Shazia akhirnya tiba di lantai bawah. Ia segera berjalan cepat menuju ke kamar Eva. Shazia ingin memastikan kalau Eva baik-baik saja. Sebelum dia tiba di kamar Eva, Shazia melihat Logan sedang berjalan menuju ke arah tangga. Ia sangat yakin kalau Logan pasti ingin menemui David di kamarnya. Shazia tidak mau diam saja. Dia masih kesal terhadap Logan. Perbuatan pria itu sudah membuat pasukan The Felix kesayangannya turun tangan.
"Hei, kau! Berhentilah. Aku ingin berbicara denganmu," teriak Shazia agar Logan bisa mendengar perkataannya. Wanita itu segera mendekati posisi Logan berada.
Logan menatap wajah Shazia dan menahan langkah kakinya. Ia menunduk hormat dan tersenyum ramah. "Selamat siang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"
Shazia mengeryitkan dahi. Sedikit aneh jika melihat Logan bersikap sopan seperti itu terhadapnya. Padahal belum lama tadi Logan dengan berani mengancam dirinya.
"Maafkan saya karena tidak bisa membantu Anda tadi. Albert datang di saat saya ingin membantu Anda mencelakai Tuan David," sambung Logan lagi.
Shazia semakin bingung. "Apa yang kau katakan?"
"Pria bayaran itu sudah sadar. Obat tidur yang anda berikan memang sangat hebat. Bahkan darah-darah di tubuh mereka terlihat seperti nyata."
"Kau!"
"Oh. Jadi ini rencananya ...." Tiba-tiba saja Albert muncul. Shazia yang tadinya ingin melabrak Logan harus menahan langkah kakinya. Ia memandang ke arah Albert yang kini menatap sinis ke arahnya.
"Sejak awal saya sudah curiga dengan Anda, Nona Shazia. Saya sempat menerka-nerka sebenarnya apa tujuan Anda masuk ke dalam rumah ini."
"Menerka-nerka? Untuk apa kau menerka-nerka? Tujuanku sudah jelas kalau aku ada di sini karena aku ia ingin menjadi istri dari David," jawab Shazia.
"Istri? Nona, Anda bukan wanita yang telah kami persiapkan untuk menjadi istri Tuan David. Wanita itu telah kami temukan tewas di rumahnya saat pernikahan ini berlangsung. Lebih tepatnya saat anda menginjakkan kaki Anda di rumah ini."
Deg. Shazia mematung. Memang ia memiliki niat terselubung berada di rumah itu. Namun, ia tidak pernah membunuh atau mencelakai orang lain. Dia menggunakan identitas seorang wanita yang masih duduk di bangku kuliahan. Tapi, Shazia tidak melakukan semua itu gratis. Ia membayar wanita itu agar tidak buka mulut dan mau membantunya. Mendengar kabar kalau kini wanita itu telah tewas, tentu saja sangat mengejutkan bagi Shazia.
"Kenapa Nona? Kenapa Anda diam? Apa anda kehilangan kata-kata karena kini kejahatan anda sudah terbongkar?" Albert menatap wajah Logan.
"Soal Logan memang sejak awal saya sudah tahu kalau dia adalah pria jahat yang sangat licik. Sikapnya yang pura-pura baik hanya ingin membuat hubungan saya dan Tuan David renggang. Tapi, saya tidak menyangka kalau Anda dan Logan bekerja sama."
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengenal Logan sebelum aku tiba di rumah ini!" teriak Shazia kesal.
Logan sendiri merasa senang melihat Shazia di tuduh seperti itu oleh Albert. Jika Albert sudah tidak percaya kepada Shazia, maka Logan akan dengan mudah melakukan segala rencana liciknya. "Tidak lama lagi Tuan David juga tidak akan percaya lagi dengan wajah polos Anda Nona Shazia. Saya hanya perlu menunggu waktu ketika Anda di usir dari rumah ini," gumam Logan di dalam hati.
"Cukup Nona. Berhentilah membela diri Anda. Karena itu sia-sia saja. Sudah banyak sekali penghianat di rumah ini. Jadi, jangan pernah berharap kalau saya mau mendengarkan penjelasan anda." Albert berjalan pergi menuju ke tangga.
Shazia yang masih kesal hanya bisa mengepal kedua tangannya dengan geram. Memang kini posisinya terpojokkan. Ia tidak bisa membela dirinya karena tidak ada barang bukti. Andai semua percakapan antara dirinya dan Logan bisa kembali di putar, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini.
"Jangan pernah berpikir untuk mengalahkanku karena aku yang lebih dulu berada di rumah ini," ucap Logan dengan senyuman licik. Pria itu menaiki anak tangga menuju ke atas. Meninggalkan Shazia sendiri di lantai bawah yang kini masih memasang wajah kesal.
"Tenang Shazia. Kau tidak bisa bertindak secepat ini. Sebaiknya aku ikuti saja permainan Logan." Shazia kembali melanjutkan langkah kakinya. Ia ingin segera menemui Eva dan meminta wanita itu menjelaskan kepada Albert apa yang sebenarnya terjadi.
***
Setibanya di kamar Eva, Shazia melihat Eva yang sudah duduk di atas ranjang. Wanita itu tersenyum melihat Shazia ada di dalam kamarnya
"Nona, apa yang anda lakukan di sini?"
"Tentu saja melihat keadaanmu." Shazia duduk di salah satu kursi kayu yang ada di dekat ranjang Eva. Ia memperhatikan sekeliling kamar Eva dengan sangat serius.
"Nona, bagaimana dengan Tuan David? Saya dengar Tuan David terkena tusukan di tangannya."
"Ya. Tapi kata dokter itu tidak parah. Hanya luka kecil. Akan segera sembuh," jawab Shazia apa adanya.
"Nona, apa yang anda pikirkan? Kenapa Anda terlihat murung?"
Shazia mengukir senyuman yang begitu pahit. "Eva, ketika kau menginginkan sesuatu namun ada resiko besar yang terjadi jika kau melakukannya. Hingga akhirnya kau seperti gagal di tengah jalan. Kau akan mencobanya kembali atau menyerah?"
Eva terlihat berpikir sejenak. Ia tidak mau sampai salah jawab. "Nona, semua tergantung tujuan kita melakukan sesuatu itu. Jika hal itu menguntungkan kita di awal namun merugikan kita di akhir maka saya tidak akan mau melanjutkannya."
Shazia mengeryitkan dahinya. "Apa maksudnya?"
"Begini Nona. Misal saya ingin menolong Anda tadi. Tapi, jika saya menolong Anda saya bisa celaka maka saya tidak mau melakukannya. Karena kalau saya bersih keras menolong anda, bukan hanya saya saja yang celaka anda juga pasti ikut celaka. Bukankah tadi posisi saya sendirian. Berbeda jika saya datang dengan bala bantuan. Mungkin keadaan akhirnya akan berbeda. Anda bisa selamat dan saya juga tidak celaka."
"Benar. Itu jawaban yang aku cari sejak kemarin. Untuk apa aku ikut campur dengan urusan David. Tugasku masuk ke rumah ini hanya mencari bukti soal pria breng*sek itu. Setelah mengetahui identitasnya, aku bisa pergi dari rumah ini secepatnya. Tidak perlu terlibat dalam pertikaian yang terjadi antara David dan Logan," gumam Shazia di dalam hati. Wanita itu mulai tersenyum karena kini ia tidak lagi kesal.
"Nona, kenapa anda tersenyum?"
"Eva, terima kasih." Shazia beranjak dari kursi. "Istirahatlah. Aku tidak akan memberimu tugas apapun hari ini." Shazia menepuk pelan pundak Eva sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar wanita itu. Eva yang masih bingung dengan sikap Shazia hanya bisa menggeleng pelan.
"Apa aku telah membantu Nona Shazia? Kenapa dia terlihat jauh lebih bahagia?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Kustri
Shazia crita aja klu km diancam Logan, wlu David g akan nanggepin, tp akan lbh hati" lg
2022-02-16
0
Tina
kapan terbungkr nya Thor
2021-12-13
1
Riyanti
Eh ternyata ada yg belum aku like 😆😆😆 Maaf othor, aku lali 🤣🤣🤣🤣
2021-10-14
0