Shazia berdiri dan meletakkan buku-buku di tangannya kembali ke laci. Wajahnya sedikit panik karena kini ia ketahuan sedang mencari sesuatu.
"Apa yang ingin Anda curi, Nona?" Albert berjalan mendekat dengan wajah menuduh. Ia terlihat sangat bahagia karena akhirnya bisa memergoki seorang pencuri sedang melakukan aksinya.
"Mencuri? Aku tidak mengambil apapun dari sini," jawab Shazia tenang.
"Anda sudah ketahuan tapi kini masih saja berkilah!" Albert menatap wajah David. "Tuan, sudah saatnya anda mengambil keputusan. Wanita ini harus di usir dari rumah ini sebelum ia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan!"
Shazia dan Albert sama-sama memandang ke arah David. Shazia sendiri juga harap-harap cemas takut David menuruti apa yang dikatakan oleh Albert.
Namun, satu hal tidak terduga. David justru memberi kode agar Albert keluar dari ruangan tersebut. Ia terus saja menggerakkan jarinya dengan kode mengusir.
"Tuan, orang yang harus pergi adalah dia!" Mendengar bantahan dari Albert tangan David mengepal. Hal itu menandakan kalau dia sedang marah. Albert tidak mau banyak kata lagi. Ia segera memutar tubuhnya dan pergi dengan wajah kecewa.
Sedangkan Shazia, ia duduk di sebuah sofa tunggal yang ada di sisi kanannya. Wajahnya murung dan tidak ada satu kata lagi yang ia ucapkan.
"Penyerangan malam itu. Seharusnya aku bisa dengan mudah melupakannya karena harta bisa dengan mudah aku dapatkan. Tapi, nyawa anak kecil itu. Tidak lagi tertolong karena aku gagal menjual obat terlarang tersebut," gumam Shazia di dalam hati.
David menatap wajah Shazia dengan bingung. "Kenapa dia sedih? Sudah jelas-jelas aku membelanya. Kenapa wajahnya jadi jelek seperti itu? Apa yang dia pikirkan?" gumam David di dalam hati.
***
"Kak Zia, sini." Shazia yang baru saja tiba di sebuah taman bermain terlihat sedang mencari sumber suara yang memanggilnya. Senyumnya mengembang ketika melihat anak perempuan berusia 8 tahun sedang duduk di ayunan.
"Mya, lihatlah apa yang kakak bawa." Shazia memamerkan boneka dan cokelat di tangannya. Ia berjalan mendekat agar bisa memberikan benda itu kepada anak kecil yang sudah menunggunya.
Tapi, baru beberapa langkah ia berjalan anak kecil di hadapannya jatuh dari ayunan. Anak kecil itu tidak lagi sadarkan diri dan tergeletak di atas rumput.
"Mya!" teriak Shazia dengan begitu kencang. Cokelat dan boneka di tangannya terlepas begitu saja. Shazia berlari kencang mendekati posisi Mya berada.
"Mya sayang, bangunlah!" Shazia segera menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Shazia segera meletakkan Mya di atas tempat tidur. Dokter dan perawat yang biasa merawat Mya terlihat khawatir.
"Kita harus melakukan tindakan operasi secepatnya!"
"Bagaimana dengan donornya? Apa sudah ada yang cocok, Dok?"
"Sudah, Nona. Anda hanya perlu menghubungi pihak keluarga."
"Baiklah." Shazia pergi meninggalkan ruangan Mya. Di depan sana ia bertemu dengan keluarga pendonor. Shazia berharap bisa mendapatkan donor itu sebelum waktunya habis.
"Nona, tolong saya. Saya butuh jantung putra Anda."
"TIDAK!"
"Nona, di dalam ada anak yatim piatu yang membutuhkan donor jantung anak anda. Tolong saya."
Wanita itu berhenti. "Baiklah. Saya akan memberikan jantung anak saya. Tapi, tentu saja tidak gratis."
Shazia tersenyum. "Berapa uang yang anda inginkan?"
"Saya mau jantung anak saya di ganti dengan emas. Emas itu harus di susun rapi di peti yang akan digunakan anak saya untuk peristirahatannya yang terakhir."
Shazia mematung. Mungkin emas segitu banyak pasti bisa ia dapatkan. Tapi, tidak dalam waktu singkat seperti ini. Belum lagi ia harus memikirkan biaya perobatan di rumah sakit. "Baiklah, Nona. Malam ini operasi akan berlangsung karena malam ini juga saya akan serahkan emas tersebut kepada Anda."
Wanita itu tidak banyak bicara lagi. Ia pergi begitu saja karena berpikir kalau Shazia tidak akan sanggup mengabulkan syarat yang ia ajukan.
Shazia segera menghubungi pasukan miliknya. "Kita harus menjual barang itu sekarang. Tanpa terkecuali. Saya tidak mau tahu!" Shazia mematikan ponselnya. Ia juga tidak bisa diam saja. Ia harus turun tangan agar barang miliknya segera terjual tanpa masalah di setiap proses transaksinya.
Belum sempat barang itu di edarkan kepada para pembeli, tiba-tiba saja Shazia mendapat kabar kalau markas mereka di serang. Shazia yang saat itu masih ada di jalan tidak bisa tenang lagi. Sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Shazia terus saja memikirkan keadaan Mya.
"Mya, bertahanlah. Kakak akan berjuang. Kau pasti sembuh!"
Setibanya di markas Shazia terlihat sangat kaget. Pasukannya banyak yang tewas sedangkan sisanya masih bertarung mati-matian. Tapi, bukan itu hal utama yang membuatnya syok. Shazia tidak lagi menemukan barang yang akan ia jual. Semua habis di curi.
"Bos, seorang pria bertopeng muncul. Dia sangat hebat. Sepertinya mereka sudah merencanakan penyerangan ini sejak lama. Semua senjata kita hilang hingga kita melawan hanya dengan menggunakan tangan kosong."
Shazia tidak mau menunggu lagi. Jadwal operasi Mya tinggal setengah jam lagi. Ia harus mendapatkan kembali barang miliknya. Dengan pasukan seadanya Shazia mengejar pencuri yang sudah berani merusak markas miliknya.
Sekitar 5 kilometer, Shazia berhasil menemui tronton yang membawa barang-barang miliknya. Tapi, tidak semudah itu untuk mengambilnya kembali. Karena pria bertopeng itu muncul dan menghalangi Shazia.
Tidak ada percakapan di sana karena Shazia langsung saja menyerang pria bertopeng itu dengan tembakan. Shazia yang memang sangat ahli dalam menembak tidak membutuhkan waktu lama untuk mengalahkan musuhnya. Bahkan ketika musuhnya belum berada di dekatnya ia sudah berhasil membuat musuhnya cedera.
"Siapa dia?" Shazia yang memang selalu menggunakan topeng setiap kali menyerang, membuat musuhnya tidak bisa mengingat wajahnya dengan mudah. Pria bertopeng itu naik ke atas tronton dan mengambil alih laju mobilnya.
Shazia kembali masuk ke mobil untuk mengejar. Sayang, pemandangan di depan Shazia membuatnya semakin syok. Ternyata pria bertopeng itu membawa tronton tersebut terjun ke lautan. Hingga akhirnya, barang yang ingin di jual oleh Shazia ikut tenggelam di dasar lautan.
"Apa ini? Kenapa harus seperti ini?" lirih Shazia sedih. Bersamaan dengan itu Shazia mendapat kabar dari rumah sakit kalau Mya tidak lagi bisa di selamatkan. Hati Shazia hancur hingga menyisakan dendam yang begitu besar di sana.
***
Shazia tersadar dari lamunannya dan menghapus air mata di pipinya. Ia memandang wajah David yang ternyata kini sudah ada di depannya.
"Maafkan aku. Aku kembali ingat dengan orang-orang yang sudah pergi meninggalkanku," ucap Shazia pelan. Ia berdiri dan membawa David pergi meninggalkan ruangan tersebut. "Sudah malam. Saatnya tidur."
David semakin bingung dengan ekspresi Shazia malam ini. "Wanita aneh. Terkadang dia terlihat sangat bodoh. Terkadang sok pintar. Terkadang lagi sangat menyedihkan. Sebenarnya benda apa yang dia cari? Kalau saja aku tahu, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membantunya," gumam David di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Tina
beri tau lah Shazia biar mudah di dapat kan
2021-12-13
0
Estiti Kadam
David ngomong ajh sih sama Shazia...gak bohongan bisu segala...
2021-10-23
1
SS
lanjut
2021-10-13
0