggung. Terutama masalah perusahaan." Lia mengusap air mata kesedihannya. Siapa yang akan sanggup membiarkan majikannya menyimpan luka sendirian.
"Beliau hanya ingin Nona Bia fokus menjalankan perusahaan yang di rintisnya dari nol bersama dengan mendiang. Karena itu adalah bukti kenangan suka dan duka Tuan dan mendiang." Lia tak sanggup melanjutkan ceritanya lagi. Hal itu hanya akan semakin membuatnya terisak.
Nathan tertunduk. Merasa bersalah telah membentak Lia tadi. Mencoba melangkah mendekati Lia yang semakin sesenggukan. Tak seharusnya ia seperti ini.
"Mbak Lia, maaf." Sesal Nathan.
"Sebenarnya ada satu permintaan Tuan. Beliau ingin melihat Nona Bia bersanding di pelaminan. Tetapi dengan sikap Nona Bia yang menutup diri, membuat Tuan menjodohkan Nona Bia dengan anak dari sahabatnya," jelas Lia.
Nathan sedikit terkejut. Selama ini ia menjadi tangan kanan Wijaya tapi kenapa hal seperti itu Nathan tak mengetahuinya.
Lalu siapa sosok yang akan di jodohkan dengan Bia.
"Mas, maaf saya terpaksa menyembunyikan semua ini." Lia mengusap bekas air matanya di pipi.
"Tuan juga berpesan, jika sesuatu terjadi kepadanya, beliau ingin Nona Bia segera menikah di hadapan Tuan, sebelum hal yang tak di inginkan terjadi."
Lagi lagi Nathan membuang nafas beratnya.
"Sudahlah mbak Lia, kepalaku pusing." Nathan memilih meninggalkan Lia. Ia tak ingin mendengar hal yang tak ia ketahui lagi. Padahal ia adalah tangan kanan keluarga Wijaya.
Lia menatap punggung tegap Nathan. "Maaf Mas," lirihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍃 Mama Muda
lanjut
2021-11-19
0