Nathan memicingkan mata kirinya melihat sebuah mobil sport merah berhenti di halaman rumahnya. Tak lama berselang seorang pemuda keluar dari mobil tersebut, dia berjalan memutar dan membukakan pintu untuk orang yang duduk di kursi penumpang.
Ia mengenali sosok itu, dan sosok itu tak lain dan tak bukan adalah Aster. Sedangkan pemuda yang bersamanya, Nathan tidak mengenalnya.
Pintu utama terbuka dan sosok Aster masuk ke dalam rumah bersama teman prianya. Gadis itu menghampiri Nathan yang masih berdiri di tempat yang sama, dan memperkenalkan temannya itu pada ayah angkatnya.
"Paman, perkenalkan. Ini Chan, teman kuliahku. Dan dia kemari karena ingin bertemu dan mengenal, Paman." Ujar Aster.
"Untuk apa?" Ucapnya dingin.
Chan mengulurkan tangannya pada Nathan sambil tersenyum kaku. Melihat sorot mata Nathan yang dingin dan tajam membuatnya serasa seperti sedang uji nyali.
Meskipun hanya melalui mata kirinya, karena mata kanan Nathan masih cidera, tapi hal tersebut lebih dari cukup untuk melemparkan Chan ke dunia lain. Dimatanya Nathan begitu menyeramkan.
"Ha-hallo, Paman. Perkenalkan, sa-saya Chan. Dan saya ingin meminta ijin pada Paman untuk lebih dekat dengan, Aster."
"Ijin di tolak. Jauhi Aster mulai sekarang, dan jangan coba-coba mendekatinya lagi. Sebaiknya kau pulang, dan kau Aster ... Pergi ke kamarmu sekarang!! Berhenti kelayapan tidak jelas, apalagi dengan pemuda tak jelas seperti ini!!"
Alih-alih tersinggung. Aster justru menyeringai misterius. Dari sikap yang ditunjukkan, jelas sekali jika Nathan sedang cemburu pada temannya itu. Dan tanpa mengatakan apapun, Nathan meninggalkan mereka berdua lalu pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua.
"Aster, bagaimana ini?" Chan kebingungan.
"Dengarkan saja saran dari paman Nathan, jika kau tidak ingin mendapatkan masalah besar darinya!! Asal kau tau saja, pamanku sangat mengerikan jika sudah marah." Ucapnya dan pergi begitu saja.
Aster pergi menyusul Nathan ke kamarnya. Bibirnya tak henti-hentinya mengurai senyum penuh kemenangan. Ia yakin, tak lama lagi pasti bisa meluluhkan hati Nathan.
.
.
.
Nathan sedikit tersentak saat merasakan ada sepasang tangan memeluknya dari belakang. Pria itu melirik pada orang yang tengah memeluknya, dan dia tersenyum manis padanya.
"Paman, dari sikapmu, aku bisa menyimpulkan jika kau sedang cemburu kan?" Ucap orang itu yang pastinya adalah Aster.
"Jangan asal menebak!!"
"Aku tidak asal menebak!!"
Kemudian Aster melepaskan pelukannya lalu berpindah dan berdiri di depan Nathan. Posisi mereka kini saling berhadapan. Aster mengalungkan kedua tangannya pada leher Nathan. Bibirnya menyeringai penuh kemenangan.
"Tapi mata, Paman mengatakan iya. Dan aku bisa melihatnya dengan sangat jelas!!"
"Kau terlalu mengada-ada, Nona Muda."
Aster menggeleng. "Begini-begini aku lebih berpengalaman dari pada Paman tentang percintaan. Dan aku bisa tau, apakah Paman bohong atau tidak hanya dari tatapan dan sorot mata Paman saja," tuturnya.
Aster menarik sebelah tangannya dari leher Nathan. Jari-jarinya menyusuri setiap inci wajah tampan Nathan, dan menggerakkan jari-jarinya dibibir Nathan serta mata kirinya yang masih terbalut perban.
Jari-jari lentiknya membuka satu persatu kancing pada kemeja Nathan, dan menanggalkannya. Menyisahkan tank top putih yang melekat pas di tubuh kekar ayah angkatnya.
"Aster, apa yang kau lakukan?" geram Nathan dengan nada rendah. Ia adalah pria normal, sedikit banyak ia pasti terangsang dengan apa yang gadis itu lakukan.
"Aku hanya ingin tau, sampai di mana Paman mampu bertahan dengan ego Paman yang setinggi langit itu." Aster meyeringai.
"Aster, hentikan." Pinta Nathan setengah menuntut.
Nathan mulai tersiksa dengan apa yang Aster lakukan padanya. Bahkan bagian bawahnya pun mulai mengeras dan ujungnya berdenyut nyeri. Sebisa mungkin Nathan menahan hasratnya yang mulai menggebu-gebu itu. Aster benar-benar berbahaya.
Grepp...
Nathan menutup matanya dan menahan tangan Aster. Kemudian mata kirinya kembali terbuka dan menatap Aster dengan tajam."Aku bilang hentikan!!" Ucap Nathan sambil menatap langsung ke dalam manik hazel gadis itu.
"Kenapa, Paman?"
"Keluarlah," pinta Nathan menuntut.
Aster menggeleng. "Tidak mau. Malam ini aku akan tidur di sini bersamamu, dan aku tidak ingin mendengar kata tidak apalagi penolakan!!" kata Aster menegaskan.
"Keras kepala." Dan Aster hanya terkekeh geli.
Aster berjalan menuju tempat tidur ayah angkatnya lalu merebahkan tubuhnya di sana. Gadis itu selalu menemukan kenyamanan dan kehangatan ketika berada di dekat Nathan.
"Paman, sampai kapan kau akan berdiri di sana? Kemarilah dan kita tidur bersama." Aster melambaikan tangannya pada Nathan.
Pria itu mendengus berat. Dengan langkah berat Nathan menghampiri Aster lalu berbaring disampingnya. Dan lagi-lagi Nathan tidak bisa menolak permintaan Aster apalagi sampai melarangnya.
Aster merubah posisinya yang semula terlentang kini menyamping, menghadap Nathan. Jari-jari lentiknya mengusap perban yang menutup mata kanan Nathan, pandangannya berubah sendu.
"Aku sedih melihat keadaan mata, Paman. Pasti tidak mudah bagi Paman untuk melewati hari-hari hanya dengan satu mata yang berfungsi?"
Nathan menggenggam lembut jari-jari lentik Aster. Pria itu menggeleng. "Sama sekali tidak. Paman sudah mulai terbiasa," jawabnya.
Aster mengangkat kepalanya lalu bibirnya bergerak menuju bibir Nathan, dan menciumnya tanpa melum** ataupun memagut.
Dan sungguh di luar dugaan Aster, tiba-tiba sebelah tangan Nathan menarik tengkuknya, dan detik berikutnya bibirnya sudah berada di dalam pagutan bibir Nathan.
Kedua mata Aster tertutup perlahan, ketika ia merasakan pagutan-pagutan lembut pada bibir atas dan bawahnya yang dilum** oleh Nathan secara bergantian.
Aster semakin mengintimkan tubuhnya pada Nathan. Bahkan gadis itu tak segan-segan membalas ciuman Nathan. Namun ciuman tersebut hanya berlangsung kurang dari satu menit saja.
"Tidurlah, ini sudah malam. Kau harus pergi kuliah besok."
Nathan menarik Aster kembali ke dalam pelukannya, merengkuh tubuh putri angkatnya itu dengan erat. Mencoba memberikan kehangatan dan kenyamanan.
Dan sepertinya Nathan sudah semakin terjebak dalam pesona putri angkatnya tersebut. Dan apakah Nathan akan membalas perasaan tulus Aster. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
-
Sebuah mobil mewah berhenti di halaman luas kediaman Nathan. Seorang wanita berambut hitam sebahu terlihat keluar dari balik kursi kemudi dan melenggang masuk.
Kedatangannya di sambut oleh seorang pelayan yang kemudian mengantarkannya ke kamar Nathan.
Namun langkahnya terhenti ketika wanita itu 'Amanda' melihat Aster keluar dari kamar tersebut dengan sebuah gaun tidurnya. Aster menghentikan langkahnya di depan Amanda.
"Apa yang kau lakukan di kamar, Nathan?" Tanya Amanda meminta penjelasan.
"Untuk apa aku harus menjawabnya? Toh, itu bukan urusanmu!!" Jawabnya sinis.
"Kau!!" Geram Amanda sambil mengangkat tangannya dan hendak menampar Aster.
Dan di saat yang sama Nathan keluar dari kamarnya, tentu saja hal tersebut tak disia-siakan begitu saja oleh Aster. Aster menghampiri Nathan sambil memasang mimik wajah ketakutan.
"Paman, selamatkan aku dari Bibi Amanda. Dia bilang dia ingin menelanku hidup-hidup, bahkan dia menyebutku murahan karena aku keluar dari kamarmu pagi-pagi begini. Hiks, dia menindas ku lagi!!" Adu Aster pada Nathan.
"BOHONG!!" Amanda berseru kencang. Wanita itu menggeleng. "Itu tidak benar, Nathan!! Sungguh, aku tidak melakukannya. Itu hanya akal-akalan gadis tengik itu saja!!"
"Aster Nunna, tidak berbohong Paman. Bahkan kami berdua melihatnya dengan mata kepala kami sendiri, bagaimana Bibi Amanda menindas-nya." Sahut Gavin yang kemudian dia balas anggukan oleh Rio.
Anggukan Rio semakin menguatkan alibi yang Aster ciptakan. "Bahkan Bibi Amanda juga menjewer telinga Aster Nunna dan menjambak rambutnya," kata Rio menambahkan.
Sekali lagi Amanda menggeleng. Meyakinkan pada Nathan jika yang mereka katakan tidaklah benar. "Nathan, aku mohon percayalah padaku!! Bagaimana pun juga aku adalah calon istrimu!!"
"Sedangkan mereka putri dan keponakanku!!" Sahut Nathan menyela kalimat Miranda. "Dan kesabaranku sudah habis untukmu. Pertunangan kita batal!! Dan mulai sekarang jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah ini lagi jika kau tidak ingin aku mematahkannya!! Keluar mau sekarang!!" Pinta Nathan dingin.
"Tapi, Nathan!!"
"KELUAR!!" Amanda tersentak kaget oleh bentakan Nathan.
Sambil menggepal-kan tangannya, Amanda meninggalkan kediaman Nathan. Sedangkan Aster, Gavin dan Rio melambaikan tangan padanya. Amanda benar-benar kesal setengah mati.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Faf Rin
/Sob/
2024-12-18
0
Dewi Zahra
keren kak
2023-09-14
0
SumaYani
Dasar ank dn keponakan nakal
2022-06-08
0