"KYYYYAAA ... AKHIRNYA SAMPAI JUGA!!"
Dua orang pemuda dan seorang nenek yang penampilannya menyimpang jauh dari usianya baru saja menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Seoul.
Mereka adalah Nenek Xiao dan kedua cicitnya, Gavin dan Rio. Mereka baru saja kembali dari China. Dan ini pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di Seoul setelah kepergian mereka dua tahun yang lalu.
"NENEK BUYUT!!!" Teriak seorang gadis sambil melambaikan tangannya. Dan teriakan gadis itu sontak saja menyita perhatian banyak pasang mata orang-orang di sekelilingnya. Tapi dia tidak peduli.
"ASTER!!!" Gavin dan Rio nyaris saja terkena serangan jantung dadakan karena ulah Nenek Xiao yang tiba-tiba saja berteriak histeris menyerukan nama Aster.
Nenek Xiao dan Aster sama-sama berlari dan kemudian mereka saling berpelukan. "Nenek buyut, akhirnya kau datang juga. Aku sangat merindukanmu." Ucap Aster sambil memeluk nenek Xiao dengan erat.
"Gadis kecilku yang cantik, Nenek buyut juga sangat merindukanmu. Dan lihatlah dirimu sekarang, kau tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mempesona." Ujar Nenek Xiao memberikan pujiannya.
Aster tersenyum lebar. "Bukankah aku memang sudah cantik dari lahir, hahahaha." Nenek Xiao tidak tahan untuk tidak menjitak kepala Aster saking gemasnya.
"Nunna, apa kau tidak merindukan kami juga?Padahal kami sangat merindukanmu..." Seru Rio yang kemudian di balas anggukan oleh Gavin.
Aster meninggalkan nenek Xiao kemudian menghampiri kedua pemuda itu. "Tentu saja, Nunna juga sangat merindukan kalian berdua." Ucapnya lalu memeluk kakak beradik tersebut.
"Ngomong-ngomong di mana, Nathan? Kenapa dia tidak kelihatan batang hidungnya?" Nenek Xiao tampak celingukan mencari keberadaan Nathan.
"Paman Nathan sedang berhalangan dan tidak bisa ikut menjemput kalian. Nenek tau sendiri bukan, seberapa sibuknya dia itu." Ujar Aster yang di balas anggukan setuju oleh Nenek Xiao.
"Oya, jemputan kalian sudah menunggu di depan. Ayo, pasti kalian juga sudah sangat lelah." Aster memeluk lengan nenek Xiao dengan manja. Dan keempatnya pun berjalan beriringan meninggalkan bandara.
-
Bukan lagi rahasia bila seorang Nathan Xiao adalah pria yang gila bekerja. Bahkan Title Workaholic melekat kuat pada dirinya.
Dalam sehari Nathan bisa menghabiskan lebih dari 10 jam untuk bekerja. Dan jika sedang lembur, bisa sampai semalaman dia tidak pulang ke rumahnya.
Dan saat ini Nathan sedang membaca dan memeriksa beberapa dokumen penting yang menumpuk di atas meja kerjanya. Ada presentasi dari salah satu perusahaan yang akan melakukan kerjasama dengannya hari ini.
Suara ketukan yang berasal dari luar mengalihkan perhatiannya. Nathan mengangkat kepalanya dan berseru kencang, mempersilahkan orang itu untuk masuk.
Pintu terbuka dan sosok jangkung terlihat memasuki ruangan tersebut. "Apa dia sudah datang?" tanya Nathan pada pria itu 'Dio'
Dio mengangguk. "Mereka baru saja tiba, Boss. Dan sedang menunggumu di ruang rapat."
"Baiklah. Aku siap." Nathan pun berdiri dari kursinya lalu bergegas keluar ruangan, diikuti oleh Dio yang berjalan mengekor di belakang Nathan.
Mungkin orang akan berpikir jika Dio tidak ada sopan-sopannya pada Atasannya dari sikap dan caranya berbicara. Tapi Dio adalah satu-satunya karyawan yang berani berbicara seperti itu pada Nathan.
Dio sendiri adalah sahabat Nathan sejak mereka sama-sama duduk di bangku sekolah menengah awal.
Nathan sengaja menunjuk Dio sebagai sekretaris dan asisten pribadinya. Nathan terlalu muak pada beberapa mantan sekretarisnya yang selalu mengumbar keseksiannya hanya untuk menarik perhatiannya.
Mereka tiba di tempat rapat. Dio membukakan pintu ruang rapat dan mempersilahkan pria itu untuk masuk. Semua orang yang ada di ruang rapat itu pun berdiri dan membungkuk sekilas kepada Nathan.
"Presdir, kenalkan ini tuan Japar yang akan melakukan presentasi dari Japar Corporation." Seorang wanita memperkenalkan lelaki yang akan melakukan presentasi kepada Nathan.
"Selamat Siang Tuan Xiao, perkenalkan saya Reno Japar." Pria bernama Reno Japar itu mengulurkan tangannya kepada Natnan.
Nathan menatap sekilas tangan Reno. Ia tahu benar siapa pria setengah baya yang ada di hadapannya kini.
Namun ia tidak yakin jika pria itu masih mengingat dirinya. Demi menjaga imej nya sebagai seorang pemimpin, ia pun menerima uluran tangan itu.
"Sungguh sebuah kehormatan bisa berkenalan denganmu, Tuan Japar." Nathan menjabat tangan Reno, ada sebuah seringai tipis di sudut bibir itu.
"Justru saya yang merasa begitu Tuan Xiao." Reno tersenyum ramah.
Tentu saja ia harus bersikap ramah, Nathan merupakan target nya saat ini, lebih tepatnya kerja sama dengan perusahaan Nathan adalah target nya.
"Baiklah, mari kita mulai."
.
.
"Jadi, apa keuntungan untuk perusahaan ini jika kita bekerja sama, Tuan Japar?" tanya Nathan dengan pandangan terkunci pada pria itu.
"Tentu saja banyak Tuan Xiao, bahan-bahan dan alat-alat dari perusahaan kami adalah yang terbaik. Dan mengenai harga, kami menawarkan harga yang murah tapi bukan bahan murahan." Reno mengatakannya dengan mantap.
Ia harus bisa mendapatkan kontrak kerja sama itu, karena dengan begitu sudah dapat di pastikan jika perusahaannya akan semakin maju.
Nathan menyenderkan punggungnya pada kursinya yang berada di ujung meja rapat. Yang menandakan jika dia adalah yang paling berkuasa di tempat ini.
"Saya tidak bisa memutuskan sekarang. Saya harus mempertimbangkannya. Anda tahu bukan, jika banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan ini."
"Dan selain itu. Saya juga harus membandingkan, mana yang lebih menguntungkan untuk perusahaan ini." Nathan pun menutup proposal yang di bawa Reno tadi.
Reno pun mengangguk. "Saya mengerti."
Kemudian Nathan bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja. Nathan meluar dari ruang rapat tanpa diikuti Dio.
Dio masih harus membicarakan beberapa hal dengan orang-orang dari perusahaan Japar Corp, seharusnya itu tugas Natnan, namun pria itu malah seenaknya meninggalkan ruang rapat tanpa permisi. Dan Dio sudah tidak merasa heran lagi dengan sikap atasannya tersebut.
.
.
.
"Paman...!!"
Aster segera bangkit dari duduknya saat melihat kedatangan Nathan. "Paman, kau dari mana saja? Apa kau tidak tau jika aku sudah hampir lumutan di sini karena menunggumu!!" ujarnya setengah menggerutu.
"Hn,"
Aster berdecak sebal. Di paling tidak suka jika Nathan sudah mulai menggunakan bahasa platent nya itu. Dan jika kata 'Hn' sudah keluar. Itu artinya Nathan sedang tidak ingin membahas apapun.
Nathan mendengus geli. Sepertinya Putri angkatnya itu mulai merajuk. "Baiklah, sekarang katakan apa yang membuatmu datang kemari?"
Aster mengangkat wajahnya dan senyum kembali menghiasi bibir merah mudanya. "Aku lapar, temani aku makan siang."
Nathan melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. "Hn, sepuluh menit lagi. Aku harus memeriksa sebuah dokumen. Jika kau tidak sabar kau bisa pergi duluan."
Aster berdecak sebal. Kapan Ayah angkatnya itu akan berhenti menjadikan dirinya sebagai yang nomor dua? Dan apakah semua pekerjaannya itu lebih penting dari dirinya?
"Ck, lupakan. Dasar Mr.Workaholic!!" Aster menghentakkan kakinya dengan kesal.
Sambil bergumam tidak jelas Asster meninggalkan ruangan Nathan. Tapi sepertinya hal tersebut tak di biarkan oleh pria bermarga Xiao tersebut.
"Baiklah, kita makan siang sekarang." Ucap Nathan pada akhirnya.
Aster tersenyum lebar. Gadis itu bersorak dan langsung berhambur memeluk Nathan. Tak lupa Aster juga mencium kedia pipi Nathan, hal biasa yang sering dia lakukan ketika sedang senang.
"Paman, kau memang yang terbaik. Aku semakin mencintaimu. Ayo kita pergi sekarang."
Aster memeluk lengan Ayah angkatnya, dan keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruangan Nathan.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewi Zahra
keren kak
2023-09-14
0
Emmah Suhaemah
lanjuuuut othoor tercinta 🥰
2022-05-08
1
Rosmawati Intan
next
2022-04-25
0