Nathan membuka matanya dan mendapati Aster tengah tertidur pulas di dalam pelukannya.
Pria itu mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Semalam Aster menciumnya dan memohon supaya ia tidak keluar dan mau menemaninya. Dan Nathan pun mengiyakannya.
Dengan perlahan-lahan, Nathan memindahkan kepala Aster ke atas bantal, kemudian menarik perlahan lengannya yang Aster gunakan sebagai bantalan kepalanya.
Nathan menyelimuti kembali tubuh Aster dengan selimut lalu melenggang keluar. Dia harus siap-siap untuk bekerja, ada rapat penting jam 8 pagi ini.
"Nathan, bagaimana keadaan Aster? Apa luka dan cidera pada kakinya serius?" Tegur Nenek Xiao ketika melihat Nathan keluar dari kamar Aster.
Nathan menggeleng. "Tidak apa-apa, Nenek. Cuma luka ringan dan sedikit terkilir. Tolong antarkan Aster ke rumah sakit, aku harus pergi ke kantor. Ada rapat penting satu setengah jam lagi."
Nenek Xiao menepuk bahu Nathan dan mengangguk. "Kau tenang saja, Aster serahkan saja pada Nenek. Kau pergilah." Nathan mengangguk.
Nathan kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Yang akan dia temui ini bukan orang biasa, melainkan koleganya yang berasal dari Dubai dan Belanda.
.
.
.
Aster memicingkan matanya karena tak melihat batang hidung Nathan di meja makan. Gadis itu menghampiri Nenek Xiao kemudian duduk di sampingnya.
"Nenek buyut, di mana Paman Nathan?" Tanya Aster penasaran.
"Paman mu sudah berangkat, dia ada pertemuan penting dengan koleganya yang dari luar negeri."
"Hm, begitu ya." Dari raut wajahnya terlihat jelas jika Aster tidak bersemangat sama sekali karena tidak melihat Nathan pagi ini.
"Sayang, Pamanmu berpesan pada Nenek buyut supaya mengantarkan mu ke rumah sakit. Kau perlu di periksa,"
Aster menggeleng. "Tidak perlu, Nenek Buyut. Aku sudah tidak apa-apa. Aku ada kuliah pagi."
"Tapi, Pamanmu bisa marah, Sayang. Sebaiknya kau menurut saja dan jangan membuat Pamanmu marah, kau mengerti!!" Aster menarik napas panjang dan menghelanya.
Membayangkan ketika Nathan marah membuat Aster bergidik ngeri. Bisa-bisa dia mengomelinya habis-habisan lagi seperti semalam. Dan lebih baik mengalah dari pada harus terlibat masalah.
"Baiklah, Nenek buyut. Aku akan bersiap dulu."
Nenek Xiao tersenyum. Dengan lembut dia mengacak surai panjang Aster yang terurai. Meskipun Aster bukanlah bagian dari keluarganya, tapi dia begitu menyayanginya, dan rasa sayang itu timbul sejak Nathan pertama kali memperkenalkan dia padanya.
"BOCAH SIALAN!! BERHENTI MENYENTUH LUKAKU!!"
Teriakan itu mengalihkan perhatian Aster dan nenek Xiao. Keduanya menoleh dan mendapati Gavin dan Rio tengah mengganggu Maya. Wanita itu duduk diatas kursi roda, luka Maya memang lebih parah dari Aster.
Maya mengalami patah kaki dan leher. Rambut panjangnya harus dipotong pendek dan di gundul sebagian karena luka robek pada kulit kepalanya. Seharusnya dia di rawat tapi Maya menolak karena tidak suka aroma rumah sakit.
"Aaahhh!! Sakit bodoh!!" Bentak Maya penuh emosi.
"Kalian berdua, berhentilah mengganggu Maya dan membuatnya kesakitan!! Kalian benar-benar pemuda nakal yang tidak memiliki tata Krama!!"
"Nenek, kau terlalu berisik!! Lagipula kami hanya berusaha membantu Bibi Maya. Dia bisa cepat sembuh kalau kami sering menyentuh kaki dan lehernya yang patah!!" Ujar Gavin.
"Teori yang konyol!!" Ella membawa Maya menuju meja makan dan melewati mereka begitu saja.
Tatapan tak bersahabat Ella dan Maya berikan pada Aster dan Nenek Xiao. Dan kedatangan mereka membuat Aster langsung kehilangan selera makannya. Gadis itu bangkit dari duduknya begitu pula dengan Nenek Xiao.
Keduanya mendecih dan menatap kepergian mereka dengan sinis. Nenek Xiao dan Aster bisa sarapan di luar. Lagipula mereka juga akan keluar setelah ini.
"Yakkk!!" Maya memekik saat lauk yang akan dia ambil malah di serobot lebih dulu oleh Gavin. "Bocah setan, aku yang melihat dulu paha ayam itu, tapi kenapa malah kau yang mengambilnya duluan?!" Bentaknya marah.
"Siapa cepat dia dapat. Lagipula kau terlalu lamban sih, makanya keduluan orang lain."
Maya mengambil ayam goreng yang ada didepannya lalu melemparkannya pada Gavin sambil berteriak histeris. "KALIAN BERDUA MENYEBALKAN!!"
"Kami tau. Kau sudah terlalu sering mengatakannya." Jawab keduanya dengan kompak.
Ella menatap kedua pemuda itu. "Tidak bisakah kalian tidak menjawab saat orang tua sedang berbicara!! Dasar bocah tidak memiliki sopan santun!!"
"Kami tau, Nenek. kau juga sering mengatakannya. Sebaiknya kita sarapan sekarang. Kami sudah sangat kelaparan." Ucap Rio menyela Ella.
Dan wanita itu harus sering makan hati jika sudah berurusan dengan kedua pemuda itu. Gavin dan Rio memang sering bersikap keterlaluan.
-
Nathan tiba di tempat dia akan ketemu dengan kedua koleganya. Beberapa pria berpakaian formal menyambut kedatangannya.
Nathan memicingkan matanya melihat beberapa pria bersenjata lengkap berjaga di luar gedung tempat ia dan kedua koleganya akan bertemu.
Memiliki sebuah firasat buruk. Nathan segera menghubungi orang-orangnya untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi.
Dua pria menghentikan langkah Nathan dan memeriksa apakah dia bersenjata atau tidak. Dan setelah memastikan tak ada apapun di tubuhnya, pria-pria itu pun mengijinkannya untuk masuk.
Nathan di antar oleh dua pria dan mereka juga bersenjata. Pria itu menyapukan pandangannya dan matanya memindai apapun yang ada disekelilingnya.
Ini bukan gedung pertemuan, tapi sarang Mafia. Dan Nathan semakin penasaran dengan dua orang yang mengaku sebagai calon rekan bisnisnya tersebut.
"Tuan, sudah menunggu Anda di dalam. Silahkan masuk." Seorang pria yang berjaga di depan pintu membukakan pintu untuk Nathan dan mempersilahkannya masuk.
Nathan tetap harus waspada. Ini mungkin saja jebakan untuknya.
Setibanya di dalam ruangan itu. Dua pria langsung menyambutnya. Nathan menyeringai tajam. Persis seperti dugaanya. Ternyata ini memang sebuah jebakkan, dan Nathan mengenal betul siapa mereka berdua.
Keduanya bangkit dari duduknya dan menghampiri Nathan dengan seringai yang sama. "Nathan Xiao, lama tidak bertemu." Ucap salah satu dari kedua pria itu.
Yang berdiri di hadapannya adalah dua musuh lama Nathan. Dan mereka kembali untuk menuntut balas dendam padanya. Mereka adalah kakak beradik Choi. Dan salah satu dari mereka berhasil Nathan buat cacat 7 tahun yang lalu.
"Kau mengingat mata ini? Atau mungkin lengan ini? Bagaimana jika sekarang kita buat setimpal dengan aku mengambil salah satu mata dan lenganmu?"
Nathan menyeringai semakin tajam. Kali ini diiringi seringai meremehkan. "Tidak berubah, tetap saja sombong seperti dulu!! Jika kalian memang mampu, maka lakukan saja," pinta Nathan menantang
"Nathan Xiao, memangnya apa yang bisa kau lakukan? Kau hanya sendirian dan kami memiliki banyak anak buah di sini, apa kau sudah siap berakhir mengenaskan di tempat ini?!"
"Terlalu percaya diri!!" Sahut Nathan sinis.
"Sudah mau mati tetap saja sombong!!"
"Kalau begitu kita buktikan sekarang, kalian atau aku yang akan berakhir di tempat ini!!" Nathan menatap keduanya dengan sinis.
"Baiklah, dan kami pastikan tempat ini akan menjadi kuburan terakhirmu!!"
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewi Zahra
hati hati Natan
2023-09-14
0
🌈pelangiku
Nathan penuh misteri 🧐
2022-03-15
0
Heysi💔
woww...ternyata Nathan bukan hanya hot daddy tp juga Mafia😯😯
2022-03-07
0