Bab 2

Terik panas menyengat kulit. Begitulah yang Bia rasakan saat ini, meski sebuah payung telah melindunginya. 

Terlihat satu rombongan menghampiri Bia dan teamnya.

Salah seorang menunduk, memberi hormat kepada Bia.

"Maaf Ibu Direktur, atasan kami tidak bisa hadir karena suatu hal penting," tuturnya

Bia terbelalak mendengar penuturan utusan CEO ternama itu.

"Saya Rafa, asisten pribadi tuan Anyer." Sambungnya lagi.

Dalam hati Bia mengutuk atasan Rafa. Percuma Bia berada di bawah teriknya panas jika tidak bisa bertemu langsung dengan CEO perusahaan nomer 1 se-Indonesia raya.

"Nath, kamu urus!" titahnya pada Nathan.

Dengan anggukan Nathan segera maju ke depan dan membimbing  Rafa dan rombongan untuk melihat lokasi.

Sementara Bia memilih kembali kedalam mobil dengan perasan kesal. Memang benar rumor yang beredar, pengusaha yang bernama Adipati Anyer Subrajdo memang sangat sulit untuk bisa bertemu langsung dengannya.

"Dasar, CEO belagu," umpatnya pelan.

Sopir yang duduk di tempat pengemudi sekilas hanya melirik Bosnya yang sedang memaki seseorang.

"Lama banget sih Nathan," gerutu lagi.

"Awas aja kalau gak bisa menyakinkan mereka!"

Duduk, namun pikiran berkelana sambil menggerutu. Itulah kebiasaan Bia.

Dilain sisi, Nathan dan Rafa membahas lahan yang akan di jadikan proyek kerjasama antara perusahaan mereka.

Setelah melalui survei dari beberapa orang yang di bawa oleh Rafa, akhirnya pihak dari Rafa menyetujuinya lahan tersebut.

"Berhubung atasan kami tidak bisa hadir, kami belum bisa mengatakan in dea meski kami merasa sudah sangat cocok. Tapi kami akan berusaha meyakinkan atasan kami," ucap Rafa dengan penuh sopan.

Sedikit kecewa namun, Nathan tetap memperlihatkan senyum indahnya.

"Baiklah saya mengerti. Semoga Tuan Anyer setuju," ucap Nathan penuh harap.

Setelah berjabat tangan, team Rafa dan Nathan pun segera membubarkan diri. Begitu juga dengan Nathan. Ia segera kembali ke mobil yang sudah berada Bia di sana.

Sambil mengipaskan tangannya ke depan wajah. "Huh… Panas banget. Pak nyalain ac dong!" perintahnya pada pak sopir. Dengan patuh sang sopir menyetel ac mobilnya.

Bia sudah tak sabar ingin mendengar kabar dari Nathan. 

"Jadi gimana Nath? Setuju kan?" 

"Mudah mudahan." ucap Nathan datar.

"Lho kok gitu? Jangan bilang  mereka gak mau kerja sama. Aku potong setengah bonus bulanan mu!" ancam Bia.

"Bu Dir yang terhormat, tuan Anyer tidak hadir. Tapi tenang saja team mereka sudah setuju dan akan berusaha menyakinkan  tuan Anyer untuk menyetujuinya." 

Mendengar ucapan Nathan, wajah Bia sedikit tersenyum. Itu berarti harapannya bekerja sama dengan perusahan paling besar akan terwujud. Ini adalah kabar baik yang harus ia sampaikan kepada ayahnya.

. . .

Berhubung tak ada lagi pekerjaan di kantor, Bia memutuskan untuk pulang cepat. Berharap kabar baik segera ia sampaikan kepada ayahnya.

"Lho kok sepi," batin Bia saat ia memasuki rumah besarnya. Biasanya ia akan melihat ayahnya menonton seputar berita di ruang tengah.

"Mbak Lia…Bik Juminten…," teriak Bia.

"Papa…," teriaknya lagi.

Tak ada yang menyahut. Dan semua nama yang dipanggil tidak terlihat.

Bia segera menuju kamar ayahnya.

Lagi lagi kosong. Mengecek keberadaan penghuni rumah yang nihil akhirnya ia berlari keluar.

"Pak satpam, ini semua orang pada kemana?" tanya Bia tak sabar.

Jendri, satpam penunggu rumahnya langsung segera berdiri lalu membungkuk.

"Maaf nona, saya kurang tahu. Tapi tadi siang Lia dan Bik Jum membawa Tuan pergi." Jendri memberi pengakuan.

Bia semakin mengernyit. "Kok bisa gak tahu sih, Pak? Memangnya bapak gak tanya mau kemana mereka? Gimana sih, Pak."  kesal Bia.

"Coba di telepon dulu, Non." Saran Jendri.

Bia segera membetulkan ucapan Jendri.

Ia segera merogoh ponselnya lalu mencari kontak nama sang ayah.

Namun belum juga tersambung, suara klakson mobil meminta di bukakan pintu gerbang membuat Bia segera menghentikan panggilan.

Terlihat mobil Wijaya memasuki halaman rumah. Mbak Lia dan Bik Jum pun mulai turun dari mobil. Sementara sopir segera membukakan pintu untuk Tuannya.

"Papa… Papa dari mana? Bikin panik aja." gerutu Bia di hadapan ketiga orang yang hendak memasuki rumah.

"Maaf Non, tadi Tuan merasa bosan di rumah dan meminta kami mengantarkannya untuk belanja bulanan," jelas Mbak Lia.

"Sudahlah, Bi. Jangan berlebihan! Ayo masuk!" Wijaya segera merangkul Bia meski dengan rasa gemetar dalam tubuhnya.

Bik Jum segera menyimpan barang yang telah mereka beli. Sementara Mbak Lia turut mengantar Wijaya kedalam kamar.

"Non Bia, Tuan belum makan. Saya akan siapkan makan untuk Tuan." ucap Mbak Lia. Bia hanya mengangguk.

Setelah kepergian mbak Lia. Bia menatap Wijaya. "Papa dari mana sih? Gak biasanya Papa pergi bawa Mbak Lia dan Bik Jum?"  Cecar Bia.

Wijaya tersenyum. "Papa hanya dari supermarket belanja. Lagian Papa bosan di rumah. Kalau Papa suruh mbak Lia atau Bik Jum, nanti belanjaan gak sesuai dengan keinginan Papa," kilahnya.

Bia menarik nafas beratnya.

"Sudahlah! Kamu pasti capek. Sana mandi terus makan!"  Wijaya merasa tak nyaman jika Bia terus menginterogasinya.

"Baiklah. Bia ke kamar dulu ya." Pamit Bia.

Sebelum keluar, Mbak Lia sudah datang kembali ke kamar Wijaya dengan sebuah nampan. 

"Bi, maaf Papa tak bisa menemani kamu makan. Papa makan di kamar ya," ucap Wijaya.

Bia hanya mengangguk pelan kemudian berlalu.

Dalam releung hatinya Bia merasa sedikit kecewa dengan sikap ayahnya yang akhir akhir ini susah untuk diajak ngobrol bersama.

"Tuan, seharusnya anda dirawat jika tidak ingin kondisinya semakin buruk." Mbak Lia segera menyiapkan obat obat yang hendak di minum oleh Wijaya.

"Kamu mau Bia mengetahui penyakit saya? Cepat bawa sini obatnya," pinta Wijaya.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

next thour

2022-03-18

1

♀️

♀️

semangat Alma perjalanan nya smoga tanpa hambatan

2022-01-17

1

verawati

verawati

lanjut .... masih penasaran sama cerita nya😊😊

2022-01-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bb 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 BaB 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bujukan Lisa
37 Tergoda
38 Kartu As
39 Angka mesum?
40 Gengsi
41 Salah siapa?
42 Es Krim
43 Sebutan Baru
44 Sebuah Pulau
45 Istri?
46 Pasar Malam
47 Berakhir
48 Berita pagi
49 Yang tertunda
50 Hal tak terduga
51 Frustasi
52 Terjebak
53 Kekhawatiran Bia
54 pertengkaran
55 Nganu
56 Keluar Kota
57 Tatapan Nathan
58 Pengakuan Nathan
59 Anyer yang terlupakan
60 Tingkat Kepercayaan Nathan
61 Basah
62 First Kiss
63 Gaya Baru
64 Wanita Lain
65 Double Date
66 Sebuah Kebenaran
67 Permintaan Nathan
68 Isi Hati Nathan
69 Teka Teki Bia
70 Hadiah Dari Bia
71 Pura Pura Sakit
72 Masak Apa?
73 Terulang Lagi
74 Lampu Hijau
75 Pengalaman Pertama
76 Tragedi Bianglala
77 Bertemu Dengan Lisa
78 Pertemuan Anyer
79 Amarah Bia
80 Berakhir ( END )
81 Masih Menggantung
82 Ajakan Nathan
83 Melamar
84 Ujian
85 Ngambek
86 Hari Bahagia
87 S-2 Pembobolan Gerbang
88 S-2 Lagi dan Lagi
89 S-2 Teror
90 S-2 Ketakutan
91 S-2 Di Culik
92 S-2 Kabar kebenaran
93 S- 2 Pengakuan
94 S-2 Titik Terang
95 S-2 Mendapat Servis
96 S-2 Di goyang
97 S- 2 Tragedi Martabak
98 S-2 Poli Kandungan
99 S- 2 Kebahagiaan
100 PENGUMUMAN
101 PENGUMUMAN LAGI
102 Jerat Hasrat Sang CEO
103 Separuh Hati Untuk Nafisya
104 Menikahi Ketua Osis
105 Hasrat Tuan Majikan
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bb 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
BaB 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bujukan Lisa
37
Tergoda
38
Kartu As
39
Angka mesum?
40
Gengsi
41
Salah siapa?
42
Es Krim
43
Sebutan Baru
44
Sebuah Pulau
45
Istri?
46
Pasar Malam
47
Berakhir
48
Berita pagi
49
Yang tertunda
50
Hal tak terduga
51
Frustasi
52
Terjebak
53
Kekhawatiran Bia
54
pertengkaran
55
Nganu
56
Keluar Kota
57
Tatapan Nathan
58
Pengakuan Nathan
59
Anyer yang terlupakan
60
Tingkat Kepercayaan Nathan
61
Basah
62
First Kiss
63
Gaya Baru
64
Wanita Lain
65
Double Date
66
Sebuah Kebenaran
67
Permintaan Nathan
68
Isi Hati Nathan
69
Teka Teki Bia
70
Hadiah Dari Bia
71
Pura Pura Sakit
72
Masak Apa?
73
Terulang Lagi
74
Lampu Hijau
75
Pengalaman Pertama
76
Tragedi Bianglala
77
Bertemu Dengan Lisa
78
Pertemuan Anyer
79
Amarah Bia
80
Berakhir ( END )
81
Masih Menggantung
82
Ajakan Nathan
83
Melamar
84
Ujian
85
Ngambek
86
Hari Bahagia
87
S-2 Pembobolan Gerbang
88
S-2 Lagi dan Lagi
89
S-2 Teror
90
S-2 Ketakutan
91
S-2 Di Culik
92
S-2 Kabar kebenaran
93
S- 2 Pengakuan
94
S-2 Titik Terang
95
S-2 Mendapat Servis
96
S-2 Di goyang
97
S- 2 Tragedi Martabak
98
S-2 Poli Kandungan
99
S- 2 Kebahagiaan
100
PENGUMUMAN
101
PENGUMUMAN LAGI
102
Jerat Hasrat Sang CEO
103
Separuh Hati Untuk Nafisya
104
Menikahi Ketua Osis
105
Hasrat Tuan Majikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!