Kebencian terlihat jelas dari pancaran mata Ella dan Maya atas kedatangan Nenek Xiao, Gavin dan Rio. Bagi mereka berdua keberadaan mereka adalah sebuah ancaman besar untuk Ibu dan anak tersebut.
Ella sendiri adalah saudara Nathan dari pihak Ibu. Selain memiliki pikiran yang licik, dia juga sangat pandai bersandiwara hanya untuk terlihat baik di depan orang lain, terlebih-lebih di depan Nathan.
"Ma, untuk apa juga mereka harus datang segala? Membuat mood memburuk saja!!" keluh Maya sebal.
"Mama juga tidak tau. Satu batu sandungan saja belum bisa kita singkirkan dan sekarang malah muncul tiga batu sandungan sekaligus."
"Aku benci mereka, mereka sangat-sangat menyebalkan. Terutama Nenek peot itu, meskipun sudah tua tapi tingkah lakunya sering kali membuatku naik darah!!"
Ella menoleh dan menatap putrinya itu. "Tahan kebencian mu itu!! Apa kau ingin kita di depak keluar dari rumah ini dan kemudian tidur di kolong jembatan?!"
"Amit-amit tujuh turunan. Kalau ada yang harus angkat kaki dari rumah ini itu adalah, Aster. Jelas-jelas dia hanya anak pungut saja dan bukan siapa-siapa."
"Bahkan si anak pungut ini jauh lebih di sayang dan di manjakan daripada dirimu!!" sahut seseorang dari arah belakang.
Sontak keduanya menoleh, mereka mendapati Aster tengah bersandar pada tembok sambil memainkan kuku-kuku jarinya yang di hiasi kutek berwarna soft pink. Dan sikap Aster langsung memancing kemarahan Maya.
"KAU!!" geram Maya sembari berjalan menghampiri Aster.
Di saat bersamaan mobil milik Nathan terlihat memasuki halaman. Dan hal tersebut tentu tak di sia-siakan oleh Aster. "PAMAN...!" Aster berteriak dan menghampiri Nathan dengan wajah sedihnya.
"Ada apa?"tanya Nathan sedikit kebingungan.
Aster pura-pura terisak. "Mereka berusaha menindas ku lagi. Maya bilang jika aku tidak layak ada di rumah ini karena aku ini hanyalah putri pungutmu."
"Mereka juga bilang jika aku lebih pantas tinggal di jalanan atau di kolong jembatan. Hiks, aku sangat sedih, Paman." Ujar Aster pura-pura terisak.
"Bohong!! Kapan aku mengatakan itu?! Oppa, kau jangan percaya padanya, dia itu ular berkepala dua." Seru Maya mencoba menyakinkan Nathan.
"Lihatlah!! Bagaimana dia mencoba menghasutmu. Mentang-mentang aku ini seorang yatim piatu makanya mereka memperlakukanku dengan sangat buruk, bahkan mereka sering membicarakan diriku di belakang. Huaaa...." Ujar Aster dan semakin terisak.
Aster berhambur ke dalam pelukan Nathan, namun wajahnya menghadap pada Maya dan Ella. Aster menjulurkan lidah dan menatap ibu dan anak itu dengan seringai penuh kemenangan.
Maya menggepal kan tangannya. Aster benar-benar membuatnya marah dan kesal setengah mati.
Aster melepaskan pelukannya dan menatap wajah Nathan dengan serius. "Mungkin menang lebih baik aku pergi dari sini. Aku sadar diri dan aku tau pasti, jika selama ini aku hanya menjadi beban mu saja."
"Lebih baik aku kembali ke rumah lamaku saja. Maafkan aku, Paman. Jika selama ini aku sudah sangat merepotkanmu." Aster menyeka air matanya dan pergi begitu saja.
"Aster tunggu!!" seru Nathan dan berusaha menyusul Aster yang sedang berlari menuju kamarnya.
Gavin dan Rio terkekeh geli. Mereka tau pasti bila Aster hanya sedang berakting. Dan julukan Queen Of Drama memang cocok untuk dirinya.
.
.
Nathan membuka kamar Aster dengan tidak sabaran. Di dalam sana Aster sedang mengepaki barang-barangnya.
Nathan menghampiri Aster yang terlihat sesenggukan, bahkan wajah cantiknya tampak basah oleh lelehan air mata palsunya. Itu hanya obat tetes mata.
"Aku tidak mengijinkanmu untuk pergi," ucap Nathan sembari menarik lengan Aster dan kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
"Kau adalah hidup dan matiku. Keberadaanmu sangat berarti untukku, jadi aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi!! Lagipula kau mau pergi kemana? Ini adalah rumahmu, di sini seharusnya kau berada."
Mendengar apa yang Nathan katakan membuat Aster menangis sungguhan. Dia begitu terharu mendengar kata-kata ayah angkatnya tersebut.
Aster melepaskan pelukan Nathan. "Paman, bagaimana aku bisa pergi darimu? Lagipula jika aku pergi dengan siapa aku harus hidup?Sementara kau adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki." Ujar Aster dengan berlinangan air mata.
Nathan meraih Aster ke dalam pelukannya. Menyandarkan dagunya pada kepala sewarna tembaganya.
"Untuk itu jangan pernah berpikir untuk pergi dari rumah ini. Karena selamanya aku tidak akan pernah melepaskanmu!!" Nathan memejamkan matanya dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Tidak akan."
Nathan mengakhiri pelukannya dan menatap Aster dengan sudut bibir tertarik ke atas. Jari-jari besarnya menyeka jejak air mata di pipi putihnya.
"Paman, mau menemui nenek buyut-mu dulu." Nathan menepuk kepala Aster dan pergi begitu saja.
Aster langsung berjingkrak kegirangan setelah mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Nathan. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan di atas dada dan perutnya. Rasanya begitu luar biasa.
Aster menjatuhkan tubuhnya pada kasur super empuk miliknya. "Ahhh, betapa indahnya jatuh cinta. Paman Nathan, huaa... Kau benar-benar membuatku menggila." Aster berguling di atas tempat tidurnya.
Gadis itu teringat sesuatu. Aster bangkit dari posisinya kemudian berlari keluar dan menyusul Nathan. Di tangga dia berpapasan dengan Maya. Melihat ada kesempatan tentu tak di sia-siakan oleh Maya.
Maya tiba-tiba berhenti ketika Aster hendak melewatinya. Seakan tau apa rencana Maya. Aster mengeluarkan sesuatu dari dalam saku dressnya dan yang kemudian dia lemparkan pada Maya.
"KYYYAAA!! KECOA!!"
Maya berteriak histeris saat merasakan sesuatu masuk dan merayap di dalam bajunya. Maya melompat-lompat dan seekor kecoa keluar dari pakaian yang dia pakai. Bukan sungguhan, itu hanya kecoa mainan.
Sementara itu... Aster selaku tersangka utama malah tertawa terbahak-bahak sambil menuruni tangga. Gadis itu menoleh dan melambaikan tangannya pada Maya.
.
.
Aster menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar nenek buyutnya saat mendengar pembicaraan dua orang yang ada di dalam sana.
"Batalkan saja pertunangan itu!! Terus terang Nenek sangat tidak setuju jika kau sampai menikah dengan wanita seperti Amanda, yang jelas-jelas hanya gila harta."
"Lagipula bagaimana dengan, Aster jika kau sampai menikah? Siapa yang akan menjaga dan melindunginya? Nenek takut jika istrimu kelak tidak bisa menyayanginya dan menerimanya sebagai putri kalian!!"
"Nenek sadar, jika Aster hanyalah orang asing dalam keluarga Xiao. Tapi dia menjadi bagian terpenting dalam keluarga ini setelah kau membawanya masuk ke dalam keluarga kita. Nenek tidak rela dan tidak terima jika ada orang lain yang sampai menyakiti apalagi melukai perasaannya, bahkan itu dirimu!!"
"Jadi pikirkan perasaannya juga sebelum kau mengambil sebuah keputusan!! Nenek tidak melarang-mu untuk menikah."
"Kau sudah dewasa, dan kau juga sudah matang untuk membina sebuah rumah tangga, kau memiliki masa depan yang cerah, tapi masih ada orang lain yang harus kau perhatikan juga."
Rasanya Aster ingin berteriak setelah mendengar semua kalimat yang keluar dari bibir nenek Xiao. Aster tau jika Nenek Xiao memang selalu berada di pihaknya.
Aster memasang kembali pendengarannya dengan baik saat suara Nathan mulai terdengar dan berkaur di dalam telinganya. Bahkan tarikan napas panjang yang dia hembuskan pun bisa Aster dengan jelas.
"Masalah itu, Nenek tidak perlu khawatir. Lagipula aku juga tidak pernah menyukai Amanda, apalagi dengan sikapnya pada Aster yang terkadang sangat keterlaluan. Aster adalah putriku, dan sampai kapan ku dia akan menjadi prioritas utamaku."
"Inilah yang ingin nenek dengar. Nenek malah berharap Aster-lah yang kelak akan mendampingi hidupmu. Dalam melewati kejamnya hidup ini, baik itu dalam keadaan suka maupun duka."
"Bagaimana pun juga dia bukan putri kandungmu, tidak ada darah yang sama yang mengalir di dalam tubuh kalian. Dan masalah usia, Nenek rasa itu bukanlah masalah."
"Hn, masalah itu bisa kita bicarakan nanti. Aku keluar dulu, tubuhku rasanya lengket semua." Nathan bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
Sementara itu. Aster tampak panik setengah mati saat menyadari Nathan hendak keluar. Bahkan dia mengurungkan niat awalnya menemui Nathan.
Ia bisa di sidang habis-habisan jika Nathan sampai melihat keberadaannya di depan kamar Xiao, apalagi jika Nathan tau bila dirinya menguping pembicaraan-nya dengan wanita tua itu.
Aster tersenyum lebar. Tak kehabisan akal, gadis itu segera berlari dan bersembunyi di bawah kolong meja di ruang keluarga. Karena hanya itu satu-satunya tempat paling setrategis untuk bersembunyi.
"Aster, apa yang sedang kau lakukan di bawah sana?"
Aster membelalakkan matanya. Bagaimana Nathan bisa menemukan dirinya yang sedang bersembunyi di bawah kolong meja? Sontak saja Aster mengangkat kepalanya dan saat hendak keluar, kepalanya malah terpentok meja.
"Paman, kau mengekutkanku!! Aku sedang mencari antingku yang tidak sengaja terjatuh di sekitar sini." Ucapnya berdusta. Sebelah tangannya terus mengusap kepalanya yang baru saja terpentok meja.
"Dan kau sudah menemukannya?" Aster menggeleng. "Perlu, Paman bantu mencarinya?" tanya Nathan, lagi-lagi Aster menggeleng. "Baiklah, Paman mandi dulu."
Aster mengusap dadanya. Dia merasa lega karena ternyata Nathan tidak mencurigainya. Karena bisa habis dia jika Nathan sampai tau alasan kenapa dia sampai bersembunyi dikolong meja.
-
Bersambung.
Aster Jung//Xiao...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Yadi Ika
lnjut
2024-01-28
0
Dewi Zahra
lanjut lagi
2023-09-14
0
Aufa Aqli,.😍
bagus cerita nya gc menyeh2..good job thour
2022-09-23
0