Azfan tak bisa mengalihkan pandangan dari lukisan gaun pengantin berwarna sampanye dengan model potongan lurus yang simpel. Gaun tersebut sederhana tapi terlihat anggun dengan aksen payet pada bagian dadanya. Azfan dibuat kagum karena Khalisa hanya melukis gaun pengantin itu dalam waktu kurang dari satu jam.
"Wah, cantik sekali." Puji Azfan jujur, ia tidak bisa menahan untuk tak memuji lukisan tersebut padahal Khalisa bilang jarang melukis di atas kanvas tapi hasilnya sangat indah.
"Aku atau lukisannya?" Khalisa memberi sentuhan akhir dengan menambah detail payet pada dada gaun tersebut.
"Hm?" Alis Azfan terangkat.
Khalisa tertawa, "aku cuma bercanda." Katanya mengibaskan tangan pada Azfan.
Pengunjung semakin ramai, jalan boulevard dipenuhi oleh para pecinta seni. Tak jarang juga dari mereka yang tertarik dan membeli karya seni hasil tangan kreatif mahasiswa UII tersebut.
"Menurutmu ini bagus?" Khalisa tidak yakin dengan lukisannya sendiri, ia melukisnya tanpa sketsa dan rencana sebelumnya.
"Ya, warnanya juga bagus tapi lebih bagus lagi kalau warnanya putih."
"Oh ya?" Khalisa menoleh sesaat pada Azfan lalu melihat kanvas di hadapannya lagi. "Eh ada lalat di kue kamu." Khalisa menunjuk kue black forest di atas meja yang dibagikan oleh panitia pameran untuk semua mahasiswa yang telah berpartisipasi menunjukkan karya seni mereka.
"Nggak apa-apa, lalatnya cuma minta sedikit." Kata Azfan santai, ia membiarkan lalat itu hinggap di atas kue yang belum disentuhnya.
"Hm?" Khalisa menoleh sepenuhnya pada Azfan, "maksud kamu?"
"Belajar melakukan kebaikan dari hal-hal kecil seperti berbagi makanan dengan lalat ini misalnya, kita selalu terobsesi untuk melakukan Sunnah yang kita anggap menghasilkan pahala yang banyak padahal kita bisa memulainya dari hal kecil."
Untuk sesaat Khalisa terpana dengan ucapan Azfan, apakah itu kalimat terpanjang yang pernah Azfan ucapkan sejak mereka saling kenal.
"Lagi pula," Azfan mengangkat wadah kue tersebut, "ini masih bisa dimakan." Ia meniup kue berwarna coklat kehitaman tersebut hingga lalat yang tadi hinggap disana kabur seketika.
Khalisa menelan liurnya saat Azfan menyendok sedikit kue dengan buah ceri di atasnya lalu melahapnya tanpa ragu.
"Khalisa jijik ya?"
Khalisa menggeleng, "enggak sama sekali." Katanya jujur, ia sama sekali tidak berpikir bahwa apa yang Azfan lakukan adalah sesuatu yang jorok, ia justru sibuk mencerna kalimat Azfan barusan.
Khalisa tahu menurut hadits riwayat Bukhari "Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia, kemudian angkat dan buanglah lalatnya. Sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya ada obatnya."
Namun Khalisa belum pernah mengalami kejadian tersebut di dunia nyata dan sekarang ia kagum melihat Azfan melakukannya.
Azfan melihat Levin melangkah ke arah mereka dengan membawa black forest, itu adalah kue yang sama dengan milik Azfan.
"Khalisa, ini buat kamu." Levin menyodorkan satu jar black forest miliknya pada Khalisa.
"Koko nggak makan?" Khalisa beranjak dari duduknya untuk menerima kue tersebut.
"Aku nggak terlalu suka coklat, makan aja." Kata Levin dengan senang hati, ia sengaja kesini untuk memberikan kue tersebut pada Khalisa.
"Kamsia Ko." Khalisa memasukkan kue dengan buah ceri itu ke dalam tote bag miliknya. Khalisa akan memakannya nanti karena ia telah memesan es krim pada Huma di penjual dekat gerbang kampus. Selain itu waktu ashar sudah dekat sehingga ia tak akan sempat memakan kue itu meski ukurannya terbilang kecil.
"Sama-sama, eh desain kamu udah jadi ya?" Levin mengalihkan pandangan pada kanvas yang sudah dilukis oleh Khalisa.
Belum sempat Khalisa menjawab Huma datang dengan dua cup es krim di tangannya. Huma langsung berdiri di antara Khalisa dan Levin.
"Makasih ya." Khalisa mengambil alih es krim rasa vanilla dari tangan Huma.
"Buruan dimakan keburu ashar, kamu nggak mau es krim itu meleleh kan?" Huma mencari kursi kosong untuk memakan es krim tersebut, cuaca hari ini cukup panas sehingga mereka amat mengidamkan sesuatu yang segar seperti es.
"Iya-iya, lagian kalau masih ditutup gini nggak akan secepat itu juga leleh nya."
"Nggak usah ngeyel sama aku, kamu kalau sholat lamaaa banget, es yang tadinya beku jadi mencair karena kelamaan nungguin kamu sholat." Huma membuka tutup cup es krim, ia menghirup aromanya terlebih dahulu sebelum memakannya.
"Dasar lebay." Khalisa geleng-geleng karena ucapan Huma.
"Jangan bilang lebay, kamu nggak inget dulu aku pernah masakin kamu mie instan sampai bengkak dan kuahnya habis gara-gara kelamaan ditinggal sholat."
"Memangnya se-lama itu?" Levin bertanya, ia sendiri tidak pernah menghitung berapa lama waktu yang ia gunakan untuk sholat.
"Jangan percaya sama Huma." Khalisa menggeleng.
"Kalau nggak percaya aku pernah catat waktu sholat kamu pakai stopwatch." Huma menunjukkan ponselnya yang menampilkan catatan berjudul Waktu Sholat Khalisa, "tujuh belas menit." Ujarnya.
"Nggak ada kerjaan lain apa ngitungin waktu sholat ku?" Khalisa mendengus tak habis pikir dengan tingkah Huma menggunakan stopwatch hanya untuk menghitung berapa lama ia sholat. Ia juga malu karena Huma membicarakan hal tersebut di depan orang lain seperti Levin dan Azfan.
Huma terkekeh kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jas almamater. Dulu Huma bosan menunggu Khalisa selesai sholat sehingga ia berinisiatif untuk menghitungnya dengan stopwatch.
Azfan hanya tersenyum mendengar perdebatan antara Khalisa dan Huma tanpa berani menyela. Dulu saat masih SMP Azfan juga pernah iseng menghitung berapa lama ia sholat dan seingatnya itu sekitar 10 menit.
"Parah sih itu lama banget." Ucap Huma lagi.
"Jangan bilang lama, Allah ngasih waktu 24 jam dan kita cuma gunain 17 menit untuk sholat dikali lima artinya masih lebih banyak waktu senggang yang kita punya."
"Setuju." Levin sependapat dengan Khalisa. "Sholat itu waktu romantis kita dengan Allah, nggak ada waktu terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah selain sholat."
Khalisa mengangguk setuju dengan ucapan Levin, ia begitu menunggu waktu sholat tiba karena itu adalah saat yang tepat untuk bermesraan dengan sang khalik. Sholat ibarat waktu istirahat kita dari segala urusan dunia yang memusingkan.
Tak lama kemudian Ica dan Daniel datang setelah berkeliling ke seluruh area pameran. Mereka menjemput Khalisa karena waktu ashar telah tiba untuk segera melaksanakan sholat ashar berjamaah di masjid.
Daniel telah juga membeli beberapa karya seni yang dipamerkan hari itu termasuk salah satu kaligrafi karya Azfan.
"Lukisan kamu gimana?" Tukas Azfan ketika Khalisa hendak pergi.
"Disimpen kamu aja." Khalisa melambaikan tangan pada Azfan sebelum ia pergi bersama orangtuanya dan juga Huma.
******
Suara merdu lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar di kamar kos sederhana berukuran 3×3 meter persegi. Meski tidak terlalu besar tapi si pemilik menata barang-barangnya sedemikian rupa sehingga ruangan terasa lega. Terdapat tempat tidur tanpa dipan dengan sprei berwarna coklat polos. Di samping tempat tidur diletakkan rak buku yang hampir tidak muat. Di sisi lain terdapat lemari pakaian yang menyatu dengan meja belajar menghadap jendela.
Lelaki itu menghentikan bacaannya dan menutup mushaf Al-Qur'an kemudian meletakkannya kembali di meja belajar. Tanpa melipat sajadah ia bergegas menuju kamar mandi karena kebelet kencing. Memiliki kamar mandi di dalam, tempat kos tersebut terbilang murah karena kebaikan ibu kos padanya.
Ia adalah Azfan lelaki tampan yang memiliki sangat sedikit rasa percaya diri. Meski banyak perempuan yang menyukainya tapi Azfan tak pernah menyadari itu, ia terus saja merasa tidak percaya diri berhadapan dengan banyak orang.
Azfan keluar dari kamar mandi tepat ketika pintunya diketuk oleh seseorang, ia juga mendengar suara perempuan memanggil namanya dari luar.
Seorang perempuan berdiri di depan pintu dengan membawa sepiring tahu goreng, lontong, tauge dan kol yang disiram saus kacang beraroma khas petis udang.
"Kenapa Yu?" Azfan melihat perempuan bernama Ayu itu sesaat. Ayu gadis berusia 17 tahun yang saat ini duduk di kelas 3 SMA, ia juga merupakan anak pemilik kos yang tinggal di dekat sini. Ia sering datang ke tempat kos Azfan membawa berbagai makanan buatan ibunya.
"Mas Azfan sudah makan malam belum, Ibu bikin tahu gimbal buat Mas juga." Ayu menyodorkan sepiring tahu gimbal yang lengkap dengan telur goreng itu pada Azfan.
"Belum, makasih ya sampaikan juga pada Ibu udah repot-repot bikin makanan."
"Mas baru selesai sholat ya?" Ayu melihat sajadah di atas lantai yang belum dilipat.
"Enggak kok."
"Itu lukisan siapa Mas, aku baru lihat." Ayu memajukan kepalanya untuk melihat lukisan di sudut kamar Azfan lebih jelas.
"Oh itu." Azfan mengikuti arah pandang Ayu, itu adalah lukisan Khalisa yang ia bawa kesini bahkan Azfan meletakkannya pada bingkai kaca karena takut jika lama-kelamaan warnanya luntur. "Lukisan temenku."
"Kok bisa ya cowok melukis pakaian pengantin seperti itu."
"Itu lukisan temen aku, cewek" Azfan meletakkan tahu gimbal di atas meja dekat pintu masuk.
Wajah Ayu berubah hambar tapi Azfan tidak menyadari itu, "bukannya Mas Azfan nggak pernah punya teman perempuan?"
"Iya kami kenal belum lama ini."
"Oh, ya udah aku pergi dulu." Ayu langsung melenggang pergi menyembunyikan kekecewaannya mengetahui kini Azfan memiliki teman perempuan. Ayu tahu bahwa mahasiswi di kampus pasti cantik-cantik tapi Azfan berbeda, cowok itu tak pernah berurusan dengan teman perempuan sebelumnya.
Azfan kembali menutup pintu, pandangannya fokus pada lukisan yang ia gantung pada dinding setelah diberi bingkai. Azfan sendiri tidak tahu mengapa ia membelikan bingkai untuk lukisan Khalisa padahal untuk kaligrafi miliknya saja ia jarang memasangnya pada bingkai. Lalu sekarang setiap Azfan melihat lukisan itu tanpa sadar ia akan tersenyum.
"Astaghfirullah." Azfan segera menunduk merasa berdosa karena telah memandang lukisan itu terlalu lama.
Azfan mengambil sendok untuk makan tahu gimbal buatan ibu kos nya. Biasanya Azfan membeli makanan dari luar karena selain tidak punya peralatan masak, ia juga merasa beli makanan jadi lebih hemat. Makanan di luar sekarang meski murah tapi enak jika hanya untuk mengisi perut lapar mahasiswa seperti Azfan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Marlia Sari
MasyaAllah adem banget bacanya❤👍
2021-11-09
0
Bundanya Abhipraya
semangat thorr
2021-11-09
2
Hakiki Hadianjaya
number 1 yeay.....
makasih mbak Author up nya....😍🥰
2021-11-09
3