Shazia tidak mempedulikan perkataan pria di dekatnya. Ia justru lebih mengkhawatirkan David. Dengan sekuat tenaga Shazia membimbing David agar duduk. Tidak tergeletak seperti posisinya saat ini. Di samping itu, Shazia juga memeriksa tubuh David untuk memastikan kalau pria itu baik-baik saja. Tidak terluka karena ulahnya.
“Maafkan aku,” lirih Shazia dengan wajah menyesal. Ia membersihkan dedaunan kering yang ada di rambut David.
“Berdiri!” Seorang pria meyeret paksa pelayan wanita itu dan menodongkan senjata di kepalanya.
“Nona, tolong saya,” teriak pelayan wanita itu ketakutan.
Shazia memandang pelayan itu dengan begitu serius. “Aku hampir lupa satu hal. Sebenarnya siapa namamu?” tanya Shazia kepada pelayan wanita tersebut.
“Nama?” Pelayan itu terlihat kaget ketika Shazia bertanya hal sepele seperti itu di saat situasi begitu genting.
“Ya. Aku tidak bisa memanggilmu jika tidak tahu namamu,” ujar Shazia lagi. David yang ada di dekat Shazia hanya diam dengan tenang menikmati apa yang akan terjadi berikutnya.
“Eva. Nama saya Eva, Nona.”
Shazia berdiri dan memandang wajah pria yang memegang Eva dengan santai. “Lepaskan Eva. Biarkan dia pergi. Bukankan orang yang kalian incar ada di sini? Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan pasrah. Menambah korban hanya akan mempersulit hidup kalian saja.”
Pria berbadan tegap itu memberi kode kepada bawahannya untuk melepaskan Eva. Tubuh Eva di dorong agar menjauh dari sana.
“Eva, pergilah.”
“Tapi, Nona.”
“Pergilah. Ingat perkataanku tadi.”
Eva tidak tahu harus percaya atau tidak terhadap Shazia. Tapi, dia sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menyelamatkan nyawanya. Eva berlari pergi untuk bersembunyi di suatu tempat agar tidak ada yang bisa menemuinya.
Shazia diam sambil memikirkan trik yang harus ia gunakan kali ini. “Sebenarnya memang seperti ini rencana Logan. Dia meminta pria-pria itu melecehkanku agar David bergerak untuk menolongku. Tapi, aku tidak mau menurutinya. namun, jika aku melawan mereka itu sama saja aku memberi tahu David kalau aku wanita yang tangguh! Kalau saja tadi David menuruti perkataanku, mungkin semua tidak akan jadi seperti ini.” Shazia benar-benar bingung dengan keputusan yang harus ia ambil kali ini.
Seorang pria menarik lengan Shazia dengan kasar. Ia tertawa kencang dan membawa Shazia berada di tengah-tengah pria yang kini memandang ***** terhadap tubuh Shazia. “Sekarang wanita itu sudah pergi. Bagaimana kalau kita mulai untuk bersenang-senang Nona manis.” Seorang pria dengan lancang memegang dagu Shazia. Shazia berusaha menghindar. Ia sudah geram ingin melawan. Tapi, Shazia tidak mau memperlihatkan kemampuannya secepat itu.
“Wanita secantik dirimu tidak pantas menikah dengan pria cacat seperti ini.” Seorang pria berjalan mendekati David. Kali ini Shazia semakin waspada. Ia melihat sebuah belati yang disembunyikan pria itu di belakang. Ia tahu kalau benda tajam itu akan digunakan untuk melukai David.
Tiba-tiab saja Shazia merebut paksa pistol salah satu pria yang ada di dekatnya. Dengan wajah sok ketakutan dan tubuh gemetar Shazia menodongkan senjata itu kepada pria yang mendekati David.
“Menyingkirlah. Jangan celakai suamiku!” teriak Shazia sambil pura-pura gemetar memegang senjata api tersebut.
David memandang Shazia dengan sorot mata yang tajam. Sebenarnya saat ini mereka sama-sama menyakinkan diri mereka masing-masing agar tidak ceroboh. Baik David mapupun Shazia sama-sama tidak mau penyamaran mereka terbongkar.
“Oke oke. Buang senjata api itu. Itu berbahaya Nona manis. Aku tidak akan melukai suamimu ini. Tapi, sebelumnya. Layani aku lebih dulu.”
Shazia menangis. Ia harus menangis agar aktingnya terlihat sempurna. Senjata api itu dengan sengaja ia lempar di dekat David. Shazia tahu kalau David bisa menggerakkan jemarinya. Hal itu sangat bermanfaat untuk membantunya jika nanti keadaan benar-benar genting.
Seorang pria menjambak rambut Shazia dan menyeretnya ke semak-semak yang tidak jauh dari sana. David memandang pistol di dekatnya dengan geram. Ia terus saja memandang Shazia yang kini di seret paksa dengan wajah tidak terima.
“Tolong! Tolong aku!” teriak Shazia keras-keras layaknya wanita ketakutan.
DUARRR DUARRR.
Tiba-tiba saja orang-orang yang menyeret Shazia tertembak dan tergeletak di tanah. Begitu juga sisanya. Sebuah peluru dari penembak jitu telah berhasil menghabisi semua orang yang ada di sana tanpa jejak. Shazia menghela napas dengan wajah lega.
“Seharusnya aku menghukum kalian! Kenapa kalian datang terlambat!” umpat Shazia di dalam hati.
Beberapa waktu yang lalu. Shazia sempat menghubungi The Felix agar datang untuk menolongnya. Namun, ia meminta kepada pasukannya untuk bekerja secara diam-diam. Ponsel yang ada di tangan Eva sebenarnya sengaja di berikan Shazia agar nantinya Shazia bisa menemukan keberadaan Eva.
Setelah melihat orang-orang di sana tewas, Shazia segera berlari ke arah David. Dengan air mata yang deras dan mata memerah, Shazia memeluk David dan memasang wajah sepolos mungkin.
“Apa kau baik-baik saja? Aku sangat takut,” lirih Shazia.
“Siapa mereka? Apa mereka pengawal rahasia milik Albert?” gumam David di dalam hati.
Saat Shazia memandang wajah David, tiba-tiba seorang pria berdiri dan mengangkat belati ke udara. Ia ingin menusukkan benda tajam itu ke arah Shazia. Secara spontan David melindungi Shazia dengan tangannya. Tangan kirinya menarik pinggang Shazia agar merapat dengan tubuhnya. Sedangkan tangan kanannya menghalangi tubuh Shazia dari tusukan belati tersebut. Hingga akhirnya belati itu menusuk tangan David. Pasukan The Felix kembali bertindak. Mereka mengincar kepala pria itu hingga akhirnya pria itu dipastikan tewas dan tidak akan mungkin bangkit lagi.
Shazia melebarkan kedua matanya ketika melihat David mengangkat tangannnya. Bahkan untuk sejenak Shazia lupa dengan luka tusukan di tangan David. “Kau … kau bisa mengangkat tinggi tanganmu?”
David hanya diam memandang Shazia. “Sial! Kenapa harus ketahuan!”
Shazia memegang tangan David agar pria itu kembali menggerakkannya. Tapi, percuma. David tidak lagi mau menggerakkan tangannya. “Apa benar tadi kau bergerak? Atau semua itu hanya halusinasiku saja?”
“Tuan, apa Anda baik-baik saja?”
Tiba-tiba saja Albert muncul di sana. Dengan wajah khawatir, pria itu mendekati posisi David dan Shazia berada.
“Nona, kenapa tangan Tuan David bisa terluka?” tanya Albert kepada Shazia. “Kenapa Anda membawa Tuan David ke hutan? Anda ingin mencelakai Tuan David?”
Shazia menjauh. Ia berdiri dan memandang tangan David yang terluka. “Maafkan aku. Aku tidak tahu harus lari ke mana lagi. Mereka muncul dengan senjata api.”
Albert dan pasukannya kaget ketika melihat musuh mereka tewas karena luka tembak. “Siapa yang menembak mereka?”
Shazia menunjuk ke langit. “Mungkin takdir belum mengizinkan kami berdua celaka,” jawab Shazia dengan tawa terpaksa di bibirnya.
Albert memandang wajah David. Ia tidak bisa banyak tanya karena kini mereka tidak sedang berdua. Dengan cepat Albert mengangkat tubuh David untuk kembali ke rumah. Shazia memperhatikan pasukan miliknya. Tapi, mereka sudah tidak ada di sana. “Kerja bagus. Walaupun di awal sedikit mengecewakan,” gumam Shazia di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
StAr 1086
ok next
2022-09-08
0
Khansa Fairuz
haduuhhh.... hampirrr... aja ya👏👏👏
2022-03-25
0
Retno Dwi
mantap
2022-01-26
0