Jika Bia tidak mempermasalahkan tentang perjodohan tadi, berbeda dengan Anyer. Lelaki itu masih saja uring uringan kepada orang tuanya. Kenapa harus menyetujui perjodohan konyol dari oma nya.
Padahal semua keluarga tahu bahwa ia telah mempunyai seorang kekasih.
Lisa. Ya, dia adalah wanita yang mengisi hati Anyer saat ini.
Memang jalinan asmara antara Anyer dan Lisa tak mendapatkan lampu hijau dari Oma tapi Anyer tetap berusaha mempertahankan hubungannya dengan Lisa.
"Oma kelewatan!" Anyer meluapkan amarahnya dengan membuang jas ke sembarang arah.
Untuk menenangkan pikirannya ia memutuskan untuk menemui Lisa.
Hanya Lisa yang bisa mengertikan dirinya dan menenangkan pikirannya.
"Mau pergi kemana malam malam begini?" tegur Aryo yang tak sengaja melihat Anyer telah berpakaian rapi kembali.
"Bukan urusan Papa." Anyer tak menghiraukan Aryo. Bahkan teriakan Aryo ia abaikan.
"Dasar anak durhaka!" umpat Aryo
"Ada apa sih, Mas. Berisik tau!" omel Siska.
"Lihat kelakuan anak kamu! Sudah malam begini masih mau ngeluyur." adunya pada Siska.
Siska menarik nafasnya. "Wajarlah Mas, dia kan anak laki laki. Kayak gak pernah muda aja," ujar Siska.
Meskipun Aryo pernah muda, tapi untuk keluyuran malam itu tidak masuk dalam kamus hidupnya.
Sudah bisa Aryo pastikan bahwa Anyer pergi untuk menemui Lisa.
Aryo sendiri sebenarnya juga keberatan anaknya menjalin asmara dengan Lisa. Bukan masalah latar belakang namun, Lisa sepertinya hanya ingin memanfaatkan Anyer saja. Tapi, ia tak ingin berburuk sangka sebelum ada kebenaran.
. . .
Kini Anyer telah sampai di depan pintu sebuah apartemen yang ia belikan untuk kekasihnya. Segera membuka pintu, karena Anyer mengetahui passwordnya.
Di dalam sana Lisa sudah tertidur. Dengan pelan Anyer mengusap pipinya lalu memberikan sebuah kecupan di kening Lisa.
Merasakan sentuhan tangan Anyer, Lisa mencoba membuka matanya.
"Sayang. Kenapa malam malam kesini?" tanya Lisa kaget.
"Aku kangen kamu," bisiknya menggoda tepat di telinga Lisa membuat gadis itu merasa merinding di sekujur tubuhnya.
Lisa yang mengantuk segera bangkit. Menangkup wajah Anyer. "Kamu kenapa? Ada masalah apa?" Lisa sudah hafal tentang Anyer. Tidak mungkin malam malam ia akan berkunjung jika tidak ada masalah.
"Kita nonton yuk!" Lisa menggandeng tangan Anyer menuju sofa panjang lalu menghidupkan televisi.
Anyer hanya patuh. Sementara itu, Lisa menuju dapur untuk membuat kopi untuk kekasihnya.
Meskipun berat rasa kantuk yang menyerang, sekuat tenaga Lisa melawan rasa kantuknya.
"Sayang, kamu tidur aja. Aku tidur disini," ujar Anyer setelah menyeruput kopi hancur.
"Kamu ada masalah apa?" tanya Lisa kembali.
"Kalau kamu gak mau cerita ga papa. Ini Aku akan disini nemenin kamu." Lisa merangkul lengan Anyer. Sementara lelaku itu berkali kali membuang nafas beratnya.
Apa reaksi Lisa jika mendengar bahwa dirinya akan menikahi gadis lain. Pasti akan sangat hancur.
Tidak,. Tidak! Lisa tidak boleh tahu masalah ini.
Lisa tetap setia menemani Anyer yang menonton acara televisi hingga lama lama yang terdengar hanya dengkuran nafas yang teratur.
Memastikan sang kekasih tidur, ia segera ke kamar untuk mengambil selimut dan bantal.
"Aku tau kamu sedang ada masalah. Tidurlah!" Lisa mengusap kepala Anyer sebelum beranjak ke kamarnya.
Pagi telah menyingsing. Lisa sudah terlihat rapi dengan setelan baju kerja sedangkan Anyer, lelaki itu masih tertidur di sofa.
"Sayang, bangun!" panggil Lisa.
Seketika Anyer mengulet, merenggangkan otot ototnya yang terasa pegal.
Setelah membuka mata, pandangan pertama yang ia lihat adalah sosok Lisa yang berapa di hadapannya. Mengernyit sejenak, mengingat kejadian tadi malam hingga akhirnya berlabuh ke rumah Lisa.
Anyer menepuk jidatnya saat mengingat bahwa hari ini ia ada jadwal meeting.
"Mampus sayang, jam berapa ini?" gusar Anyer.
"Baru pukul tujuh kurang sedikit lagi." Lisa melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenapa gak bangunin aku? Aku ada meeting pagi." Anyer berlalu menuju kamar mandi.
"Maaf sayang, aku gak tega bangunin kamu. Ya udah aku siapin baju kamu ya." Lisa yang mengekori Anyer segera menuju sebuah lemari khusus yang menyimpan baju baju milik Anyer.
Anyer sengaja mencadangkan beberapa baju di tempat Lisa agar sewaktu waktu jika ia menginap, ia akan mempunyai ganti.
Lisa sudah menunggu Anyer di meja makan. Ia bahkan rela bangun pagi untuk menyiapkan sarapan untuk kekasihnya.
"Sarapan dulu sini!" panggil Lisa saat Anyer sudah melipis dengan setelan jas kerjanya.
"Maaf sayang, tapi aku harus segera ke kantor. Nanti aku makan di kantor aja," tolak Anyer.
Lisa menghembuskan nafas beratnya."Tidak baik lho kalau berangkat kerja tidak sarapan. Sedikit aja ya!" bujuk Lisa.
Bukan Lisa kalau tidak bisa meyakinkan seorang Anyer. Dengan patuh Anyer pun menyantap sarapan dengan lahap, membuat Lisa semakin menarik simpul di ujung bibirnya.
"Nah, gitu dong!" puji Lisa saat Anyer menghabiskan makanannya.
"Ya sudah, ayo berangkat!" ajak Anyer.
Keduanya pun berangkat kerja bersama. Pekerjaan Lisa sebagai sekretaris pribadi membuat Anyer sedikit was was. Apalagi atasan Lisa juga masih muda, bahkan seumuran dengannya.
"Inget, jangan genit sama atasan!" pesan Anyer sebelum Lisa turun.
Lagi lagi Lisa di buat tersenyum. "Iya, iya. Posesif amat sih pacar aku ini," goda Lisa.
Anyer segera berlalu ketika Lisa telah masuk ke dalam gedung dan tak terlihat lagi. Kini giliran dirinya juga harus sampai di kantor tepat waktu.
. . .
Jika Anyer telah sampai di kantornya dengan aman dan nyaman, keluarga di rumah ribut gara gara Anyer tidak pulang semalaman.
"Ini nih, hasil didikan mu!" Oma menyudutkan Siska.
Wanita yang berstatus menantu itu enggan untuk menanggapi mertuanya. Pikiran sudah entah kemana mana memikirkan dimana Anyer sekarang.
"Paling paling juga tidur tempat pacarnya," celoteh Anya, adik perempuan Anyer.
"Jaga mulutmu Anya!" tegur Siska.
"Bela terus anak kesayangan Mama." Dengan ketus segera Anya berlalu untuk pergi ke kampusnya. Hal tersebut tak luput dari pandangan oma Risa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments