Sejak kejadian di Mangan Gelato seminggu yang lalu Azfan tidak pernah bertemu dengan Khalisa lagi. Setiap hari Azfan selalu berharap Khalisa tiba-tiba datang ke tempat kerjanya. Namun meski sekilas Azfan tidak pernah melihat Khalisa. Ia khawatir terhadap keadaan Khalisa, apakah sore itu Khalisa jatuh sakit akibat ketakutannya. Azfan tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa berdoa agar Khalisa baik-baik saja. Berkali-kali Azfan mencoba memberanikan diri mengirim pesan pada Rindang untuk bertanya keadaan Khalisa setelah kejadian sore itu. Namun Azfan tidak punya cukup nyali untuk melakukannya. Azfan juga merasa bersalah terhadap Khalisa karena seharusnya ia memperingatkam Ayu unyuk tidak mengeluarkan kucingnya.
"Aku lihat akhir-akhir ini kamu kayak orang abis putus cinta Fan." Bimo menghampiri Azfan di salah satu kursi di bawah pohon sawo setelah mereka keluar dari kelas terakhir hari itu.
Azfan tidak menjawab, ia hanya melirik Bimo yang duduk di sampingnya.
"Nih makan, percaya deh perut kenyang bikin kita bahagia." Bimo menyodorkan keripik kentang pada Azfan yang sudah tinggal sedikit.
"Makan aja." Azfan kembali mendorong bungkus keripik tersebut.
Bimo terkekeh rupanya Azfan mengerti kalau keripik tersebut tinggal sedikit dan ia memberikannya agar sekalian Azfan membuang bungkusnya ke tempat sampah. Itu adalah trik lama seorang teman yang malas membuang bungkus makanan sendiri.
"Nggak kerja kamu?" Tanya Bimo sebab ia tak pernah melihat seorang Azfan melamun. Biasanya setelah selesai mata kuliah terakhir maka Azfan akan bergegas pulang atau langsung menuju ke Mangan Gelato. Hari-hari Azfan dipenuhi dengan kesibukan tak seperti mahasiswa tahun pertama biasanya yang masih memiliki banyak waktu untuk bersantai.
"Sebentar lagi." Azfan menyalakan layar ponselnya untuk mengecek jam. Masih ada waktu sedikit lagi untuk Azfan merenung di kursi ini.
"Hp kamu kenapa?"
Azfan menggeleng sambil mengedikkan bahu, mungkin maksud Bimo adalah mengapa layar ponselnya retak dan warnanya terlihat aneh. Ponsel itu Azfan punya sejak ia duduk di kelas 1 SMA, memang sudah waktunya rusak. Namun Azfan belum punya cukup uang untuk membeli yang baru, toh yang ini masih bisa digunakan.
"Kerja mulu, beli hp aja pakai mikir seribu kali."
Azfan seketika menoleh pada Bimo dengan pandangan tajam, temannya itu memang bermulut tajam seperti mata pisau yang baru diasah. Azfan ingin membalas ucapan Bimo bahwa mungkin bagi orang lain membeli ponsel baru adalah hal mudah tapi baginya meski bekerja di dua tempat berbeda itu hanya cukup untuk biaya hidup disini dan membeli buku kuliah. Beruntung Azfan mendapat beasiswa dari kampus sehingga ia cukup membayar 50 persen dari total seluruh biaya kuliahnya tapi tetap saja itu bukan angka yang sedikit. Namun Azfan kembali menelan kalimatnya yang sudah berada di ujung lidah karena tidak mau berdebat dengan Bimo sebab ia tahu perdebatan itu tak ada gunanya.
"Berangkat." Azfan beranjak sebelum Bimo mengatainya lagi.
Pandangan Azfan sedikit mendongak ke atas langit yang cerah dengan sedikit awan, mungkin itu sebabnya ia tidak memiliki banyak teman karena ia tak punya ponsel canggih seperti mereka. Apakah ini bukan tempatnya? Tujuan utamanya kuliah disini memang hanya untuk mencari ilmu tapi ternyata kehadiran teman juga penting. Azfan bukan teman yang asyik diajak mengobrol. Ikut organisasi kampus pun ia jarang bisa hadir. Sepertinya Azfan ditakdirkan untuk sendirian di kampus yang megah ini.
"Kenapa jadi mikir macem-macem gini sih?" Azfan menggeleng kuat. Beberapa waktu terakhir ia merasa hidupnya sudah seperti orang lain sejak ada Khalisa yang memperlakukannya seperti teman akrab meski belum lama kenal. Sekarang ketika Khalisa tak pernah lagi terlihat, Azfan kembali merasa kesepian.
Bruk!!!
Azfan bertabrakan dengan seseorang yang berlari dari arah samping. Lalu suara benda jatuh terdengar cukup keras. Azfan membelalak melihat ponselnya terpelanting ke paving gara-gara tabrakan itu. Azfan menunduk meraih ponselnya dalam hati berharap masih bisa digunakan.
"Aduh maaf-maaf nggak sengaja!"
Azfan mendongak mendengar suara itu. Bukannya marah atau sedih setelah ponselnya jatuh, Azfan justru tersenyum lebar setelah melihat seseorang yang menabraknya.
"Khalisa." Azfan beranjak, akhirnya setelah seminggu tidak bertemu sosok gadis cerita itu sekarang ia bisa melihatnya lagi bahkan mendengar suaranya. "Kenapa kamu lari-lari begitu?"
"Maaf ya Azfan, tadi itu Clarin bawa kucing kecil di kelas terus kucingnya lepas."
"Tetep aja bahaya kamu lari-larian gitu, nanti kalau jatuh gimana?"
"Hp kamu nggak apa-apa?" Ketika Azfan mengkhawatirkan keadaan Khalisa, ia justru takut ponsel Azfan rusak setelah bertabrakan dengannya. Mata Khalisa membulat melihat layar ponsel Azfan pecah hampir ke seluruh bagian. "Astaghfirullah hp kamu rusak!"
Azfan tertawa pelan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, mau bagaimana lagi ponsel itu memang sudah seharusnya beristirahat untuk selamanya. Hanya saja Azfan belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.
"Maaf ya Azfan, aku nggak sengaja barusan." Khalisa menggigit bibir menyesal karena telah membuat ponsel Azfan jatuh hingga rusak.
"Nggak apa-apa, sebelumnya ini emang udah rusak." Azfan mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Maaf ya Azfan." Khalisa tak tahu harus berkata apalagi selain maaf. Tentu saja ia bisa mengganti ponsel Azfan dengan yang baru. Namun Khalisa lebih memikirkan perasaan Azfan, pasti ponsel itu menyimpan banyak kenangan Azfan.
Azfan menggeleng, "apa wajahku terlihat marah?"
"Aku coba telfon nomer kamu ya." Khalisa mengeluarkan ponselnya mencari kontak bernama Azfan lalu mengetuk ikon telepon berwarna hijau.
Azfan terkejut, sejak kapan Khalisa memiliki nomor ponselnya. Azfan merasakan ponselnya bergetar dari dalam saku membuatnya merasa lega karena ponsel tersebut masih bisa beroperasi, setidaknya untuk menelepon dan mengirim pesan. Meski sejak 20 tahun terakhir fitur ponsel sudah sangat canggih lebih dari sekedar berkomunikasi tapi sekarang Azfan tak membutuhkan hal lain dari ponselnya.
"Masuk kok." Tukas Azfan.
"Sekali lagi aku minta maaf."
"Iya aku kasih maaf buat kamu, jangan minta terus." Canda Azfan membuat Khalisa tertawa. Akhirnya Azfan bisa melihat tawa Khalisa lagi. Azfan tidak ingin Khalisa menangis karena ketakutan lagi, ia hanya ingin melihat gadis itu tertawa ceria seperti biasanya.
"Oh iya Fan, aku minta maaf waktu itu nggak sempet makan gelato yang telanjur kamu sajikan buat aku." Khalisa tiba-tiba teringat pada gelato vanilla yang belum sempat ia sentuh di atas meja.
"Nggak apa-apa, gelato nya aku makan kok."
"Syukurlah kalau gitu."
Azfan ikut tersenyum melihat Khalisa mengulas senyumnya yang manis.
"Kamu mau kerja?" Tanya Khalisa.
"Iya." Azfan mengangguk, "ini mau jalan kesana." Ia tidak perlu pulang karena pakaian kerjanya ada disini. "Kamu mau pulang"
"Iya." Khalisa mengangguk."
Mereka melangkah bersama menuju gerbang utama kampus.
"Kamu baik-baik aja kan?" Azfan menoleh pada Khalisa, sebenarnya ia ingin menanyakan hal tersebut sejak tadi tapi tak berani. Setelah mengumpulkan mental akhirnya Azfan berani bertanya tentang keadaan Khalisa.
"Rindang pasti udah ngasih tahu kamu tentang kondisi aku."
"Iya." Azfan mengangguk, Rindang hanya memberitahu sekilas tentang fobia yang Khalisa alami.
"Sebenernya aku ada kunjungan rutin ke psikiater tapi karena aku sibuk kuliah dan jarang bisa pulang ke Banyuwangi jadi aku udah nggak pernah kesana lagi karena nemu psikiater yang cocok itu nggak gampang."
"Aku mengerti." Azfan kembali mengangguk, meski tak memiliki fobia apapun tapi ia mengerti bagaimana keadaan Khalisa. "Tapi gimana perasaan kamu sekarang?"
"Nggak apa-apa." Khalisa menggeleng mengembangkan senyum tipis.
"Sejak kapan kamu fobia itu?"
"Hm?" Khalisa tak mengira Azfan akan bertanya tentang hal itu, "sejak kecil sih kayaknya."
Azfan terdiam tidak ingin menanyakannya lebih jauh karena itu sama saja seperti menggali luka dalam hati Khalisa. Tentu saja ketakutan yang tak biasa berasal dari sesuatu yang menyakitkan dan Azfan tidak ingin Khalisa mengingat nya lagi.
"Papa aku dokter hewan." Tukas Khalisa seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Azfan saat ini.
"Oh ya?" Azfan tak menyangka bahwa Daniel Alindra CEO Alindra Group sebenarnya adalah seorang dokter hewan, rupanya ia harus membaca lebih banyak lagi artikel tentang keluarga Alindra."wah, Pak Daniel hebat sekali, beliau berasal dari kedokteran hewan tapi bisa sukses di dunia bisnis."
"Tentu saja itu karena tuntutan keluarga yang mengharuskan Papa melanjutkan bisnis itu."
"Lalu?" Azfan ingin Khalisa melanjutkan cerita tentang fobia nya.
"Aku nggak ingat persis bagaimana kejadiannya, Mama pernah bercerita kalau dulu Papa hampir meninggal karena tertular virus rabies dari binatang yang ditanganinya, karena aku orang yang sulit melupakan sesuatu maka cerita itu akan selalu menjadi kenangan buruk buat aku."
Azfan terdiam menunggu cerita Khalisa selanjutnya.
"Lalu waktu umurku sekitar 5 tahun, aku lihat Papa lagi ngobatin salah satu kucing di tempat penampungan kucing punya Mama dan temen-temennya, dia digigit sampai lengannya robek terus malemnya demam, aku takut Papa sakit lagi dan nggak bisa tertolong, mungkin itu yang bikin aku takut sama kucing, memikirkan namanya aja bikin aku keringet dingin." Khalisa mencengkram gamisnya hingga basah karena berkeringat selama bercerita.
Azfan membuang napas panjang setelah Khalisa mengakhiri ceritanya, ia tak pernah menduga bahwa seorang Daniel hampir saja meninggal karena pekerjaannya yang berhubungan langsung dengan binatang. Azfan mengerti perasaan Khalisa, semua orang memiliki ketakutannya masing-masing entah itu yang datang dengan sendirinya atau karena masa lalu yang kelam. Azfan pikir Khalisa tak memiliki sisi kelam di hidupnya. Tentu berat menjadi Khalisa dengan fobia nya pada kucing yang merupakan binatang yang bisa ditemukan dimanapun.
"Khalisa, selama ada aku di deketmu maka aku akan berusaha jauhin binatang itu dari kamu." Azfan mencoba menenangkan Khalisa.
"Rindang juga bilang gitu, makasih ya."
Mereka berpisah sesampainya di gerbang, Khalisa berbelok ke arah apartemennya sedangkan Azfan melangkah ke sisi lain menuju Mangan Gelato tempatnya bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
azfan mulai kepikiran neng Khalisa nih...
2021-11-19
0
nur abr
lanjutkan thor,,ceritanya bagus..
up setiap hari donk thor😁
2021-11-19
0