Untuk pagi ini Bia bangun lebih awal dari biasanya. Terlihat lebih bersemangat dan ceria.
Wijaya yang baru saja keluar dari kamar merasa heran melihat Bia sudah duduk di meja makan.
Menyendok nasi dan lauk sambil bersenandung sambil menunggu kedatangan ayahnya.
"Pagi Pah, ayo sarapan!" Bia menyiapkan piring untuk ayahnya.
Wijaya mengernyit. "Tumben, ada angin apa ini?" goda Wijaya.
"Ih… Apaan sih, Pah?" Bia malu malu.
Wijaya tersenyum. Entah apa yang membuat putrinya seceria pagi ini.
Mungkinkah ia telah melewatkan sesuatu pagi ini?
"Bi, apa yang membuatmu sebahagia ini?" Wijaya penasaran.
Belum ada jawaban dari Bia. Ia hanya senyum seny sendiri.
"Bi," ulang Wijaya.
"Sudahlah Pah, Bia ke kantor dulu." Enggan menjelaskan kepada Wijaya, Bia memilih menghindar.
Apa kata Wijaya jika ia berkata jujur bahwa telah kesengsem oleh sosok Anyer.
Wajar saja Bia jika kesengsem. Wanita manapun pasti juga akan sama seperti Bia, terhipnotis oleh pandangan pertama.
"Pagi Bu Dir?" sapa Nathan yang melihat ada perbedaan di wajah atasannya.
"Pagi juga. Apa jadwal hari ini?" tanya Bia balik.
Nathan segera mengecek sebuah tabletnya.
"Hari ini sepertinya tidak ada jadwal meeting, Bu." Setelah memastikan tidak ada jadwal, Nathan segera menutup tabletnya kembali.
Bia tersenyum. "Bagus deh kalau gitu."
"Eh, gimana kalau kita makan siang bersama," ujar Bia.
Nathan seketika mendongak. Memastikan bahwa ia sedang tidak salah dengar.
Ada angin apa yang menerpa bosnya pagi ini.
"Gimana? Kamu bisa kan?" Bia memastikan.
Nathan mengangguk. "Pasti bisa lah, Bu. Tapi ngomong ngomong dalam rangka apa Bu?" Meski ragu, Nathan tetap mengutarakan rasa penasarannya. Selama ia mendampingi Bia, jika bukan karena merayakan sesuatu ia tidak akab mengajak makan di luar apalagi makan bersama.
Bia mengernyit. "Jadi maksud kamu harus ada sesuatu untuk di rayakan dulu baru bisa makan di luar?" Bia menatap Nathan tajam.
"Maaf Bu, bukan begitu maksud saya. Anu… Saya permisi dulu, masih ada yang harus saya kerjakan." Nathan lebih memilih menghindar dari pada kena sembur.
Sepeninggal Nathan, Bia masih mengerucut. Memang ada benarnya juga ucapan Nathan. Selama ini Bia memang tipe orang yang tertutup dan sedikit dingin terhadap lingkungan sekitarnya.
Mungkin mulai sekarang ia harus terbuka agar tidak membuat orang di sekitarnya kaku terhadap dirinya.
Namun, belum juga Nathan sampai di ruang kerjanya, ponselnya berdering. Tertera nama Ibu Direktur, Nathan segera mengangkatnya.
"Nath, coba hubungi dulu pihak PT AIA. Pastikan hari ini kita bisa makan siang bersama."
Nathan hanya menelan saliva. Belum lima menit, sudah berubah lagi rencana siang ini.
Mau tak mau Nathan harus membujuk asisten Anyer untuk bisa memenuhi permintaan bosnya.
"Baik Bu." Hanya dua kata yang bisa Nathan ucapkan sebelum panggilan terputus.
"Dasar Bia." Nathan menggelengkan kepala. Selama ini Nathan telah menganggap Bia seperti adiknya sendiri.
Namun, ia tetap proposional dalam bekerja.
Sementara itu di kantor Anyer.
Rafa berjalan cepat untuk memastikan atasannya ada di dalam ruangan atau tidak.
Sebelumnya Rafa mendapat kabar dari Om Risa bahwa Rafa tidak pulang satu malam. Ia sungguh khawatir terhadap atasannya.
"Mudah mudahan saja tidak kabur," gumam Rafa. Tapi dalam rangka apa kabur? Kemarin saja masih baik baik tidak ada masalah.
Anyer menatap heran kepada Rafa yang ngos ngosan masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu.
"Ada apa?" tanya Anyer.
Pernafasan Rafa masih naik turun. Lega, bahwa bosnya tidak kabur.
"Syukurlah tuan anda tidak kabur," ujar Rafa.
Anyer mengernyit. "Apa maksud kamu?" Anyer ingin sebuah penjelasan dari ucapan Rafa.
"Tadi Oma telepon. Beliau mengatakan anda tidak pulang malam ini. Saya takut anda kabur, Tuan." Jelas Rafa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍃 Mama Muda
lanjut thor
2021-11-19
1