Azfan baru saja pulang dari masjid usai shalat isya berjamaah. Ia melihat ponselnya berkedip-kedip di atas meja belajarnya. Azfan tebak itu adalah ibunya yang rutin meneleponnya setiap malam, bertanya banyak hal seperti sudah makan, shalat, bagaimana kuliah hari ini dan lain sebagainya. Azfan bersyukur karena ibunya begitu perhatian dan tak pernah menuntutnya untuk selalu mendapatkan nilai bagus, dari dulu sampai sekarang.
"Khalisa?" Azfan mengerutkan kening membaca nama Khalisa pada layar ponselnya yang sudah tidak mulus pecah dimana-mana. Sambungan lebih dulu terputus sebelum Azfan mengangkatnya. Ia melihat 3 panggilan tak terjawab dari Khalisa. Perasaan Azfan tidak enak, tak mungkin seorang Khalisa meneleponnya hingga beberapa kali jika bukan karena hal penting.
Azfan segera menekan ikon telepon berwarna hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Halo Azfan."
Azfan tertegun mendengar suara Khalisa gemetar, "ada apa Khalisa?"
"Azfan tolong aku ... aku, Rindang, kami—" Ucapan Khalisa terhenti, napasnya tersengal.
"Khalisa kamu tenang dulu, kamu dimana aku kesana sekarang."
"Aku ..... "
"Ada apa di sekitarmu?"
"Dekat masjid An-Nur, Rindang sedang dikerumuni tiga orang laki-laki." Khalisa terisak.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Azfan cepat, ia meraih kunci dan mengeluarkan motornya terburu-buru.
"Aaahhh!" Khalisa berteriak lalu terdengar benda jatuh.
Azfan memutus sambungan memasukkan ponsel ke saku baju koko nya dan menancap gas setelah menutup pintu kamar kos.
Ya Allah, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Khalisa, lindungi Khalisa dan Rindang.
Jantung Azfan berdegup kencang, motornya melaju dengan kecepatan tinggi meliuk-liuk disela kendaraan lain malam itu. Azfan tak pernah mengendarai motornya secepat itu, ia hanya ingin segera sampai di tempat yang Khalisa sebutkan.
Azfan menyipitkan matanya memfokuskan pandangan pada dua laki-laki yang sedang berusaha membuka pakaian Rindang. Ia mempercepat laju motornya ketika melihat satu laki-laki lainnya memegang tangan Khalisa. Ia melajukan motornya tepat ke arah lelaki tersebut.
Lelaki bertubuh tinggi besar itu mengumpat karena hampir saja motor Azfan mengenai tubuhnya. Pegangannya pada tangan Khalisa terlepas.
"Azfan!" Khalisa memekik, ia bersyukur karena Azfan segera datang.
Azfan turun dari motor dan melayangkan tinjunya tepat pada hidung lelaki itu. Kedatangan Azfan menarik dua lelaki yang dari tadi enggan melepaskan Rindang. Melihat temannya dihajar oleh Azfan, mereka ikut membantu mengeroyok Azfan.
Rindang tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur dari dua laki-laki yang telah melakukan hal tidak senonoh padanya, mereka meraba-raba bagian dada Rindang hingga turun ke bawah.
"Kamu nggak apa-apa?" Khalisa meneliti Rindang dari atas sampai bawah.
Rindang menggeleng tidak memiliki kekuatan untuk mengucapakan sepatah kata pun. Rindang terisak di pelukan Khalisa, tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Ia bersyukur karena masih ada yang menolong mereka di tempat sepi ini. Rindang harus pergi ke gereja dan beribadah seharian untuk berterimakasih kepada Tuhan.
Khalisa menoleh pada Azfan yang tengah berusaha melawan tiga laki-laki sekaligus. Khalisa berdoa dalam hati berharap Azfan bisa mengalahkan tiga bajingan tersebut.
Tak lama kemudian terdengar suara sirine mobil polisi semakin mendekat. Tiga laki-laki itu panik bersiap untuk kabur tapi Azfan berhasil menahan satu orang yang ia ingat tadi memegang tangan Khalisa. Pria itu harus menanggung akibatnya karena berani memegang tangan Khalisa yang tak pernah disentuh lawan jenis yang bukan mahramnya.
"Pak, pria ini dan dua temannya melakukan pelecehan seksual." Azfan memberi penjelasan kepada polisi yang baru turun dari mobil. Satu orang polisi lainnya segera menahan tangan laki-laki itu menggantikan Azfan.
"Kejar mereka." Perintah polisi bertubuh jangkung tersebut kepada teman-temannya. Mereka mengejar dua orang lainnya menggunakan motor tanpa perintah dua kali
"Semuanya terekam kamera mobil kami pak." Ujar Khalisa seolah mengerti arti pandangan polisi tersebut.
Pandangan Azfan terfokus pada Khalisa memastikan gadis itu baik-baik saja. Jantung Azfan seperti mencelos dari peradaban nya kala mendengar suara tangis Khalisa di telepon tadi.
Azfan melihat tas Khalisa tergeletak di tanah dengan barang-barang berserakan di sekitarnya termasuk ponsel Khalisa. Azfan berjongkok mengumpulkan barang Khalisa dan memasukannya ke dalam tas.
"Baik, terimakasih." Polisi itu memeriksa tempat tersebut sekali lagi.
"Rindang!" Pekik Khalisa melihat Rindang tak sadarkan diri, ia memapah tubuh Rindang dengan sisa tenaga yang dimiliknya.
Dengan cekatan seorang polisi mengangkat tubuh Rindang.
"Masukin mobil saya aja Pak." Pinta Khalisa.
"Kamu nggak apa-apa?" Azfan menghampiri Khalisa, ia ingin sekali memeluk Khalisa seperti saat gadis ketakutan ketika melihat kucing. Namun itu tidak mungkin Azfan lakukan, ia berusaha keras mengendalikan tubuhnya agar tidak kelepasan memeluk Khalisa.
Khalisa mengangguk, "kamu nggak apa-apa kan?" Pandangan Khalisa meneliti seluruh tubuh Azfan seperti yang ia lakukan pada Rindang barusan. "Makasih Azfan, mungkin kalau kamu nggak dateng, aku sama Rindang udah—"
"Sudah jangan bicara macam-macam." Sahut Azfan cepat.
Azfan menyetir mobil Khalisa untuk membawa Rindang ke rumah sakit. Khalisa takut terjadi sesuatu yang buruk pada Rindang karena ia tak tahu persis apa yang telah dilakukan 3 bajingan tadi pada Rindang. Sementara itu polisi membawa mobil Rindang untuk memeriksa rekaman video kronologi kejadian tersebut.
Khalisa duduk di jok belakang dengan gusar meletakkan kepala Rindang di pangkuannya. Ia mengusap rambut Rindang yang dicatok lurus hari ini. Sesekali ia melihat ke spion atas yang memantulkan wajah Azfan.
"Khalisa jangan khawatir, kita akan segera sampai di rumah sakit, Rindang pasti baik-baik saja." Kata Azfan berusaha menenangkan Khalisa meski ia juga tidak bisa tenang sebelum Rindang siuman.
*******
Khalisa menunduk dalam duduk di salah satu deretan kursi di sepanjang koridor. Rindang sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah ditangani dokter selama 30 menit di UGD. Hanya saja Rindang belum juga sadarkan diri. Dokter bilang Rindang mengalami syok dan saat ini harus istirahat total.
Khalisa menautkan kedua tangannya yang berkeringat dingin bercampur darah.
"Tanganmu berdarah?" Azfan dari tadi memperhatikan Khalisa, ia duduk sekitar 1 meter dari gadis itu tapi ia bisa melihat dengan jelas kalau tangan Khalisa berdarah bahkan mengenai gamisnya yang berwarna mocca.
"Hm?" Khalisa mendongak menoleh melihat Azfan lalu melihat telapak tangannya sendiri, ah benar sekali, tadi ia jatuh tersungkur dan mengenai kerikil. Dari tadi Khalisa tidak merasakan apapun tapi sekarang setelah menyadari tangannya terluka tiba-tiba mereka terasa perih dan berdenyut.
"Khalisa, kamu terluka, lihat kulitnya mengelupas dan berdarah." Azfan mendekat agar bisa melihat luka Khalisa lebih jelas, "harus segera diobati." Wajah Azfan jelas terlihat mengkhawatirkan Khalisa, tapi ia tak bisa berbuat banyak apalagi mengobati luka Khalisa sendiri meski ia sangat ingin melakukannya.
"Nanti aja di apartemen, aku lihat Rindang dulu." Khalisa beranjak masuk diikuti Azfan.
Rindang tampak terbaring dengan selang infus di tangan kirinya. Matanya masih setia terpejam, wajahnya terlihat pucat meski tadi ia menggunakan make-up. Namun kejadian tadi telah membuat make-up nya luntur.
Khalisa dan Azfan dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba membuka pintu begitu keras.
"Rindang!" Jason datang dengan napas terengah-engah, berlari dari tempat parkir dan sepanjang koridor sampai sini.
Khalisa mundur memberi ruang untuk Jason.
"Maafkan aku Rindang." Jason menggenggam tangan Rindang dan mengecup punggung tangannya berkali-kali. "Maaf Khalisa tadi aku pulang dulu karena Akong ku tiba-tiba jatuh di kamar mandi."
Khalisa mengangguk, "sudahlah, yang penting sekarang Rindang aman disini, bagaimana keadaan Akong?"
"Akong sudah siuman."
"Syukurlah kalau begitu."
Dari sikap Jason, Azfan tahu Jason sangat mencintai Rindang, ia kalau jadi Jason pun pasti akan mengkhawatirkan keadaan Rindang sekarang.
"Khalisa kamu pulang aja, biar aku yang temenin Rindang disini."
"Aku nggak bisa ninggalin Rindang disini."
"Kamu juga harus istirahat, biar Azfan anterin kamu, ya Fan?" Jason melihat Azfan yang langsung dijawab anggukan oleh Azfan. Tanpa Jason minta pun Azfan akan mengantar Khalisa.
"Jason tapi nanti kalau ada apa-apa langsung telfon aku ya."
"Iya, kamu udah hubungin Mama Papa Rindang kan?"
Khalisa mengangguk, "mereka mencari penerbangan tercepat dari Banyuwangi, mungkin malam ini mereka datang."
"Makasih Khalisa."
"Jangan bilang makasih, ini tugasku juga jaga Rindang."
Sebelum pergi Khalisa meletakkan semua peralatan medis Rindang di dalam satu tas agar Jason tidak kesulitan mencarinya seperti suntikan insulin, alat cek gula darah dan minuman manis jika sewaktu-waktu gula darah Rindang drop.
"Azfan, makasih kamu udah datang tepat waktu tadi, aku telfon kamu karena nama mu ada di daftar panggilan paling atas." Khalisa menoleh pada Azfan di kursi kemudi.
Azfan justru berterimakasih karena Khalisa meneleponnya di saat genting seperti tadi. Meski itu karena nama Azfan terdapat di daftar panggilan teratas tapi Azfan senang karena ia menjadi pilihan pertama.
Khalisa mengeluarkan sapu tangan dari dashboard mobilnya, "aku terlalu panik tadi sampai nggak memperhatikan kamu, sudut bibirmu juga terluka, gunakan ini untuk membersihkan darahnya." Ia menyodorkan sapu tangan tersebut pada Azfan.
"Terimakasih Khalisa, maaf." Azfan mengucap maaf karena menerima sapu tangan Khalisa dengan tangan kiri. Azfan mengusap sudut bibirnya yang terasa nyeri akibat terkena pukulan lelaki tadi.
"Kejadian hari ini jangan terlalu dipikirkan, meski itu sulit tapi aku harap malam ini kamu tidur nyenyak." Ujar Azfan tanpa melihat Khalisa karena ia harus fokus pada jalanan di depannya.
Khalisa mengangguk, ia tak menyangka bisa mengalami kejadian seperti ini. Dua gadis yang berada di tempat sepi memang berbahaya. Apalagi mereka seperti sudah tahu jadwal Rindang hari ini. Pasti mereka penggemar Rindang garis keras hingga nekat menguntit dan melakukan pelecehan seksual.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
૦ 𝚎 ɏ ꄲ 𝙚 ռ
Alhamdulillah....😊💕
2021-11-26
0
Marlia Sari
alhamdulillah authornya baik jadi rindang dan khalisa selamat🤭🙏
2021-11-26
4
Nina
cerita nya bagus tapi ko nggak ada yg vote
2021-11-26
0