Meskipun telah di angkat anak oleh Nathan. Tapi Aster tidak mau memanggilnya dengan sebutan Ayah. Aster lebih nyaman memanggil Nathan dengan sebutan Paman.
Usia mereka hanya terpaut 10 tahun saja. Nathan terlalu muda untuk memiliki putri sebesar dirinya.
Dan Nathan tidak pernah mempermasalahkan bagaimana Aster memanggilnya. Selama itu membuat Aster nyaman, itu bukanlah sebuah masalah untuknya.
Tokk...
Tokk...
Suara ketukan pada pintu menggema di dalam ruangan yang di dominasi warna putih dan biru laut tersebut. Tak lama suara cempreng seorang gadis menggema di dalam sana. Siapa lagi pelakunya jika bukan Aster.
"Paman, apa kau sudah bangun?"
Aster berseru kencang dari luar kamar Nathan. Legang, tidak ada sahutan. Aster mencoba memanggilnya lagi, namun tetap saja tidak ada sahutan dari dalam sana.
Dan karena tidak ada jawaban dari si pemilik kamar, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar itu tanpa permisi. Dan hanya Aster satu-satunya orang yang berani memasuki kamar Nathan dengan sesuka hati.
Aster memicingkan matanya melihat kamar ayah angkatnya yang tampak legang, bahkan tempat tidurnya juga sudah kosong. "Kemana perginya, Paman Nathan?" ucap Aster kebingungan. Sampai dia mendengar suara gemercik air yang berasal dari kamar mandi.
Aster mengerutkan dahinya. Tanpa banyak berpikir gadis itu melesat menuju kamar mandi.
Dengan entengnya Aster membuka pintu didepannya lalu nyelonong masuk ke dalam. Dan apa yang Aster lakukan tentu saja mengejutkan Nathan yang sedang mandi.
"Aster, apa yang kau lakukan? Keluar!!" pinta Nathan menuntut.
Kedua mata Aster membelalak dengan eskpresi yang sulit di jelaskan ketika melihat Nathan sedang dalam keadaan bulat. "Wow, Amazing . Sosis berurat!!" ujarnya tanpa beban.
Nathan meraih handuk yang ada di samping kanannya lalu melilitkan pada pinggulnya. "Kau ini apa-apaan? Bagaimana bisa kau nyelonong masuk ke mari? Jelas-jelas kau tau jika aku sedang mandi!!!"
Aster berdecak sebal. "Kau berlebihan, Paman. Lagipula aku bukan lagi anak remaja yang di larang untuk melihat sesuatu yang luar biasa, bahkan usiaku sekarang sudah 20 tahun." Ujarnya.
Nathan menjitak kepala coklat Aster saking gregetnya. Bagaimana bisa gadis polos dan lugu yang dulu dia adopsi bisa berubah menjadi gadis liar dan sedikit mesu*. Sepertinya pergaulan lah yang sudah mempengaruhi putri angkatnya ini.
"Keluarlah, aku mau ganti baju!!"
"Memangnya apa lagi yang mau kau sembunyikan dariku? Bahkan aku sudah melihat semuanya!!"Aster menyeringai.
Nathan mengusap kasar wajahnya. Berbicara dengan Aster memang membutuhkan kesabaran ekstra. "Keluar sekarang atau kau tidak akan mendapatkan mobil baru?!" ancam Nathan bersungguh-sungguh.
Aster mendengus berat. Sambil menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu melenggang keluar meninggalkan kamar Nathan. Sedangkan Nathan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putri angkatnya.
.
.
.
Sekembalinya dari kamar Nathan. Aster berpapasan dengan Amanda di tangga. Tatapan tak bersahabat jelas sekali Aster tunjukkan pada wanita itu.
"Aster, kapan kau kembali?" tanya Amanda menghentikan langkah Aster. Alih-alih menjawab. Aster malah melewatinya begitu saja. "Dasar gadis tidak memiliki sopan santun!"
Tap...
Aster menghentikan langkahnya setelah mendengar cibiran Amanda. Gadis itu berbalik dan menghampiri Amanda yang berjalan menuju kamar Nathan.
"Akkhhh...."Amanda berteriak karena tarikan pada rambutnya. Saking kerasnya tarikan itu sampai-sampai membuat kepalanya mendongak kebelakang. "Yakk!! Gadis bar-bar, apa yang kau lakukan? Lepaskan, Sakit!!!" jerit Amanda histeris.
"Kau pikir siapa kau, sampai-sampai menyebutku tidak memiliki sopan-santun. Paman Nathan, selalu mengajariku sopan-santun."
"Dan yang menjadi pertanyaannya. Apakah orang sepertimu berhak mendapatkan sopan santun dariku?!"
"KAU!!" Amanda mengangkat tangannya dan hendak menampar Aster, sampai akhirnya....
"AMANDA IM!!!" sebuah suara menghentikan gerakan tangannya. Amanda membelalakkan matanya. Sedangkan Aster langsung mengurai seringai penuh kemenangan.
Aster berpura-pura menangis dan berhambur ke dalam pelukan Nathan. "Huaa ... Paman, Bibi Amanda sangat jahat padaku. Dia hendak menamparku, bahkan dia juga menyebutku tak memiliki sopan santun. Hanya karena aku tidak mendengar saat dia bertanya." Ujarnya.
"Bohong!! Itu tidak benar. Jelas-jelas dia mendengar jelas aku memanggilnya. Nathan, kau harus lebih mempercayaiku."
Nathan menyentak tangan Amanda dan menatapnya tajam. "Jangan coba-coba mengusik putriku, apalagi menyakitinya!! Atau kau akan menanggung akibatnya." Nathan membawa Aster pergi dari sana dan melewati Amanda begitu saja.
Di tengah langkahnya, Aster menoleh pada Amanda sambil menjulurkan lidah padanya. Amanda menggeram sambil mengepalkan tangannya. Dia tidak akan tinggal diam. Amanda pasti akan membalas Aster.
-
Hiruk pikuk suasana perkantoran sudah mulai terasa. Jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, tetapi sudah banyak karyawan yang datang. Padahal jam kerja baru dimulai pukul setengah delapan.
Bilik-bilik ruangan sudah lengkap dengan satu orang karyawan yang nantinya akan berkutat di dalam bilik untuk beberapa jam kedepan.
Tampak seseorang yang memegang posisi tertinggi di kantor ini sudah datang. Tidak hanya sendiri, ada sosok jelita yang tampak berjalan di sampingnya. Dan siapa lagi sosok itu jika bukan Aster.
Mata berlensa coklat miliknya memindai ruangan-ruangan dan orang-orang di sekitarnya dengan sangat teliti. Tak memedulikan seluruh karyawan yang berdiri tegang dan memasang senyum aneh menakutkan.
Langkah Nathan seketika berhenti. Membuat semua orang di dalam ruangan devisi pemasaran tiba-tiba melupakan bagaimana caranya bernafas.
Keringat dingin keluar dari telapak tangan, jantung berdetak tak karuan. Nathan Xiao perlahan mundur, membuat jantung para staf semakin berdetak tak karuan. Tanpa peduli kondisi sang pemilik yang sudah memasang muka kaku sulit tersenyum seperti patung.
Langkah kaki yang membuat tegang seluruh ruangan itu berhenti di depan salah satu staf karyawan perempuannya. Membuat karyawan itu mendadak serasa seperti sedang uji nyali.
Mereka mempersiapkan mental untuk kemungkinan terburuk yang akan memvonisnya. Dengan cepat mata mereka memindai daerah di sekitarnya mencoba menemukan hal yang salah, tidak ada.
"Mulai besok kenakan pakaian yang lebih sopan jika kau masih ingin bekerja di sini!!"
"Ba-Baik, Presdir."
Sontak seluruh karyawan memandang ke arah wanita itu dengan pandangan horor. Melihat tatapan rekan-rekan kerjanya membuat wanita yang di tegur itu langsung merutuki kebodohannya.
Nathan melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam ruangan kerjanya di ikuti Aster yang berjalan di sampingnya. Aster tiba-tiba terkekeh membuat Nathan menyernyit heran.
"Apanya yang lucu?" tanya Nathan penasaran.
Aster menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya merasa geli saja dengan ekspresi semua karyawan mu. Mereka begitu menggemaskan." Ujar Aster menuturkan.
"Dasar kau ini." Nathan mengacak rambut panjang Aster dan melewatinya begitu saja.
Nathan duduk di kursi kebesarannya sedangkan Aster pergi ke ruang pribadi yang terletak di balik rak buku di belakang meja kerja ayah angkatnya.
Dan alasan Aster ikut Nathan ke kantor karena dia tidak memiliki kegiatan yang bisa dia lakukan. Dan dia baru masuk kuliah Minggu depan. Jadi lebih baik dia ikut Nathan dan bermalas-malasan di kantornya.
Aster berdiri di depan jendela yang terbuat dari kaca. Gadis itu tengah asyik menikmati pemandangan kota Seoul yang super sibuk dari ketinggian.
Mulutnya terbuka membentuk huruf O, tanda bahwa ia sangat kagum dengan apa yang tengah ia lihat saat ini.
Sesekali bunyi 'wah' terdengar dari kedua belah bibir tipisnya yang ranum. Meskipun ini bukan pertama kalinya, tapi dia tak pernah bisa berhenti mengagumi keindahan kota kelahiaran mendiang Ibunya.
Cklekk...
Suara decit pintu memecah keheningan dalam ruangan bercat baby blue itu. Sontak saja Aster menoleh dan mendapati Nathan berjalan menghampirinya. Gadis itu berdecak kagum melihat bagaimana tampan dan menawannya ayah angkatnya tersebut.
Kemeja putih yang di balut Vest hitam, lengan kemejanya yang di gulung sampai siku dan dua kancing teratasnya yang di biarkan terbuka. Dan entah sejak kapan Aster sudah jatuh hati pada pria berdarah China tersebut.
"Wow ... Lihatlah dirimu, Paman. Kenapa kau semakin menggoda saja hari ke hari. Dan melihatmu yang setampan ini, jadi jangan salahkan aku jika aku sampai jatuh hati padamu." Ujar Aster sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher Nathan.
Nathan menjitak gemas kepala Aster. "Jangan bicara sembarangan lagi. Tidak pantas jika sampai di dengar orang!!"
"Aku tidak peduli. Terserah saja orang mau bilang apa, itu bukan urusanku."
Nathan mendengus berat. Semakin hari sikap dan perilaku Aster benar-benar membuat Nathan frustasi. Bukan hanya usianya saja yang semakin dewasa, tapi sikapnya juga semakin menjadi-jadi dari hari ke hari.
Dan anehnya Nathan tidak pernah bisa marah apalagi melemparkan kalimat-kalimat yang tak pantas pada putri angkatnya tersebut. Nathan terlalu menyayangi Aster.
-
Bersambung.-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut lagi
2023-09-13
0
Aufa Aqli,.😍
suka dgn karya2 author Karna toko cewek di novel author gc meyeh2 ...
2022-09-23
0
Wahyuni Sobari
lanjut
2022-05-21
0