Azfan turun dari motor sesampainya di depan bangunan 5 lantai bertuliskan Alindra Mall yang berdiri megah di tengah kota. Untuk sesaat Azfan terperangah karena salah satu pusat perbelanjaan di kota Yogyakarta itu tak pernah sepi oleh pengunjung setiap kali ia melewatinya. Namun sekarang Azfan tak hanya melewatinya, ia memang ingin mengunjungi Mall tersebut. Dulu saat melewatinya, Azfan tak pernah punya keinginan untuk mampir tapi setelah tahu kalau mall itu milik keluarga Khalisa, ia jadi penasaran. Ini pertama kalinya Azfan memiliki teman akrab seperti Khalisa, itulah sebabnya ia jadi ingin tahu tentang Khalisa.
Setelah mencari tahu silsilah keluarga Khalisa di internet akhirnya Azfan memberanikan diri pergi ke mall ini meski tak tahu apa yang akan ia lakukan. Mungkin Azfan akan masuk berjalan-jalan, membeli satu barang lalu pulang.
"Kenapa aku kesini? ini bukan tempat ku." Azfan menggaruk tengkuknya, untuk orang yang tak pernah berkunjung ke mall besar seperti ini, ia jadi kikuk tak tahu harus berjalan ke arah mana. Azfan juga tidak tahu apa yang akan dibelinya di tempat ini.
"Ada Pak Daniel."
"Pak Daniel Alindra disini?"
"Iya, dia memang sering datang tanpa memberitahu lebih dulu."
Azfan tak sengaja mendengar suara beberapa karyawan yang sedang menata buah-buahan pada rak. Azfan melihat arah pandang para karyawan tersebut. Ia melihat seorang lelaki berpakaian batik menggandeng wanita bergamis dengan motif yang sama. Siapa mereka? mengapa kedatangannya membuat karyawan disini heboh? Azfan terkejut melihat Khalisa dan Rindang berjalan di belakang mereka. Apakah dugaannya benar?
"Permisi, ada yang Mas cari biar kami bantu." Seorang karyawan menghampiri Azfan.
Azfan memutar kepala, "ya?" Ia tidak mendengar apa yang karyawan itu katakan barusan.
"Ada yang Mas cari?" Tanya karyawan tersebut dengan ramah karena ia lihat Azfan tampak kebingungan jadi ia datang untuk membantu.
"Ah ya, saya ingin membeli buku." Azfan mengembangkan senyumnya, ia hanya asal menjawab.
"Buku ada di lantai tiga, silahkan naik eskalator di sebelah kiri lalu belok kanan."
"Oh terimakasih." Azfan menganggukkan kepala.
"Semoga Mas menemukan buku yang Mas cari." Ucap karyawan tersebut sebelum meninggalkan Azfan.
Azfan kembali melangkah ke arah eskalator, ia harus segera pergi sebelum Khalisa atau Rindang melihatnya.
"Azfan!"
Azfan menghentikan langkah mendengar seseorang memanggil namanya, ia tahu itu suara Rindang. Azfan menahan napas, mengapa Rindang masih bisa mengenalinya dari belakang padahal ia sudah ingin kabur karena malu untuk bertemu dengan orangtua Khalisa. Azfan menyesal mampir kesini hari ini, harusnya ia pergi besok atau lusa agar tidak bertemu orangtua Khalisa. Tunggu dulu kenapa ia harus malu? tentu saja karena ia tidak selevel dengan Khalisa ataupun Rindang.
"Azfan, kamu disini juga?" Suara Khalisa terdengar sangat dekat.
Azfan membalikkan badan dengan kaku dan senyum yang juga kaku seperti sebatang pohon.
"Om, Tante ini yang namanya Azfan, yang kemarin aku sama Khalisa ke rumahnya." Rindang memperkenalkan Azfan pada Daniel dan Ica.
"Halo Azfan, saya Daniel." Daniel mengulurkan tangan pada Azfan.
"Halo Pak Daniel." Azfan mendongak setelah mengumpulkan mental akhirnya ia berani melihat wajah Daniel. "Saya teman Khalisa dan Rindang." Ia melirik wanita cantik yang dari tadi tidak melepaskan gandengannya pada lengan Daniel, tidak salah lagi dia pasti Alisha atau akrab dipanggil Ica, ibu dari Khalisa dan dua adiknya. Azfan sudah mencaritahu semuanya di internet.
"Kami mendengar banyak tentang kamu dari Khalisa." Ucap Ica seraya tersenyum pada Azfan.
Saya juga tahu banyak tentang kalian dari internet. Azfan mengangguk tersenyum canggung, sepertinya Khalisa memang tipe orang yang suka berbagi cerita kepada keluarganya. Tidak seperti Azfan yang lebih suka menyimpan semua hal di kehidupannya untuk dirinya sendiri.
"Lain kali kita ngobrol lebih banyak ya." Kata Daniel.
Azfan terkejut, mengapa mereka harus mengobrol lagi, ia pikir ini akan menjadi kali pertama dan terakhir dirinya bertemu dengan orangtua Khalisa. Bukankah mereka orang yang sibuk?
"Azfan mau beli apa?" Tanya Khalisa.
"Rencananya mau lihat-lihat buku." Azfan melihat Khalisa sesaat.
"Kalau gitu Papa sama Mama ke atas dulu, kalian jalan aja pasti mau beli sesuatu kan?" Daniel melihat Khalisa, ia harus segera pergi ke lantai lain dan bertemu dengan manajer Mall.
"Pakai kartu Papa boleh nggak?" Khalisa tersenyum merayu papa nya, meski ia punya jatah uang bulanan tapi membeli sesuatu dengan kartu milik papa nya jauh lebih menyenangkan.
Daniel melihat Ica meminta izin apakah Khalisa boleh menggunakan kartu nya, mereka harus sependapat, jika Ica tidak memperbolehkannya maka Daniel juga demikian. Ica mengerti tatapan Daniel, ia merogoh tas nya dan menyodorkan satu kartu kepada Khalisa.
"Makasih ya Pa, Ma." Khalisa tersenyum lebar memasukkan kartu ATM milik papa nya ke dalam saku gamis.
"Khalisa, inget hanya beli barang yang dibutuhkan." Ica memperingkatkan Khalisa untuk membeli barang yang hanya benar-benar diperlukan, ia tak mau sang anak hanya menumpuk barang tanpa memakainya.
"Azfan, saya pergi dulu." Tukas Daniel sebelum menarik tangan Khalisa membawanya pergi meninggalkan Khalisa, Rindang dan Azfan.
Azfan masih terpaku melihat punggung Daniel dan Ica yang semakin jauh hingga tak terlihat masuk ke dalam lift.
"Azfan, ayo bareng kebetulan Khalisa juga mau nyari buku." Rindang menyadarkan Azfan yang bengong beberapa saat.
"Hm?" Khalisa dan Azfan bersamaan.
Khalisa mencubit perut Rindang, kapan ia bilang ingin membeli buku disini? Rindang hanya tersenyum tidak mempedulikan ekspresi Khalisa yang hendak mengomel tapi tertahan.
"Aku nggak jadi beli buku." Azfan menggeleng, ia ingin segera membebaskan diri dari Khalisa dan Rindang karena terlalu malu menghadapi mereka apalagi di tempat seperti ini. Azfan tidak mau membuat malu dirinya sendiri jika terus bersama dua anak dari keluarga kaya tersebut.
"Lah kenapa?" Rindang mengerutkan kening.
"Aku mau beli buah." Azfan melihat deretan buah-buahan yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
"Kamu mau beli buah disini?" Khalisa bertanya cepat, "bukannya buah disini mahal ya? maksudku, aku aja lebih suka beli buah di pasar deket kampus, selain murah disana juga bagus-bagus kok."
Azfan mengusap tengkuknya, ternyata Khalisa juga suka membeli buah di pasar tradisional. Azfan juga tidak berniat membeli buah disini, itu hanya alasannya agar segera berpisah dengan Khalisa dan Rindang.
"Ih gimana sih bukannya promosiin mall kamu sendiri malah bilang gitu sama Azfan." Rindang menyikut lengan Khalisa hingga sahabatnya itu sedikit limbung.
"Aku cuma ngasih tahu yang sebenarnya, untuk kantong mahasiswa pasar biasanya jadi pilihan pertama tapi kalau kamu mau beli buah import sih nggak apa-apa beli disini." Ucap Khalisa akhirnya.
"Makasih ya Khalisa." Azfan mengulas senyum tipis, ia kagum pada kebaikan dan kejujuran Khalisa.
"Iya sama-sama, aku sama Rindang duluan ya." Khalisa menggandeng tangan Rindang agar sahabatnya itu tidak mencari-cari alasan lagi untuk dekat dengan Azfan.
Azfan mengurungkan niatnya untuk berkeliling di Mall ini, ia segera keluar dan mencari letak motornya di tempat parkir. Bukannya Azfan tidak suka bertemu dengan Khalisa, ia justru bersyukur bisa memiliki teman baik untuk pertama kalinya. Sejak mengenal Khalisa, setiap bangun tidur selain bersyukur telah diberi nikmat kesehatan Azfan juga bersyukur karena dipertemukan dengan Khalisa yang memberinya banyak pelajaran hidup.
Khalisa dan Rindang menuju toko buku di lantai dua. Toko buku adalah tempat wajib yang harus mereka kunjungi saat pergi ke Alindra Mall. Meski tak ada niat membeli dari rumah tapi saat melihat deretan buku baru pasti ada saja yang mereka beli.
"Mbak Khalisa." Seorang karyawan menyapa Khalisa di depan pintu toko buku.
"Hai Mbak Indah." Balas Khalisa, tentu saja meski tak ada nametag pada pakaian karyawan itu, ia bisa mengingat nama nya.
Beberapa karyawan lain juga menyapa Khalisa bahkan mengajak foto bersama.
"Ini sebenernya yang selebgram tuh aku atau kamu sih?" Sindir Rindang saat para karyawan itu memintanya mengambil gambar mereka bersama Khalisa.
"Udah fotoin aja." Khalisa memberikan memberikan ponsel miliknya pada Rindang.
Wajah Rindang masam memegang tiga buah ponsel sekaligus untuk memotret Khalisa dan karyawan toko buku. Rupanya sosok Khalisa lebih populer dari pada Rindang yang memiliki ratusan followers Instagram.
"Senyum dong Mbak Rindang, tenang aja di media sosial tetep kamu yang paling populer." Khalisa mengusap bahu Rindang dan mengambil ponselnya kembali.
"Tapi kamu yang lebih terkenal di dunia nyata."
"Dunia memang adil." Khalisa melenggang pergi menuju rak-rak buku Islam yang selalu menjadi sudut favoritnya saat mengunjungi toko buku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Bundanya Abhipraya
sukaaa,, semangat thor
2021-11-02
0
Nina
suka banget, lanjuttt terus semagat thor
2021-11-02
0