Rindang mematut diri di depan cermin memastikan penampilannya sudah sempurna untuk pergi ke kampus. Ia sudah siap dengan celana jeans di atas lutut dan kaos putih yang dipadukan dengan cardigan coklat. Rindang mengarahkan ponsel ke cermin dan memotretnya lalu mengunggah foto tersebut ke akun Instagram miliknya.
Rindang membuka pintu setelah menyampirkan tas kuliahnya.
"Gimana semalem, ada yang gedor apartemen kamu lagi?" Khalisa langsung menodong Rindang dengan pertanyaan tersebut.
"Eh iya ketiduran aku semalem jadi nggak tahu ada yang gedor atau nggak." Rindang nyengir memainkan rambutnya yang bergelombang. "Rambut aku masih bagus nggak buat foto produk catokan?" Rindang mengalihkan pembicaraan dengan cepat, ia tak terlalu terpengaruh dengan keberadaan orang asing yang menggedor pintunya tiap tengah malam tersebut.
"Bagus." Khalisa mengangguk. "Warnanya juga masih bagus kan baru aja dicat."
"Aku udah bawa kamera sama tripod." Rindang menepuk-nepuk tas nya yang tampak menggembung bukan karena buku kuliah tapi ia membawa alat-alat untuk memotret ke kampus. Rindang memiliki prinsip jika ia bisa bekerja sambil kuliah, mengapa tidak. Baru-baru ini Rindang mendapat endorsement dari produk catokan dan cat rambut, ia akan melakukan pemotretan di kampus kebetulan Jason juga pandai memotret jadi ia tak perlu membayar jasa fotografer. Bukannya Rindang pelit, ia hanya menggunakan kemampuan sang pacar sebaik mungkin.
"Pulang sore lagi hari ini?" Khalisa menekan tombol pada lift lalu masuk disusul Rindang.
"Nggak tahu sih, rencananya aku mau ke Monumen Tugu abis kuliah, nanti kamu nyusul ya."
"Aku kayaknya pulang agak sore, memangnya kamu belum pulang jam segitu?"
"Aku bawa banyak baju di mobil, harus ganti lokasi juga jadi kayaknya sampai malem." Rindang tampak berpikir, berapa jumlah pakaian yang sudah ia siapkan di mobil? itu adalah baju dari penjual yang menggunakan jasa nya untuk mempromosikannya di media sosial.
"Ya udah nanti kalau sore belum pulang, aku nyusul." Khalisa memiliki jadwal berkumpul dengan HAWASI setelah kuliah sehingga ia juga akan pulang agak sore.
Rindang melempar tas nya ke jok belakang mobilnya sebelum duduk di kursi kemudi. Khalisa juga menyusul Rindang masuk ke mobil.
"Pelan-pelan nanti kamera nya rusak nangis-nangis lagi." Tegur Khalisa pada Rindang yang melempar tas nya sembarangan.
"Lupa-lupa." Rindang menepuk jidatnya sendiri. "Aku anterin ke depan kelas ya." Ia menginjak gas menjalankan mobilnya keluar rubanah. Biasanya Rindang mengantar Khalisa hanya sampai depan gerbang utama tapi kali ia ingin tahu seperti apa pemandangan di dalam kampus UII.
Khalisa tidak menjawab karena sedang sibuk menyapa dua satpam di depan gerbang apartemen. Setiap pagi Khalisa tak pernah lupa melakukan hal itu padahal melihatnya saja Rindang merasa capek.
"Terserah deh." Akhirnya Khalisa menjawab pertanyaan Rindang setelah beberapa menit mengabaikannya.
"Eh-eh si ganteng tuh!" Rindang sumringah melihat Azfan dari kejauhan.
"Siapa si ganteng?" Khalisa menegakkan tubuhnya demi melihat seseorang yang Rindang sebut ganteng tapi mobil lebih dulu berbelok sehingga ia tidak bisa melihatnya.
Rindang menghentikan mobil sejenak lalu menurunkan kaca jendela, "Azfan, ayo ikut!" Serunya.
Khalisa membelalak spontan menoleh, ia melihat Azfan tak terlalu jauh di belakang sana. Azfan tampak mempercepat langkahnya mendekat ke mobil Rindang.
"Nggak usah, aku jalan aja." Ujar Azfan.
"Sekalian aku nganter Khalisa ke kelasnya."
"Kelasku nggak searah sama kelas Khalisa jadi aku jalan kaki aja."
"Jangan dipaksa, Rin." Khalisa berbisik di belakang Rindang sambil menarik-narik bajunya. "Gedung FIAI ada di belakang, mungkin Azfan nggak enak kalau mobil kamu harus jalan ke belakang sana."
"Ya udah kalau gitu aku duluan." Rindang melambaikan tangan sebelum menaikkan kaca jendela dan kembali menjalankan mobilnya. "Azfan kenapa nggak enakan gitu ya, lagian cuma jalan dikit nggak sampai 200 meter, nggak akan abis bensin 1 liter juga."
"Kita nggak tahu jalan pikiran orang lain."
"Eh katanya kemarin temen kamu Clarin bawa—" Rindang ragu untuk melanjutkan kalimatnya, percayalah hanya dengan mendengar nama kucing saja Khalisa akan berkeringat dingin karena takut dan ia tidak mau itu terjadi.
"Iya dia nemu di belakang kelas, semoga udah dibawa pulang." Sahut Khalisa.
"Lari aja yang jauh kalau ada lagi."
Tapi Azfan bilang bahaya jika ia lari-larian di kelas seperti kemarin.
"Khalisa, kamu denger kan?" Rindang menoleh karena Khalisa tak segera membalas ucapannya.
"Hm? iya denger kok, aku masuk kelas ya." Khalisa turun dari mobil sesampainya ia di depan koridor menuju ke kelasnya.
"Iya, kalau ada apa-apa telfon Ko Levin aja."
Khalisa langsung memutar badan mendengar ucapan Rindang, "bukan telfon kamu?"
"Aku kejauhan, kalau Ko Levin kan bisa langsung lari ke kelas kamu terus lindungin kamu deh." Rindang nyengir setelah menyelesaikan kalimatnya.
Khalisa mencibir menutup kembali pintu mobil melangkah menuju kelasnya.
Koridor cukup ramai ketika Khalisa melewatinya. Sebagian dari mereka memainkan ponsel atau laptop pada kursi yang terletak di kanan dan kiri koridor.
Hari ini Khalisa memiliki dua kelas yakni Kimia Organik II dan Mikrobiologi Farmasi. Khalisa memasuki kelas pertamanya memilih tempat duduk paling depan agar ia bisa lebih konsentrasi.
"Selamat pagi Nona Cantik." Huma datang menyapa Khalisa dengan dua kotak susu rasa strawberry di tangannya. "Buat Nona satu." Ia meletakkan satu kotak di atas meja Khalisa.
"Terimakasih Humairah ku yang cantik." Khalisa tersenyum lebar mengambil susu pemberian Huma. Khalisa hendak menusukkan sedotan ke kotak susu tersebut tapi ia melihat dosen Kimia Organik masuk ke ruangan. Huma yang tadinya berdiri di samping meja Khalisa segera mencari tempat duduk kosong.
******
Adzan dhuhur berkumandang dari Masjid Ulil Albab ketika mahasiswa jurusan farmasi keluar dari Laboratorium Mikrobiologi Farmasi usai melakukan penelitian cemaran mikrobiologi pada salah satu merek obat yang beredar di pasaran.
"Masya Allah, ciptaan Allah begitu sempurna." Ana—salah satu teman Khalisa di jurusan yang sama berdiri di samping Khalisa tampak mengagumi para mahasiswa kedokteran yang juga baru keluar dari kelas mereka.
Beberapa teman Khalisa yang lain juga menikmati pemandangan mahasiswa kedokteran yang masih mengenakan jubah putih sehingga terlihat seperti dokter sesungguhnya. Maklum di jurusan mereka kebanyakan dihuni oleh mahasiswi sehingga melihat barisan cowok dari FK membuat mereka tak ingin melewatkannya. Sampai sekarang kedokteran masih menjadi fakultas yang diidam-idamkan banyak orang tapi tes masuknya juga terkenal paling sulit.
Khalisa terkekeh geleng-geleng melihat tingkah teman-temannya. Khalisa menunduk dari pada menyaksikan pemandangan yang bisa membuatnya lupa diri.
"Eh ada yang jalan kesini." Gumam mereka.
Khalisa hendak berjongkok membenarkan tali sepatunya yang terlepas. Tidak lucu jika Khalisa terjatuh di depan mereka gara-gara tersangkut tali sepatunya sendiri. Namun sebelum Khalisa melakukannya, ada orang lain yang lebih dulu memasang simpul tali sepatunya membuat Khalisa terkejut.
Teman-teman Khalisa yang berada disana terkesima melihat adegan manis itu, mereka bersorak kegirangan meski bukan mereka yang sedang dipasangkan tali sepatu oleh cowok tampan dengan jubah putih tersebut. Mereka seperti melihat adegan drama secara langsung di depan mata.
Khalisa terkejut ketika cowok yang memasang tali sepatunya itu mendongak memperlihatkan wajah tampannya yang bersinar terkena pantulan cahaya matahari. "Ko Levin." Lirihnya. Khalisa terlalu terkejut dengan apa yang Levin lakukan barusan.
Khalisa mundur selangkah lalu Levin beranjak dari posisi jongkok. Levin tersenyum manis ke arah Khalisa hingga memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Ya ampun mau juga dong dipasangin tali sepatunya." Seloroh yang lain, mereka bersorak ketika Levin menebar senyum manisnya yang membuat para cewek meleleh seperti es krim saat terkena sinar matahari. Sungguh cowok berjubah putih terlihat dua kali lebih tampan dari biasanya.
"Hati-hati, jangan sampai jatuh." Ucap Levin.
Khalisa mengangguk, "makasih Ko."
"Aku pergi dulu." Levin berbalik meninggalkan Khalisa dan teman-temannya.
"Khalisa, sumpah nggak nyangka banget lihat adegan romantis itu barusan." Ana memegang lengan Khalisa, ia masih terlalu terkejut saat Levin tiba-tiba memasang tali sepatu untuk Khalisa.
"Kalian aja kaget apalagi aku." Sahut Khalisa, ia juga tidak sadar saat Levin berjalan ke arahnya, tiba-tiba saja cowok itu berjongkok di kakinya.
"Coba cerita kalian ada hubungan apa?" Vania mulai menginterogasi Khalisa, ia kepo pada Khalisa karena selama ini tak ada tanda-tanda bahwa Khalisa dekat dengan seorang cowok.
"Nggak ada apa-apa, kami cuma temen, aku anggap dia kayak Koko aku sendiri." Kata Khalisa jujur.
"Tapi pandangan dia ke kamu sama sekali nggak kayak temen." Timpal Clarin. "Setuju nggak?" Ia melihat yang lain meminta pendapat mereka.
"Setuju." Mereka mengangguk sepemikiran dengan Clarin.
"Kalian ada-ada aja deh." Khalisa melipat tangan di depan dada, mengapa teman-temannya berpikir sejauh itu tentang Levin dan dirinya. "Coba tanya Huma kalau nggak percaya." Khalisa melihat Huma yang sedari tadi hanya diam tidak berani berkomentar. Huma juga terkejut atas apa yang Levin lakukan barusan.
"Tapi jujur aja kalian keliatan serasi kok." Tambah Clarin.
"Udah berhenti ya, mending sekarang kita ke masjid nanti telat berjamaah." Khalisa melangkah mendahului mereka sebelum ia dituduh macam-macam lagi.
"Eh Khalisa." Ana mengejar Khalisa.
"Apa lagi?" Khalisa mempercepat langkahnya.
"Katanya kalau orang Chindo cuma boleh nikah sama sesama Chindo ya?"
Khalisa berhenti sejenak mendengar pertanyaan Ana, "enggak juga." Jawabnya. "Papa ku Chindo sedangkan Mama bukan, jadi pernyataan itu salah besar."
"Oh jadi maksudnya nanti kamu mau nikah sama cowok yang bukan keturunan Chinese gitu?"
Khalisa mengerutkan kening, mengapa Ana tiba-tiba menyimpulkannya seperti itu.
"Baru semester dua udah ngomongin nikah-nikah, mending belajar yang rajin buat persiapan UAS." Khalisa menepuk-nepuk pundak Ana.
Mereka berjalan menuju masjid Ulil Albab untuk mendirikan shalat dhuhur berjamaah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
✿⃝⭕🌼Ohti
udah gak sabar nunggu up berikutnya
2021-11-24
1
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
yg pedekater Levin ,yg jadi pengisi hatinya azfan..😍
2021-11-24
3
Bundanya Abhipraya
khalisa sm azfan heee
2021-11-24
1