Sebuah mobil sport mewah meluncur memasuki gerbang kampus 'Seoul University', menuju area parkir yang tidak jauh dari sana. Puluhan pasang mata mengikuti mobil mewah tersebut.
Pintu di sisi kiri terbuka dan sosok tampan dalam balutan pakaian formalnya keluar dari dalam mobil tersebut. Kedatangannya pria itu 'Nathan' menarik perhatian banyak pasang mata.
Para mahasiswi yang ada di sekitar parkiran tak berkedip melihat mahakarya Tuhan yang nyaris sempurna itu.
Apakah mereka mengetahui siapa pria tampan itu? Maka jawabannya iya. Memangnya siapa yang tidak mengenal CEO muda nan tampan yang wajahnya sering wira-wiri di televisi, muncul berbagai majalah bisnis.
Dan yang menjadi pertanyaannya. Apa yang sedang CEO muda itu lakukan di kampus mereka.
Nathan melepas kaca mata hitamnya kemudian melenggang meninggalkan parkiran. Melewati para mahasiswi yang sedari tadi terus menatapnya penuh damba.
Pria itu mencoba menghubungi Aster dan memberitahunya jika ia ada di kampusnya. Karena tidak ada jawaban, maka Nathan mengirimkan pesan singkat padanya.
-
TING...
Aster yang sedang berkumpul bersama Tiffany dan teman-teman barunya di taman belakang kampus, terlonjak kaget karena suara denting pada ponselnya.
Kedua matanya membelalak setelah membaca isi dari pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya.
"Aster, kau mau kemana?" Seru Tiffany melihat Aster yang pergi secara tiba-tiba.
"Pamanku ada di sini, aku akan menemuinya dulu...."
"Paman?" Kedua mata Tiffany lantas membelalak. "Aster, tunggu!! Aku ikut..." Seru Tiffany dan bergegas menyusul Aster.
Tiffany yakin jika 'Paman' yang di maksud oleh Aster adalah ayah angkatnya. Dan ini adalah kesempatan baginya untuk melihat dan bertemu dengan ayah angkat sahabatnya tersebut.
"PAMAN!!" seru Aster sambil melambaikan tangannya saat melihat keberadaan Nathan.
Aster menghampiri Nathan yang juga berjalan menghampirinya.
Tiffany yang penasaran setengah mati terus mengikuti Aster. Kedua mata Tiffany membelalak melihat orang yang berjalan menghampiri Aster. Tiffany menarik lengan Aster dan menghentikan langkahnya.
"Jadi itu, ayah angkat mu yang katamu super tampan dan sexy itu?" Aster mengangguk."Kau, tidak sedang sakit mata bukan? Bukan, bukan, bukan," Tiffany menggeleng. "Maksudku, matamu tidak sedang mengalami masalah bukan?"
"Tentu saja tidak."
"Lalu bagaimana bisa orang jelek, gendut dan botak seperti itu kau sebut tampan dan sexy?"
"Hah?!" Aster langsung cengo setelah mendengar apa yang Tiffany katakan.
Ah, sepertinya sahabatnya ini salah orang. Tiffany pikir ayah angkatnya adalah pria gendut yang berjalan di depan Nathan. Pantas saja sih, karena tubuh Nathan tertutupi oleh pria gendut itu.
"Kau salah orang, Nona Wang." Jawab Aster.
Dan kini giliran Tiffany yang cengo setelah melihat pria gendut itu melewati Aster begitu saja. Menyisah kan seorang pria tampan yang Tiffany ketahui sebagai CEO dari sebuah perusahaan besar.
Kedua mata Tiffany lantas membelalak saat dia menyadari sesuatu, yakni marga Aster dan pria itu yang sama-sama Xiao.
"Paman, bagaimana bisa kau ada di sini? Bukankah seharusnya kau ada di kantor? Inikan masih jam kerja."
"Hn." Aster mendecih. Dia paling sebal jika Nathan sudah mengeluarkan kata ambigunya itu.
Dan hanya orang-orang terdekatnya yang bisa mengartikan dan mengerti makna kata 'Hn' itu. Salah satunya adalah Aster. Dan ia tak ingin mempermasalahkannya.
"Aster, jadi ayah angkat mu itu adalah Tuan Xiao?" Pekik Tiffany, dia masih sulit mempercayai jika ayah angkat Aster adalah Nathan Xiao.
A 00ⁿ Aster tersenyum jahil. "Aku pikir kau masih mengira jika Ayah angkat ku adalah orang yang jelek, gendut dan botak," tuturnya. Tiffany menggaruk tengkuknya yang tidak gagal, dia malu sendiri karena salah mengenali orang.
"Hehehe... Maklum saja, aku kan memang belum pernah bertemu dengan Ayah angkat mu sebelumnya. Halo, Paman. Perkenalkan, aku Tiffany Wang dan aku sahabat dekat Aster." Tiffany membungkuk, memperkenalkan dirinya pada Nathan.
Melihat sikap Tiffany yang tiba-tiba berubah jinak membuat Aster terkekeh geli. Itu bukan Tiffany, tak jauh dari sifatnya, Tiffany adalah gadis bar-bar dan sedikit pecicilan.
"Hahaha.... Rasanya aneh melihatmu yang biasanya pecicilan tiba-tiba menjadi jinak seperti ini!!"
"YAKK!!"
Aster kemudian tertawa mendengar pekikan sahabatnya. Dan untuk sesaat Nathan terpaku pada tawa merdu gadis kecilnya itu. Sudut bibirnya tertarik ke atas, lengkungan indah di wajah tampannya.
Nathan menghampiri Aster dan berdiri di antara kedua gadis itu. "Apa kuliahmu masih lama?" Tanya Nathan pada putri angkatnya.
Aster menggeleng. "Materi terakhir selesai beberapa menit sebelum, Paman datang. Memangnya kenapa?"
"Kalau begitu ayo kita pulang."
"Lalu bagaimana dengan mobilku?"
"Kau bisa meninggalkannya di sini, biarkan Dio yang mengambilnya nanti." Aster berpikir, dan kemudian mengangguk.
"Baiklah." Setelah berpamitan dengan Tiffany, Aster pergi bersama Nathan.
Dan bagaimana Aster bisa menolaknya ketika Nathan yang memberinya penawaran untuk pulang bersama? Apalagi Nathan sengaja datang ke kampus hanya untuk menjemputnya.
.
.
.
"Paman, ayo kita naik bianglala...."
Aster menarik lengan Nathan kembali memasuki wahana bermain. Nathan tidak tahu apa alasan Aster menariknya berlawanan arah dengan pintu keluar. Ini sudah sore dan matahari mulai terbenam.
Nathan membiarkan Aster memilih tempat duduk lebih dulu, lalu ia sendiri mengambil tempat yang bersebrangan dengan gadis itu, menunggu bilik mereka naik perlahan-lahan menuju ketinggian.
"Kkyyyaaa... Ini sangat menyenangkan, bukankah begitu, Paman?" ujar Aster saat mereka berada di titik tertinggi. "
Matanya mengagumi bentangam horizon di jauh sana, yang terlihat seperti tumpahan cat oranye pada kanvas angkasa. Sangat indah. Senja adalah salah satu bukti dari kuasa Ilahi.
Aster menatap Nathan yang juga menatap paeanya. "Paman, bukankah pemandangan dari atas sini bagus sekali."
Wahana memberikan kesempatan untuk membiarkan mata menjelajah leluasa, taman hiburan masih dipadati pengunjung dan lampu-lampu mulai dinyalakan. Ada pula rombongan burung camar yang melintasi angkasa dan terang untuk kembali ke sarangnya.
Kekecewaan tampak pada raut muka Aster saat petugas taman hiburan mempersilahkan mereka untuk turun. Padahal Aster masih ingin menikmati kota dari ketinggian ketika Bianglala yang mereka naiki mencapai puncaknya.
Nathan hanya tersenyum kecil sambil menepuk-nepuk kepala Aster dan berkata bahwa mereka bisa naik lagi kapan-kapan. Dan Aster kembali tersenyum setelah mendengar ucapan Nathan.
Sebagai obat kecewa, Nathan membelikan Aster satu cup ice cream berukuran jumbo sesaat sebelum melewati pintu keluar. Dan keduanya berjalan beriringan menuju parkiran.
.
.
.
"Nona Muda, seseorang mengirimkan bunga untuk Anda." Ucap Bibi Ahn ketika mereka 'Aster dan Nathan' baru tiba di rumah.
Aster memicingkan matanya dan kemudian menerima bunga tersebut. "Dari siapa?" Tapi didului oleh Nathan. Nathan mengambil buket bunga itu dari tangan Bibi Ahn dan membaca kartu nama yang ada di buket bunga tersebut.
"Jonas Wu?" Nathan memicingkan mata. "Kau mengenal orang yang mengirim bunga ini?" Tanya Nathan memastikan
Aster mengangguk. "Ya, dia adalah idol kampus. Dan kami berkenalan tadi pagi." Jawabnya. Kemudian Aster mengambil buket bunga tersebut dari tangan Nathan.
"Lalu bagaimana dia bisa tau alamat rumah ini?"
"Aku yang memberitahunya."
"Untuk apa?"
"Tentu saja supaya lebih mudah jika dia ingin menjemputmu di lain waktu. Ya sudah, Paman aku ke kamar dulu ya." Pamit Aster dan pergi begitu saja.
"Astaga, kenapa Jonas Sunbae begitu baik dan romantis sih? Pakaian acara mengirim bunga segala, bikin malu anak orang saja." Gumam Aster di tengah langkahnya.
Dari sorot matanya. Jelas sekali jika Nathan tidak suka ada pria yang memberikan perhatian lebih pada Aster. Dan yang menjadi pertanyaannya, kenapa? Mungkinkah jika Nathan cemburu? Entahlah, karena hanya waktu yang bisa menjawabnya.
-
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewi Zahra
ayo Natan jangan kala sama mereka
2023-09-14
2
Yulianti
Nathan mulai Bucin
2022-06-24
0
SumaYani
Yg tau jawabannya hanya kak thor
2022-06-08
0