Suasana hening menyelimuti kebersamaan keluarga Xiao di meja makan. Hanya terdengar suara denting sendok dan piring yang saling bersentuhan.
Tidak ada percakapan bahkan hanya satu kalimat saja, karena berbicara di meja makan sama artinya dengan tidak memiliki sopan santun.
Makan malam telah usai. Namun belum ada satupun yang beranjak dari meja masing-masing. Sang kepala keluarga, Nathan. Menggulirkan pandangannya pada putri angkatnya yang duduk di samping kanannya.
"Paman, sudah mendaftarkan mu di salah satu Universitas terbaik di negeri ini. Dan mulai Senin depan kau sudah mulai bisa masuk kuliah."
Kedua mata Aster lantas berbinar mendengar apa yang Nathan sampaikan. "Benarkah? Paman tidak sedang berbohong bukan?" Nathan menggeleng.
"KYYYAA ... Aku sangat menyayangi Paman, Paman memang yang terbaik." Aster bangkit dari duduknya dan berhambur memeluk Nathan.
Nathan tersenyum tipis. Pria itu mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Aster."Belajarlah dengan giat dan sungguh-sungguh. Kejar impianmu sampai setinggi langit dan buat Paman bangga padamu,"
Aster mengangguk dengan antusias. "Itu pasti, Paman. Aku tidak akan mengecewakanmu." Jawab Aster meyakinkan.
Nenek Xiao tersenyum hangat melihat pemandangan mengharukan itu. Gavin dan Rio saling berpelukan, sedangkan Ella dan Maya melemparkan tatapan tidak sukanya pada pemandangan mengerikan di depan mata mereka.
"Paman, lalu bagaimana dengan kami berdua?"
"Kalian juga sudah Paman daftarkan di sekolah dan Universitas terbaik di negeri ini. Gavin akan satu kampus dengan Aster,"
"TIDAK ADIL!!" tiba-tiba Ella berdiri dan menggebrak meja makan dengan keras, hingga menimbulkan suara yang mendekatkan telinga. Memaksa semua orang menatap padanya.
"Kau memasukkan mereka bertiga di Universitas dan sekolah unggulan, lalu bagaimana dengan Maya?"
"Kenapa kau harus pilih kasih padanya? Kau memasukkan anak pungut itu ke Universitas terbaik. Lalu kenapa Maya tidak?"
Nathan bangkit dari duduknya dan membalas tatapan Ella tak kalah tajam. "Sekarang aku tanya padamu? Di mana letak ketidak adilan yang kau katakan itu?! Sebutkan satu persatu jika memang ada."
"Apa masih belum cukup semua fasilitas yang aku berikan pada kalian berdua? Kedudukan, kehormatan, harta milik keluarga Xiao yang kalian nikmati secara cuma-cuma tanpa harus memeras keringat terlebih dulu."
"Bahkan aku pernah memberikan pendidikan terbaik pada putrimu itu. Tapi dia malah terlibat scandal dengan rektornya dan kemudian di keluarkan dari kampusnya."
"Jika kalian merasa itu semua tidaklah cukup, kalian bisa angkat kaki dari rumah ini!" Nathan bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja.
Semua mata kini tertuju pada Ella, termasuk Maya. Maya tidak tau apa maksud Ella berkata seperti itu. Bukan hanya dia saja yang di permalukan, tapi dirinya juga. Dan tanpa sepatah kata pun, Maya pergi meninggalkan meja makan.
"Kenapa kalian semua menatapku seperti itu?" tanya Ella pada semua orang yang tersisa.
"Kau sangat memalukan!! Tidak tau diri dan tidak tau terimakasih. Bagus cucuku masih mau menampung mu di rumah ini, sudah di kasih hati malah minta jantung. Sungguh keterlaluan."
"Ibu Min, sebaiknya persiapkan dirimu untuk sebuah kemungkinan terburuk karena kau sudah membuat Paman Nathan tersinggung." Ucap Gavin dengan seringai tajam andalannya.
"Diamlah kau bocah!! Kau pikir kau siapa bisa berbicara kurang ajar begitu padaku?! Kau sudah bosan hidup ya?!"
"Tentu saja tidak, lagipula yang bosan hidup itu kau, bukan aku. Dasar Nenek tua tak tau di untung. Menyebalkan, Rio ayo kita pergi dari sini."
Selepas kepergian mereka berdua. Di meja makan hanya menyisahkan Aster dan Ella berdua saja.
Aster menatap Ella dengan seringai tajam penuh kemenangan. Aster sangat puas melihat apa yang Ella alami. Karena menurutnya dia memang layak mendapatkannya.
"Sekarang pasti kau puas melihatku di permalukan seperti ini!! Sekarang katakan padaku, apa mau-mu sebenarnya?" tanya Ella.
Aster bertopang dagu dan menatap Ella dengan seringai tajam andalannya. "Tidak ada, aku hanya suka saja melihatmu terpuruk dan terintimidasi."
"Dulu saat kau menindas ku dan putrimu yang bodoh itu membullyku, aku hanya bisa diam dan pasrah. Tapi sekarang beda lagi ceritanya. Karena aku bukan lagi gadis cengeng yang hanya bisa menangis ketika di tindas."
"Dan aku akan memberikan balasan setimpal dari semua yang pernah kalian lakukan dan kalian berikan padaku!! Jadi persiapkan diri kalian dengan matang." Aster tersenyum lebar dan berjalan tenang meninggalkan meja makan.
Ella satu-satunya orang yang tersisa di sana terlihat mengamuk.
Wanita itu berteriak sambil membanting beberapa wadah ke lantai sebelum meninggalkan meja makan dengan perasaan marah yang luar biasa.
.
.
"Paman..." Seru Aster yang tiba-tiba saja muncul di kamar Nathan.
Aster menghampiri Nathan yang sedang membaca buku di atas tempat tidurnya sambil berselonjor kaki. Tanpa permisi Aster melompat naik ke atas tempat tidur Nathan dan berbaring di sampingnya.
Nathan meletakkan buku yang semula dia baca ke atas meja kecil samping tempat tidurnya. Perhatiannya kini sepenuhnya tercurah pada putri angkatnya tersebut.
Nathan terus memandang wajah cantik Aster selama beberapa saat tanpa berkedip. Mulai dari mata, hidung sampai bibirnya.
Memang banyak yang berubah pada diri putri angkatnya tersebut. Tidak hanya semakin cantik saja, tapi Aster juga begitu mempesona.
"Kenapa Paman terus menatapku seperti itu? Jangan bilang jika Paman sudah mulai jatuh dalam pesonaku ya?" ucap Aster setengah menggoda.
Nathan memalingkan wajahnya ke arah lain. Menghindari tatapan Aster yang serasa menghanyutkannya itu. "Jangan ngaco dan bicara sembarangan. Kembalilah ke kamarmu dan segera tidur." Pinta Nathan tanpa menatap lawan bicaranya.
Aster menggeleng, menolak untuk keluar. "Aku masih ingin di sini. Dan malam ini aku akan tidur di sini lagi."
"TIDAK!!" Nathan berkata tegas, membuat dahi Aster menyernyit bingung. "Kau tidak boleh tidur si sini dan harus tidur di kamarmu sendiri."
"Kenapa?"
"Karena pria dan wanita yang bukan pasangan di larang tidur bersama, itu bisa mengundang fitnah!!"
"Gampang, kalau seperti itu masalahnya kita bisa menikah. Paman, ayo kita menikah saja dan hidup dengan bahagia sebagai sepasang suami-istri." Aster bangkit dari posisinya dan menatap Nathan dengan penuh keseriusan.
Nathan menyentil kening Aster dan membuat gadis itu memekik. "Kuliah dulu dengan benar. Jangan memikirkan hal-hal seperti itu dulu. Lagipula kau masih terlalu muda untuk menikah!!"
"Mana ada, aku sudah 20 tahun. Bahkan anak SMA saja banyak yang sudah menikah, bahkan usia mereka jauh lebih muda dari usiaku."
Nathan mendengus geli. "Jangan bicara hal-hal menggelikan lagi. Tidurlah ini sudah malam, kembali ke kamarmu sekarang juga!!" pinta Nathan setengah menuntut.
"Tidak mau!! Bukankah aku sudah bilang kalau aku mau tidur di sini!! Titik, tanpa koma!!" Aster masih bersikeras untuk tidur di kamar Nathan.
Nathan mendengus geli. Sekali lagi dia menyentil kening Aster sambil bergumam lirih."Dasar keras kepala!!"
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Puput
Heh Orang numpang dilarang komen, Masih mending di kasih tempat tinggal🙄
2024-05-21
0
Dewi Zahra
keren kak
2023-09-14
0
Aufa Aqli,.😍
kmna aja aku kmaren kok baru Nemu cerita sebagus ini ....
2022-09-23
0