BRAKKK...
"PAMAN, NATHAN!!!"
Nathan membuka mata kirinya setelah mendengar dobrakan pada pintu disusul suara teriakan Aster yang langsung memenuhi setiap inci sudut ruangan.
"Aster, berhentilah berteriak seperti orang yang tidak memiliki tata Krama!! Ini rumah sakit, bukan hutan!!" Dan Aster pun langsung mendapatkan Omelan dari Nathan.
Aster memanyunkan bibirnya. "Ck, sakit juga masih bisa ngomel-ngomel. Dasar menyebalkan!!" Gerutu Aster yang tidak terima diomeli oleh Nathan.
Tatapan Aster berubah sendu ketika melihat kondisi Nathan saat ini. Wajah tampannya di hiasi luka, dan yang paling memprihatinkan adalah perban yang membebat mata kanannya.
Pasti tidak mudah bagi Nathan jika harus menjalani hari-harinya dengan sebelah mata yang berfungsi. Meskipun itu hanya sementara saja.
Aster menghela napas panjang, jemari lentiknya dengan kasar menghapus air matanya yang sudah tak terbendung lagi. Ia benar-benar sedih melihat keadaan ayah angkatnya saat ini.
"Paman," seru Aster dan berhambur ke dalam pelukan Nathan, membuat tubuh pria itu sedikit terhuyung karena ulah gadis dalam pelukannya ini. "Aku sedih melihat keadaan Paman seperti ini. Hiks, pasti Paman sangat kesakitan saat ini." Ujar Aster dengan suara parauhnya.
Nathan mengambil napas panjang dan menghelanya. Pria itu mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Aster. Sebelah tangannya mengusap rambut panjangnya dengan lembut, meyakinkan pada Aster jika dia baik-baik saja.
"Paman, tidak apa-apa, Sayang. Paman, baik-baik saja, sungguh." Ucapnya meyakinkan.
Aster melepaskan pelukannya dan menatap Nathan dengan sebal. "Baik-baik saja bagaimana? Jelas Paman tidak baik-baik saja!!"
Jari-jari besar Nathan menghapus air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata putri angkatnya tersebut. "Sungguh, Paman tidak apa-apa. Dan mata ini akan membaik setelah mendapatkan perawatan intensif." Ujar Nathan meyakinkan.
"Sungguh?" Nathan mengangguk. Nathan kembali membawa Aster ke dalam pelukannya. "Paman tidak hanya mencoba menghiburku saja bukan?"
Nathan menggeleng. "Paman serius,"
Aster semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Nathan. "Apa Paman tau, bagaimana takut dan camas nya aku ketika Nenek buyut memberitahuku jika Paman masuk rumah sakit? Aku benar-benar takut jika hal buruk sampai menimpa, Paman,"
Nathan meletakkan dagunya di atas kepala coklat terang putrinya. "Jika Paman tidak baik-baik saja, bagaimana Paman bisa menghubungi Nenek Buyut-mu?"
Aster melepaskan pelukan Nathan dan menatap pria itu dengan tatapan yang sama, sendu. "Sebenarnya apa yang terjadi pada, Paman? Kenapa Paman bisa sampai seperti ini? Apa ada orang jahat yang melakukan ini pada, Paman?" Tanya Aster penasaran.
Nathan menggeleng. "Ini hanya kecelakaan kecil saja, tidak ada hubungannya dengan orang jahat." Nathan berdusta. Dia tidak ingin Aster sampai mengetahui kejadian yang sebenarnya.
"Sungguh?" Nathan mengangguk menyakinkan.
"Paman pikir kau datang dengan nenek buyutmu,"
"Memang,"
"Lalu di mana dia?"
Aster menepuk jidatnya. "Astaga, aku meninggalkan Nenek buyut di parkiran. Paman, sebentar, aku akan segera kembali." Ucapnya dan pergi begitu saja.
Nathan mendengus geli. Ada saja tingkah Aster yang membuat orang lain geleng kepala. Detik berikutnya sudut bibir Nathan tertarik ke atas. Berapa kali Aster membuatnya naik darah. Tapi Nathan tidak pernah bisa benar-benar marah padanya.
.
.
.
Aster berlari menyusuri lorong rumah sakit untuk segera tiba di parkiran. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah meninggalkan nenek Xiao di parkiran. Ia terlalu panik sampai-sampai tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Nenek-" suara Aster tertahan.
Gadis itu tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Nenek Xiao tengah bermesraan dengan seorang pria yang 10 tahun lebih muda darinya di bawah pohon maple.
Melihat bagaimana mereka yang saling menggoda membuat Aster geli sendiri. Sepertinya kecemasannya pada Nenek Xiao sia-sia saja. Tak ingin mengganggu kemesraan mereka, Aster memutuskan untuk kembali keruang inap Nathan.
.
.
.
Nathan mengangkat kepalanya saat mendengar suara decitan pintu di buka. Terlihat sosok Aster memasuki ruang inapnya.
"Kenapa hanya sendiri? Di mana, Nenek buyutmu?" Tanya Nathan sembari mengulurkan tangannya pada Aster, dan kemudian menempatkan gadis itu di samping dia duduk.
Aster mendengus berat. "Sia-sia kita mencemaskan nya. Saat ini nenek sedang berkencan dengan teman prianya."
Mata kiri Nathan memicing. "Berkencan?" Nathan mengulang kalimat Aster. Gadis itu mengangguk.
"Hu',u. Saat ini mereka saling melemparkan gombalannya di taman dekat parkiran rumah sakit. Untung Paman tidak melihatnya secara langsung, bisa-bisa Paman malah geli sendiri." Ujar Aster memaparkan.
Aster beranjak dari duduknya dan pindah ke pangkuan Nathan. Kedua tangannya mengalung pada leher pria itu. Sepasang mutiara hazelnya mengunci manik kiri milik Nathan.
"Paman, katakan kenapa kau tidak bisa membalas perasaanku? Apa karena aku 10 tahun lebih muda darimu, atau karena alasan lain?"
"Kita Ayah dan anak, Aster. Meskipun tidak ada darah sama yang mengalir di dalam tubuh kita, tapi kau sudah menjadi putriku secara hukum!! Dan bagaimana orang akan menilai kita nantinya jika kita sampai menjalin hubungan yang tidak wajar?!"
"Aku tidak peduli dengan kata orang!! Bukankah kita masih bisa merahasiakan hubungan kita dari orang lain? Cukup hanya Paman dan aku yang tau mengenai hubungan itu." Ujar Aster tanpa mengakhiri kontak matanya.
Aster menatap wajah Nathan dan menatapnya semakin dalam. "Katakan jika Paman tidak mencintaiku!! Katakan sambil menatap mataku, aku ingin melihat perasaan Paman yang sebenarnya!!"
Nathan tak memberikan respon apapun. Ia malah membuang muka ke arah lain. Ia bingung harus mengatakan apa pada Aster.
Haruskah dia mengakui perasaannya jika sebenarnya ia juga mencintai putri angkatnya tersebut? Tapi hubungan mereka terlalu rumit. Lalu bagaimana jika nama baik Aster? Nama baiknya bisa ternodai jika mereka benar-benar menjalin hubungan.
Nathan tidak peduli jika nama baiknya yang tercemar. Tapi dia tidak bisa tidak peduli jika nama baik putri angkatnya-lah yang sampai tercemar.
"Paman, tatap mataku dan katakan kau tidak mencintaiku!!" Pinta Aster menuntut.
Nathan membalas tatapan Aster dan menatapnya dengan serius. "Aku tidak pernah mencintaimu!! Sekarang kau sudah puas?!" Nathan mengatakannya dengan ekspresi penuh keseriusan, dan ucapan Nathan langsung merobek hati Aster.
"Aku sudah mendengarnya!! Semakin Paman menolakku, maka semakin besar keinginanku untuk memiliki Paman. Aku akan mengajarkan empat hal pada Paman. Artinya jatuh cinta, patah hati, cemburu dan merindu."
"Dan kita lihat saja, pada akhirnya siapa yang akan menjadi pemenangnya. Cintaku, atau ego Paman yang terlalu tinggi!!"
"Baiklah, aku terima tantangan mu. Tapi jika kau yang kalah, maka kau harus berhenti. Tapi jika kau yang menang, aku akan langsung menikahimu!!"
"Deal..." Aster menjabat tangan Nathan.
Aster merasa yakin seyakin-yakinnya, jika pada akhirnya dialah yang akan menjadi pemenangnya. Dan Nathan akan menyerah pada egonya yang terlalu tinggi itu.
Aster menakup wajah Nathan dan kemudian mencium singkat bibir Nathan. "Aku sangat lapar. Paman, aku akan keluar sebentar untuk makan siang, aku akan segera kembali, oke." Aster mencium pipi Nathan dan kemudian meninggalkan ruang inapnya.
Memangnya ayah angkat mana yang bisa menolak pesona putri tirinya yang secantik Aster.
Bagaimana pun juga Nathan adalah pria normal, yang tidak mungkin tidak akan tergoda dengan keindahan sekuntum bunga yang sedang mekar disampingnya.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut
2023-09-14
0
🌈pelangiku
lanjutkan 😎👍
2022-03-15
0
🌈pelangiku
wow.. neneknya gaul bingit🤭
2022-03-15
0