Shazia melamun beberapa saat sambil membayangkan strategi yang akan ia lakukan selama ia menikah dengan David. Setelah semuanya selesai, ia tidak akan ada di rumah itu. Ia akan meninggalkan David walau status mereka telah menjadi suami istri. Karena terlalu lama melamun, air di bak mandi penuh hingga membasahi lantai. Shazia tersadar ketika air itu membasahi telapak kakinya.
"Airnya!" Shazia segera berdiri dan mematikan kran air. Wanita itu kembali ingat dengan tugasnya dan memandang geli terhadap David.
"Apa kau bisa mandi tapi tetap menggunakan pakaian?" tanya Shazia kepada David. Suasana di kamar mandi itu hening seketika. Shazia masih berpikir keras memikirkan cara agar ia tidak melihat tubuh polos David. Namun, memang tidak ada cara lain yang terpikirkan.
"Ini benar-benar sangat sulit," keluh Shazia sambil berjalan mendekati David. Ia kembali duduk di kursi dan mulai memejamkan mata. Secara perlahan ia membuka satu persatu piyama yang kini melekat di tubuh David. Perlahan namun pasti hingga piyama itu berhasil ia lepas dari tubuh David dengan mudah.
"Oke. Ini hari pertama kita menikah. Maksudku, aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kau tidak bisa memaksaku melakukan hal yang belum pernah aku lakukan. Maka dari itu, aku putuskan untuk membiarkan celana yang kau kenakan tetap melekat di tubuh. Setelah selesai mandi, aku akan pikirkan lagi cara membuka dan menggantinya dengan yang kering."
Shazia menghela napas. Ia mengangkat tubuh David dan berjalan ke arah bak mandi. Lantai di sana sangat licin karena air sabun dari bak mandi sempat memenuhi lantai. Hingga akhirnya tanpa sengaja Shazia terpeleset. Tubuh David yang ada di gendongannya terjatuh ke bak mandi. Tidak sendirian, bahkan tubuh Shazia juga ikut masuk ke dalam bak mandi.
"Aaaaaaaa!" Shazia berteriak sekeras mungkin karena kaget.
Air yang ada di bak mandi kembali tumpah ketika tubuh Shazia dan David ada di dalamnya. Ketika membuka mata, Shazia menatap dalam-dalam wajah David yang ada di depannya. Kini posisinya Shazia berada di atas tubuh David. Sejenak ia tidak sadar kalau pria dibawahnya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Apa ini? Kenapa jantungku berdetak tidak karuan?" gumam Shazia di dalam hati.
Pintu kamar mandi terbuka. Beberapa pelayan masuk ke kamar mandi setelah mendengar teriakan Shazia. Mereka khawatir kalau terjadi sesuatu di kamar mandi.
"Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya salah satu pelayan.
Shazia memandang ke arah pintu sebelum beranjak dari tubuh David. "Kenapa kalian masuk tanpa izin!" teriak Shazia kesal.
"Maafkan kami, Nona."
Dengan wajah merah karena malu, Shazia beranjak dari bak mandi. Ia memandang David dan membenarkan posisi pria itu untuk berendam.
"Pergilah. Tidak terjadi apabila di sini," ujar Shazia lagi.
"Baik, Nona." Tanpa pikir panjang para pelayan segera pergi dan menutup kembali pintu kamar. Shazia menjatuhkan kepalanya di pinggiran bak mandi dan menghela napas lega. Kedua matanya terpejam.
David melirik ke arah Shazia yang kebetulan tidak memandang wajahnya. Kepala David bagian belakang terasa sangat sakit karena terbentur bak mandi dengan begitu keras.
"Wanita ini! Apa dia ingin membuatku geger otak? Bisa-bisanya dia begitu ceroboh hingga membuat celaka orang lain. Dan, lihatlah wajahnya. Sama sekali tidak merasa bersalah!" umpat David di dalam hati. Pada waktu yang bersamaan, Shazia memandang David.
"Maafkan aku. Apa ada yang sakit?" lirih Shazia dengan wajah bersalah.
"Tunggu. Kenapa dia tiba-tiba meminta maaf? Apa dia bisa membaca pikiran orang lain!" gumam David lagi.
Shazia mulai membersihkan tubuh David dengan hati-hati. Ia terlihat tidak keberatan melakukan semua itu. Sentuhan Shazia yang lembut membuat David merasa nyaman.
"Apa selama ini kau sudah pernah menjalani pengobatan? Bukankah uangmu sangat banyak? Mungkin saja ada dokter yang bisa menyembuhkan penyakitmu ini. Tidak bisa berbicara dan tidak bisa berjalan itu sangat merepotkan," ucap Shazia sambil melanjutkan pekerjaan. Ia tidak sadar kalau kini kedua mata David menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Oh ya, aku hampir lupa menanyakan beberapa hal kepada pelayan tadi. Kapan kau Pup dan kapan kau pipis?" Shazia menahan gerakannya. Ia melebarkan kedua matanya.
"Apa jangan-jangan, selama ini kau memakai pempes?" sambung Shazia lagi.
David hanya diam tanpa bisa protes sedikitpun. Ia berusaha sabar agar tidak terpancing emosi atas perkataan Shazia barusan.
"Oke, sudah bersih." Shazia tersenyum puas. Ia menghela napas dan menghapus keringat yang ada di dahi. "Berendam lah beberapa menit sebelum kita bangkit dari sini."
Shazia berjalan ke arah jendela yang ada di dekat bak mandi. Ia berdiri di sana dan membuka tirai yang ada. Dahinya mengernyit ketika melihat pemandangan di depannya.
"Hutan? Kenapa di belakang rumah ada hutan yang begitu menyeramkan? Apa mereka tidak takut dengan binatang buas yang ada di sana." Shazia kembali menutup tirainya. Waktu berendam David telah selesai kini waktunya ia membawa pria itu beranjak dari bak mandi.
"Oke. Sudah selesai. Duduk di sana dan mandilah di bawah pancuran shower. Dengan begitu tubuhmu akan terasa segar."
Shazia mengangkat David dan membawanya ke kursi yang ada di bawah pancuran shower. Ia kembali membasahi rambut dan seluruh tubuh suaminya. Memberinya sampo dan sabun yang begitu wangi. Setelah selesai, Shazia memakaikan David handuk kimono yang sangat besar. Bibirnya tersenyum kecil.
"Dengan begini aku tidak akan melihatnya," gumam Shazia di dalam hati sebelum membuka celana David secara perlahan.
Shazia meletakkan David ke kursi roda setelah pakaian basah pria itu terlepas. Ia mendorong kursi roda David dan membawanya keluar dari kamar mandi. Di sana ia melihat beberapa pelayan yang masih setia menunggu.
"Apa Tuan sudah selesai mandi, Nona?"
"Ya. Seperti yang kau lihat. Tubuh suamiku sudah wangi dan bersih."
Shazia melirik pakaian yang sudah di sediakan. "Apa itu pakaian suamiku?"
"Benar, Nona. Jika tidak ada masalah lagi, kami permisi dulu Nona."
"Ya. Pergilah. Kecuali kau." Shazia menunjuk pelayan wanita yang memang selalu mendampinginya.
Semua pelayan pergi meninggalkan kamar. Yang tersisa hanya pelayan wanita yang memang menjadi pelayan pribadi Shazia.
"Ada apa, Nona?"
"Biasanya, siapa yang menggantikan pakaian suamiku setelah selesai mandi?"
"Albert, Nona."
"Albert? Siapa Albert?"
"Pengawal setia Tuan David."
"Sekarang, di mana dia? Kenapa dia tidak ada di sini untuk membantuku?"
"Setelah menikah tugas semua pelayan termasuk Albert telah jatuh ke tangan Nona."
"Tapi, aku belum terbiasa."
Pelayan itu tersenyum. "Nona, Anda dan Tuan telah menikah. Apa lagi yang harus Anda takutkan?"
Shazia kembali membisu. Ia tidak tahu lagi caranya untuk menghindari situasi seperti itu.
"Jika tidak ada yang ditanyakan lagi, sebaiknya saya permisi Nona. Tuan David juga sepertinya sudah kedinginan." Pelayan itu menunduk hormat dan melangkah pergi. Sedangkan Shazia memandang David dengan wajah memelas.
"Apa harus sekarang aku melihatnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Khansa Fairuz
kali aja kamunyang buka... david sbuh😀
2022-03-25
0
Kustri
Kepala David smp g bs geleng/ngangguk, kecelakaan macam apa ini...
Ayo bantu suamimu sembuh💪💪💪
2022-02-16
0
Kustri
Polos masalah laki" tp garang menghadapi musuh...🤣🤣🤣
2022-02-16
0