David sudah ada di pinggiran kolam renang. Ia memandang ke arah hutan sambil menikmati hangatnya matahari di pagi hari. Pelayan wanita yang membawa David duduk di sebuah kursi yang tidak jauh dari posisi David berada. Ia memandang David dengan begitu serius. Memperhatikan setiap kedipan mata yang di lakukan oleh David.
“Jika di lihat seperti ini, Tuan David terlihat seperti pria normal pada umumnya. Tidak ada yang menyangka kalau dia adalah pria cacat. Wajahnya tampan. Bahkan jauh lebih tampan sejak nona Shazia menikah dengannya.”
Pelayan wanita itu beranjak dari duduknya ketika melihat Shazia muncul di sana. “Bukannya tadi Nona bilang Nona mau istirahat?” tanya pelayan wanita itu kepada Shazia. David hanya diam sambil menguping pembicaraan mereka.
“Hmm, ada satu hal yang harus kau lakukan.” Shazia terlihat sangat serius. Ia memegang kursi roda David dengan wajah serius. Memperhatikan keadaan sekitar dengan begitu waspada.
“Nona, apa yang harus saya lakukan?” Pelayan wanita itu juga memasang wajah serius ketika melihat Shazia sangat serius.
“Begini. Apapun yang akan terjadi nanti, jangan keluar. Maksudku, bersembunyilah di tempat yang menurutmu aman. Jangan sampai kau keluar rumah.”
“Apa yang Anda maksud, Nona? Sebenarnya apa yang akan terjadi?”
“Lakukan saja. Bukankah kau bilang kau akan menuruti semua yang aku katakan. Semua itu demi kebaikanmu.” Shazia berjalan meninggalkan kolam renang. Ia menuju ke hutan yang ada sedikit jauh dari lokasi rumah.
“Tunggu, Nona. Anda mau membawa Tuan David ke mana?” Pelayan wanita itu terlihat mencegah Shazia membawa David ke hutan.
“Lakukan apa yang aku katakan. Suamiku akan baik-baik saja bersamaku.”
“Tapi, Nona.” Belum sempat pelayan wanita itu melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari arah depan. Shazia memandang ke arah depan sebelum melanjutkan langkah kakinya. Sedangkan pelayan wanita itu karena ketakutan ia memutuskan untuk mengikuti Shazia dari belakang.
Shazia menghela napas kasar. Ia memandang wajah pelayan wanita itu dan terus berjalan. “Melindungi David saja aku tidak tahu entah bisa entah tidak. Kenapa pelayan wanita ini juga ikut bersamaku.”
Shazia kembali ingat dengan perkataan Logan. Pria itu tidak akan segan-segan membunuh Shazia jika sampai Shazia melakukan hal yang tidak ia suka. Shazia wanita yang cerdas. Walaupun nanti pada akhirnya Logan berhasil melakukan rencana yang ia buat. Tetap saja tidak ada jaminan kalau Shazia akan aman. Logan berani membunuh David, itu berarti ia juga tidak akan pernah berpikir dua kali untuk membunuh Shazia.
“Nona, siapa mereka?” tanya pelayan wanita itu ketika melihat segerombolan pria muncul dan mulai mengejar mereka.
“Berhentilah berbicara. Kau hanya akan membuat kepalaku pusing!” umpat Shazia kesal.
Ia menahan langkah kakinya dan memandang jalan menuju ke hutan yang begitu rimbun. “Apa kau pernah ke sini sebelumnya.”
“Tidak, Nona. Tapi beberapa pelayan dan penjaga kebun berulang kali melihat singa dan serigala muncul dan menghilang di hutan ini.”
“Benarkah?” Shazia sedikit ragu untuk melangkah. Ia mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada pelayan tersebut. “Pegang ini.”
“Nona, apa ini?”
“Kau tidak tahu ini apa? Ini ponselku.”
“Ya, Saya tahu. Maksud saya. Untuk apa Anda memberikan ponsel Anda kepada saya?”
“Bawa David masuk ke hutan. Bersembunyi di tempat yang menurutmu aman. Sebisa mungkin aku akan menghalangi mereka.”
“Anda mau melawan mereka, Nona?” Pelayan itu terlihat tidak percaya.
“Bukan. Bukan seperti itu. Maksudku, orang yang mereka incar pasti suamiku. Tidak mungkin mereka mengincar wanita miskin dan bodoh sepertiku bukan?”
Pelayan itu sedikit percaya dengan alasan Shazia. “Tapi Anda akan membahayakan diri Anda sendiri demi menyelamatkan Tuan David, Nona?”
“Mungkin memang ini terkesan aneh. Tapi, aku dan Logan tidak memiliki hubungan apapun. Menentangnya itu tidak menjadi masalah bagi hidupku. Sedangkan dengannya? Dia suamiku. Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya. Aku yakin, semua ini rencana yang sudah di buat Logan untuk menjebakku. Ketika nanti David tewas aku yang akan dijadikannya tersangka. Sungguh rencana yang konyol. Belum apa-apa sudah terbaca,” gumam Shazia sambil memandang wajah David.
“Nona, mereka semakin dekat.”
“Pergilah.” Shazia memutar tubuhnya memandang segerombolan orang yang berjumlah sekitar 20 orang. Tapi, ia tidak melihat Logan ada di sana. Hal itu membuat Shazia sedikit ragu. Ia takut ketika nanti ia sedang menghalangi musuhnya di sini, justru Logan yang asyik beraksi menganiaya David.
“Apa yang ingin ia lakukan? Kenapa dia memintaku pergi sedangkan dirinya bertahan di sini,” gumam David di dalam hati.
“Pergilah. Bersembunyi di tempat yang menurutmu aman.”
DUARRR DUARRR.
Pelayan wanita itu semakin ketakutan. Ia mulai berlari sambil mendorong kursi roda Dadiv. Namun, ada hal yang aneh. David menekan tombol kursi rodanya hingga kursi roda itu tidak lagi bisa berjalan. Pelayan wanita itu kelihatan bingung.
“Nona, Tuan David tidak mengizinkanku membawanya pergi,” teriak pelayan wanita itu dengan wajah panik.
Shazia memutar tubuhnya. Ia berjalan ke arah David dan menatap wajah pria itu. “Apa yang kau lakukan? Mereka ingin membunuhmu! Mereka ingin mencelakaimu!” teriak Shazia kesal. Ia menekan tombolnya agar kursi roda itu bisa berjalan lagi. Tapi, David kembali menekannya.
“Astaga! Apa yang kau inginkan!” Shazia semakin kesal. “Kita tidak punya banyak waktu.”
Shazia membungkuk. Ia segera mengangkat tubuh David dan menggendongnya. “Ayo, ikuti aku!”
Pelayan wanita itu sempat kaget. Namun, ia juga tidak mau berlama-lama di sana hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti langkah Shazia dari belakang.
“Semua akan baik-baik saja jika kau menggunakan kursi roda itu!” umpat Shazia kesal sambil berlari.
David memandang wajah Shazia dengan tatapan yang tenang. “Begini justru jauh lebih baik-baik saja. Setidaknya kau tetap ada di dekatku. Tetap ada di depan mataku. Aku tidak mau kau berkorban apapun demi aku,” gumam David di dalam hati.
Shazia mempercepat larinya dengan napas terputus-putus. Bagaimanapun juga, berlari sambil membawa beban tidak akan pernah bisa lebih cepat. Di tambah lagi jalanan masuk ke dalam hutan itu jalanan berbukit. Shazia harus mendaki jika ingin masuk lebih jauh lagi.
Sebuah kayu yang tak terlihat membuat Shazia tersandung. Hingga pada akhirnya Shazia dan David jatuh bersamaan. Pelayan wanita itu membantu Shazia berdiri. Sayang, musuh mereka sudah semakin dekat dan kini mengepung mereka dengan senjata api.
“Mau ke mana kau pergi membawa pria cacat ini, Nona manis?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
MamihZupe
sumpah... jadi ikut deg²an
2022-02-16
0
Kustri
Waduh....ketauan nie
2022-02-16
0
Tina
giman ni thor 😭😭
2021-12-13
0