Wijaya tersenyum lebar saat Bia sudah keluar dari ruangan eksekusi bersama dengan mbak Lia.
Putri semata wayangnya telah di sihir bak seperti bidadari.
"Pa," panggil Bia membuat Wijaya membuyarkan lamunan.
"Kamu cantik sekali. Papa bangga mempunyai anak yang sempurna seperti kamu," ungkap Wijaya.
"Ya sudah, ayo kita berangkat!" Wijaya menggiring Bia menuju mobil.
Dengan pasrah Bia mengikuti saja kemauan ayahnya. Begitu juga mbak Lia yang setia mengikuti langkah sang majikan.
"Pah, jujur! Sebenarnya kita mau kemana? Perasaan Bia tidak sedang berulang tahun. Seingat Bia ini juga bukan hari spesial." desak Bia pada Wijaya.
Wijaya terkekeh membuat Bia semakin tak mengerti dan menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah kamu nurut aja. Nanti juga tahu. Yang pasti ini makan malam sepesil," ucap Wijaya.
Tak ingin terlalu memikirkan, Bia memilih menatap keluar jendela. Mbak Lia yang duduk di samping pak Dadang hanya bisa mengamati kedua majikannya dari kaca spion saja.
Tak lama mobil telah berhenti di depan sebuah restoran mewah. Segera pak Dadang membukakan pintu untuk Wijaya dan Mbak Lia membukakan pintu untuk Bia.
Bia menunduk tersipu saat mbak Lia membenahkan anak rambut ke telinga.
"Selamat menikmati, Nona," ucapnya pada Bia.
"Mbak Lia gak ikut?" Bia heran.
Mbak Lia menggeleng. "Tidak Nona, saya dan Pak Dadang akan menunggu di sini. Ini kan pertemuan keluarga," tuturnya.
Bia membuang nafas beratnya saat Wijaya telah memberi isyarat untuk masuk bersama.
Di salah satu meja telah berkumpul satu keluarga yang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Maaf kami terlambat." Wijaya menyapa keluarga sahabat lamanya.
Aryo Subradjo segera memeluk tubuh Wijaya dengan bahagia. Bukan tidak pernah bersua tapi, memang akhir akhir ini Wijaya mengurangi aktivitasnya di luar karena kesehatannya.
"Tidak apa apa. Kami juga baru sampai. Ayo duduk!" Aryo mempersilahkan Wijaya duduk.
Sekelebat netranya menangkap sosok Bia yang berdiri di belakang Wijaya.
"Ini anakmu? Tega kamu ya, selama ini ngumpetin anak secantik ini?" seloroh Aryo.
Dengan malu malu Bia segera menyalam tangan Aryo, Siska dan Oma Risa.
Wijaya terkekeh.
Saling bertukar kabar Wijaya dan Aryo tenggelam dalam cerita mereka hingga melupakan keberadaan orang disekitarnya.
"Apa sudah bisa di mulai makan malam ini?" Siska menatap sinis.
"Siska!" tegur Oma Risa.
Siska semakin merasa kesal. Apa pun yang ia lakukan pasti tidak akan di sukai oleh mertuanya.
"Tunggu sebentar lagi ya, masih di jalan dia. Kalian belum lapar kan?" tanya Aryo kepada Wijaya.
"Santai aja kita belum terlalu lapar. Iya kan Bi?" Wijaya menatap Bia.
Bia mengiyakan dengan menarik simpul di kedua bibirnya.
"Iya," cicitnya.
Bia menatap canggung kepada Siska yang terlihat judes. Lain dengan oma Risa yang murah senyum.
Sebenarnya Bia merasa risih dengan tatapan kedua wanita beda usia di hadapannya saat ini.
Entah mengapa Bia merasa bahwa Siska tidak menyukai keberadaannya disana.
"Kamu seperti ibumu, Nak. Cantik." Oma Risa buka suara hingga mengalihkan Wijaya dan Aryo yang sibuk bercerita sendiri.
"Makasih, Nek," jawab Bia.
Oma Risa segera melotot kala mendengar ucapan Bia.
Sementara itu Siska menahan tawanya yang tak bisa di sembunyikannya lagi.
"Jangan panggil Nenek! Panggil Oma!" Ralat Oma Risa.
Bia tersenyum canggung.
"Maaf Oma, Bia tidak tahu," sesal Bia.
"Sudah tidak apa apa." Oma Risa melempar senyuman tulus.
Harus berapa lama Bia berada dalam situasi seperti ini. Menunggu adalah hal yang paling Bia benci dalam hidupnya.
Selama ini ia selalu on time. Baik di kantor maupun di luar kantor.
Sebenarnya siapa sosok yang tengah mereka tunggu hingga harus bersabar seperti ini. Ingin rasanya Bia menjitak kepala orang yang tengah ia tunggu. Membuang banyak waktu saja.
Sekilas dari percakapan ayahnya dan Aryo, Bia mendengar mereka membanggakan sosok tersebut.
"Nah, itu dia yang di tunggu akhirnya datang juga." Aryo menunjuk seorang lelaki berjalan tergesa menuju meja mereka.
"Maaf semua, saya telat. Tadi saya harus menyelesaikan pekerjaan saya terlebih dahulu." Pria itu membungkuk lalu menarik kursinya. Meletakkan kacamatanya lalu mengedarkan pandangannya kesemua penjuru hingga tatapannya berhenti kepada sosok Bia yang juga tengah menatapnya tanpa berkedip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Yuyun Ratna Sari Famili
update ceritanya
2022-06-15
0