Anyer merasa sangat bersalah terhadap seluruh anggota keluarganya. Tapi, tak dapat ia pungkiri bahwa Lisa adalah penawaran hatinya yang sedang kacau.
Setelah Rafa menghubungi Oma Risa, ponsel Rafa kembali berdering. Kali ini sebuah panggilan tanpa nama.
Rafa segera mengangkatnya.
"Iya, halo," ucap Rafa.
Dengan seksama Rafa mendengarkan setiap kata yang di ucapkan oleh sang penelepon sambil berpikir sejenak.
"Baiklah. Nanti saya share lok untuk tempatnya." Rafa segera menutup teleponnya.
Segera ia menuju ruangan Anyer untuk menyampaikan undangan makan siang hari ini.
Memang kebetulan hari ini Anyer sedang tidak ada pertemuan dengan siapapun. Hal itu menjadi pertimbangan Rafa menyetujui ajakan Nathan.
Lagi pula tidak ada salahnya, sekali kali menghibur diri sendiri. Bertemu dengan Bia adalah salah satu alasan utama ia menyetujui pertemuan siang ini, meski Anyer akan merasa keberatan.
Rafa telah jatuh hati pada pandang pertanyaan terhadap Bia. Meski sedikit judes, Rafa mengagumi kinerja Bia. Setelah pertemuan pertama diam diam Rafa mencari tahu tentang t
Bia melalui situs website.
Kali ini ia akan berusaha keras meyakinkan Anyer untuk setuju makan siang bersama.
"Maaf Tuan. Pihak BI grup ingin mengundang anda untuk makan siang bersama hari ini." Rafa melapor.
Anyer yang sedang berkutat pada laptopnya segera menghentikan kegiatannya. Memandang Rafa dengan aneh.
"Maksud kamu? Mereka ingin menyogok saya?" tuduh Anyer.
Rafa segera menggeleng. "Bukan. Bukan begitu Tuan. Mereka hanya ingin menjalin pertemanan saja." Rafa berusaha mencari alasan. Sebenarnya Rafa juga tidak tahu apa maksud ajakan makan siang hari ini.
Anyer menatap Rafa dengan curiga. "Tunggu... Sejak kapan klein yang kita tolak malah ingin menjalin pertemanan?"
Rafa terdiam belum bisa memberi jawaban untuk Anyer. Bagaimana kalau pihak BI grup hanya mempunyai niat jahat terhadap atasannya.
Ah, tapi tidak mungkin. Secara selama ini BI grup tidak pernah mempunyai skandal apa apa.
"Tidak ada salahnya Tuan untuk menemui mereka. Siapa tahu mereka punya penawaran lainnya." bujuk Rafa.
Anyer menatap Rafa kembali. "Sebenarnya bos kamu siapa? Saya atau BI grup?" tekan Anyer.
Lagi lagi Rafa hanya mampu menelan saliva. Apakah sikapnya terlalu mencolok jika sedang meyakinkan Anyer untuk bersedia datang.
"Jelas anda Tuan. Buktinya saya Sekarang berada di sini. Lagian anda hari ini sedang free. Yah, itung itung kita siang seperti biasa." Rafa tetap berusaha keras meyakinkan Anyer.
Sejenak Anyer berpikir. Menimbang kembali ajakan tersebut sebelum mengiyakan.
"Baiklah saya setuju. Tapi makan siang di restoran dekat hotel kita."
Rafa segera bersorak dalam hati saat lampu hijau telah menyala. "Baik Tuan."
Sementara itu Bia tambah berbunga kala Nathan melaporkan kabar baik jika Anyer menyetujui makan siang hari ini.
"Bu Dir, sepertinya hari ini anda sedang bahagia. Apakah sudah ada pangeran yang melamar anda?" Tanya Nathan iseng.
Bia malah salah tingkah. Walau lebih tepatnya akan di pinang oleh seorang pangeran. Sebentar lagi impiannya mengenakan gaun putih yang turun dari sebuah kereta kencana akan segera terwujud seperti mimpinya, mengingat siapa sosok Anyer.
"Bu Dir," panggil Nathan yang melihat Bia mengulum senyum sendiri.
"Kepo aja kamu!" seru Bia.
Dua jam kemudian.
Bia dan Nathan mencari sebuah restoran sesuai dengan lokasi yang Rafa berikan.
"Sepertinya ini restoran yang lagi hits di kalangan anak muda Bu Dir," ucap Nathan ketika akan memasuki restoran tersebut.
"Kamu benar Nath, sepertinya kita harus membuat konsep seperti ini untuk restoran kita." Bisik Bia lalu memasang kacamata hitamnya.
Nathan mengangguk, mengikuti Bia dari belakang untuk mencari meja yang telah Rafa pesan.
Bia melambatkan langkahnya hingga tanpa sengaja Nathan menumbur tubuh Bia.
"Maaf Bu." Nathan merasa bersalah.
"Kamu gimana sih? Mata kamu dimana?" omel Bia dengan berbisik. Sementara itu Rafa hanya menahan tawanya sebelum mempersilakan Bia bergabung.
Jantung Bia mendadak berdisco. Entah mengapa nyalinya menjadi ciut saat melihat Anyer tepat di depan matanya. Jika tadi malam ia melihat Anyer sangat tampan, kali ini ia melihatnya seperti singa yang lapar. Dengan tatapan yang mengerikan Bia mengurungkan niat awal untuk membahas perjodohan tadi malam.
"To the point saja! Apa tujuan kalian sebenarnya? Jika kalian ingin menyogok saya untuk bekerja sama, kalian salah. Saya bukan orang seperti itu." Anyer menatap Bia yang baru saja duduk.
Jantungnya semakin berdebar hingga tak ada kata yang bisa ia ucapkan. Kali ini ia sangat gugup. Baru pertama kali membuka hatinya kembali setelah lima tahun ia tutup.
"Maaf Tuan, niat kami baik. Kami hanya ingin bersilaturahmi dengan anda. Mungkin proyek kami kali ini gagal, namun siap tahu kedepannya kita bisa menjadi partner." Dengan cepat Nathan memberi penjelasan meski sebenarnya ia tidak tahu apa maksud atasannya mengajak Anyer makan bersama.
"Oh, tentu. Semoga lain waktu ada kesempatan kalian untuk bekerja sama dengan kami. Sungguh saya menyayangkan keputusan Bos saya yang menolak proyek kemarin. Padahal hasil survei sangat memuaskan," ucap Rafa namun, matanya tak berkedip menatap Bia.
Mendadak suhu tubuh Anyer mulai terasa panas. Asistennya dengan terang terangan menjatuhkan harga dirinya di depan mata.
"Rafa! Sudah bosan kamu bekerja dengan saya?" sindir Anyer.
Seketika Rafa terlihat kikuk mendapat sorot mata yang seakan ingin memangsanya.
"Kamu Bianca Putri Wijaya kan?" Anyer baru menyadari siapa sosok wanita karir didepannya.
"Iya Tuan. Anda benar." Bia semakin berdebar.
Anyer membuang nafas beratnya. Tak di sangka jika wanita yang berada di hadapnya saat ini adalah calon istri yang di pilih oleh Omanya.
"Maaf, saya sedang sibuk! Silahkan anda lanjutkan makan siang anda. Rafa ayo!" Seketika Anyer meninggalkan meja membuat Rafa dan Nathan semakin bingung dengan sikap Anyer.
"Maaf nona Bia, sepertinya bos saya sedang ada masalah. Sekali lagi saya minta maaf. Ini di luar dugaan saya." Rafa benar benar sangat merasa bersalah kepada Bia.
Terlihat jelas jika Bia merasa sangat kecewa kepada Anyer. Tapi wanita itu masih bisa menyembunyikan.
"Tidak apa apa. Saya mengerti." Bia mencoba tetap tersenyum.
Nathan menangkap wajah Bia yang berubah murung beranggapan bahwa Bia sedang ingin mendekati Anyer. Namun, itu hanya dugaan saja. Tidak mungkin sosok Bia segampang itu akan jatuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍃 Mama Muda
Nathan, jagain Bianca ya
2021-11-19
1