"Aku anterin sampai atas ya." Tukas Azfan ketika mereka sampai di lobi apartemen, ia khawatir jika saja ada orang jahat lagi yang menguntit Khalisa. Meski Azfan tahu apartemen mewah seperti Casey Avenue pasti memiliki sistem keamanan yang ketat. Namun Azfan bisa tenang jika mengantar Khalisa sampai depan unit apartemennya.
"Makasih ya." Khalisa mengangguk, sebenarnya ia juga takut hendak naik lift dan melewati koridor sendirian. Khalisa masih trauma dengan kejadian tadi, itu adalah kejadian paling buruk yang pernah ia alami selain bertemu dengan kucing. Khalisa lega karena tanpa diminta Azfan mau mengantarnya hingga ia masuk apartemen.
"Azfan, sebenernya beberapa hari yang lalu Rindang cerita ada yang selalu gedor pintu apartemennya tiap tengah malam." Khalisa ragu-ragu hendak menceritakan hal tersebut pada Azfan, tapi karena Azfan sudah terlibat dengan masalah ini maka ia merasa harus menceritakannya.
"Kalian nggak tahu siapa orang itu?" Azfan menoleh pada Khalisa yang menggeleng menjawab pertanyaannya. "Kamu curiga kalau dia orang yang sama dengan tiga orang pria tadi?"
"Kalau menurutmu gimana?" Khalisa juga tidak bisa asal berprasangka tanpa bukti yang jelas.
"Apa mungkin seseorang menyelundup masuk dan menggedor pintu apartemen Rindang saat tengah malam?"
Khalisa tampak berpikir dan menghela napas berat, "waktu Ama memilih tempat ini pihak apartemen bilang kalau keamanan disini dijaga sangat ketat, itu makanya Ama bisa tenang asalkan aku tinggal disini."
"Jadi maksud kamu nggak mungkin ada orang yang menyelundup kesini?"
Khalisa mengangguk yakin tapi saat memikirkan 3 pria tadi, keyakinannya perlahan luntur.
Mungkin saja pelakunya adalah penghuni apartemen ini.
Khalisa dan Azfan memikirkan hal yang sama tapi mereka tidak berani mengungkapkannya. Sebab Azfan tidak tahu seperti apa penghuni apartemen disini sedangkan Khalisa tahu betul bahwa tak ada dari mereka yang mencurigakan. Khalisa merasa semua tetangganya baik hati dan tak mungkin mengganggu penghuni lain dengan menggedor pintunya saat tengah malam.
Mereka keluar dari lift sesampainya di lantai dimana unit apartemen Khalisa berada.
"Khalisa, baru pulang?" Seorang cowok bertubuh atletis menyapa Khalisa ketika mereka berpapasan di koridor apartemen.
"Eh Mas Revan, iya nih." Khalisa membalas sapaan cowok bernama Revan tersebut.
"Ini siapa?" Revan melihat Azfan yang keluar dari lift bersamaan dengan Khalisa.
"Oh ini Azfan, temen kampusku." Khalisa menoleh pada Azfan, "Azfan ini Mas Revan anak Bu Ria dan Pak Bowo yang waktu itu kita ketemu di lift, inget nggak?"
"Iya-iya, inget kok." Azfan mengulurkan tangan pada Revan untuk berkenalan.
"Mas Revan dari mana?" Tanya Khalisa karena unit apartemen Ria dan Bowo berada di bawah lantai ini.
"Aku disuruh Mama nganter sekba ke tetangga depan apartemen kamu."
"Oh." Khalisa manggut-manggut. Sekba adalah salah satu hidangan jeroan Baabi yang direbus menjadi sup dan diberi kecap. Ria memang pandai memasak dan suka membagikan makanan ke tetangga.
"Duluan ya." Revan melambaikan tangan pada Khalisa dan Azfan.
"Kayaknya malam ini aku tidur di apartemen Rindang aja." Khalisa kembali melangkah setelah Revan masuk ke dalam lift.
"Kenapa?" Azfan mengerutkan kening, ia justru ingin meminta Khalisa berhati-hati karena hanya tinggal seorang diri di apartemen ini. Namun Khalisa justru hendak tidur di apartemen Rindang, itu membuat Azfan semakin takut.
"Aku mau lihat siapa yang gedor apartemen Rindang."
"Khalisa, tapi jangan buka pintu waktu kamu sendirian, bahaya." Azfan hanya memperingatkan karena ia tidak berhak melarang Khalisa tidur dimanapun.
"Iya tenang aja." Khalisa tersenyum lebar, "makasih ya udah nganterin aku sampai sini, kamu hati-hati di jalan."
"Iya." Azfan mengangguk.
Khalisa melihat sudut bibir Azfan yang terluka, "oh iya, sampai rumah jangan lupa bersihin luka kamu."
"Kamu juga, luka mu lebih parah." Pandangan Azfan turun ke tangan Khalisa yang juga terluka.
Khalisa ikut melihat tangannya, ia lupa kalau mereka juga terluka, "iya."
Khalisa melambaikan tangannya pada Azfan sebelum masuk ke apartemennya. Ia hendak mengambil barang-barangnya lebih dulu sebelum berpindah ke apartemen Rindang dan tidur disana.
******
Khalisa menekan beberapa angka pada pintu apartemen Rindang. Mereka memang saling mengetahui sandi apartemen masing-masing karena biasanya sewaktu-waktu Rindang tidur di apartemen Khalisa atau sebaliknya.
Apartemen Rindang sedikit berantakan di beberapa bagian. Khalisa memungut bungkus makanan di lantai, ia juga melihat banyak paket barang yang belum dibuka di sudut ruang tamu.
Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam, Khalisa ingin segera merebahkan diri tapi melihat barang berserakan ia jadi risih dan tak akan bisa tidur sebelum membereskannya.
Dengan seluruh tenaga yang tersisa, Khalisa mengembalikan barang yang berserakan ke tempat semula hingga akhirnya ia benar-benar kelelahan, matanya terasa berat minta segera dipejamkan.
Khalisa juga menata beberapa ponsel milik Rindang di atas meja kerja. Rindang sempat beberapa kali mendapat endorse merek smartphone sehingga Rindang memiliki beberapa ponsel yang tidak digunakan. Tentu saja siapa yang menggunakan ponsel lebih dari dua atau tiga.
Melihat ponsel itu tiba-tiba membuat Khalisa teringat pada Azfan. Khalisa bukannya tidak tahu kalau ponsel Azfan berpenampilan amat menyedihkan. Mungkin bagi Rindang atau Khalisa memiliki beberapa ponsel bukanlah hal yang spesial. Namun Khalisa yakin bagi Azfan, ponsel adalah benda istimewa.
"Apa boleh minta satu?" Khalisa mengambil satu ponsel yang paling dekat dengan tangannya. Khalisa yakin jika ia meminta satu pasti Rindang akan dengan senang hati memberikannya tapi yang ia pikirkan adalah apakah itu akan melukai perasaan Azfan. Bagaimana caranya memberi Azfan ponsel baru tanpa melukai perasaannya.
Khalisa beranjak melangkah mendekati sofa dan menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk tersebut lalu terlelap dalam hitungan detik. Ia berharap nanti dirinya terbangun saat ada yang menggedor pintu apartemen tersebut.
******
Azfan menautkan tangannya di belakang kepala menggunakannya sebagai bantal, ia menatap langit-langit kamar kosnya yang berwarna putih. Azfan tak bisa segera tidur memikirkan Khalisa, ia takut jika ada yang tiba-tiba masuk ke apartemen Rindang saat Khalisa sedang tidur. Meski tentu saja itu tidak mungkin karena pintu tersebut menggunakan sistem sandi untuk membukanya. Namun Azfan tak bisa mengalihkan pikirannya dari Khalisa.
Astaghfirullah.
Azfan memejamkan mata berusaha terlelap karena tidak baik jika ia terus memikirkan Khalisa. Ia berdoa semoga Khalisa selalu berada dalam lindungan Allah.
Meski sudah mencoba memejamkan mata tapi Azfan tidak juga terlelap. Akhirnya ia turun dari tempat tidur melangkah menuju sudut kamarnya. Ia mengambil celengan gerabah berbentuk kucing. Tiba-tiba ucapan Bimo berkelebat di pikiran Azfan. Ia menimbang-nimbang apakah hendak memecah celengan tersebut untuk membeli ponsel baru atau tidak. Itu adalah uang yang selalu Azfan sisihkan setiap kali mendapat uang dari membuat kaligrafi. Jika sewaktu-waktu Azfan membutuhkan uang untuk hal mendesak maka ia akan memecah celengan itu. Apakah sekarang ponsel baru adalah kebutuhan mendesak?
Azfan menghela napas berat mengembalikan celengan tersebut ke tempat semula. Ia akan memecah celengannya setelah ponselnya benar-benar tidak bisa digunakan.
Azfan kembali naik ke tempat tidur memposisikan diri miring ke kanan dan meletakkan tangannya di bawah pipi. Azfan membaca doa sebelum tidur lalu ayat kursi dan 2 ayat terakhir surat Al Baqarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
ImmaUrut
kok aku yg takut ya klu khalisa nginap di aprtmen rindang😔
2022-08-25
1
Sopi Yah
jangan bilang Revan pelaku' nya
2021-12-01
1
✿⃝⭕🌼Ohti
Semoga saja tidak terjadi apa" terhadap Kalusa
2021-11-30
1