Bertemu Ayah

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

Detik terus berganti menjadi menit, menit terus berganti menjadi jam. Pertambahan waktu pun mengiring waktu itu sendiri untuk terus berjalan menuju akhir waktu yang tak pernah usai.

Berbeda kini dengan waktu yang dilalui oleh dua insan anak manusia ini. Waktu yang dilalui bagi mereka adalah sebuah kepastian jika kedua insan itu akan segera tiba di tempat yang ingin mereka gapai.

Tanpa terasa waktu kini sudah menunjukkan pukul empat sore, yang artinya sudah hampir lima jam lamanya Al dan juga Adinda berada di dalam mobil mewah itu.

Gadis berhijab yang tengah hamil muda itu baru saja terlelap setelah tadi sempat mampir untuk melakukan sholat Ashar di masjid.

Mungkin karena perjalanan yang cukup memakan waktu membuat tubuh Adinda terasa lelah.

Melihat Adinda yang tidur terlelap karena kelelahan membuat Al merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia menggunakan jet pribadinya agar bisa lebih cepat sampai dalam mengantar Adinda.

" Kenapa kamu bodoh sekali Al, dia kan sedang hamil seharusnya kamu mengantarnya dengan jet pribadimu bukan dengan mobil ". Gumam Al yang merutuki dirinya sendiri.

Di lain tempat, Sintia yang sudah tahu pasti jika suaminya Al yang kemungkinan akan kembali esok hari merasa sangat gelisah.

Kekhawatirannya jika Al akan terus memperhatikan Adinda serasa bagaikan momok yang menghantui, karena jika sampai hal itu terus terjadi bukan tidak mungkin jika Al mengetahui fakta yang sebenarnya, yaitu sebuah fakta yang dapat meluluhlantahkan hidupnya karena sudah berani membohongi seorang Alexander. Ternyata usahanya untuk menjauhkan Adinda dari Al tidak membuahkan hasil, benar - benar sia - sia.

" Bagaimana ini?, semua usaha sudah aku lakukan agar Al bisa aku pengaruhi, tapi semuanya tidak ada yang berhasil. Aku harus menggunakan cara apalagi agar Al bisa aku pengaruhi? ". Guman Sintia yang sangat cemas.

Sintia masih terus berpikir dan berpikir, menemukan cara untuk mendapatkan seorang Alexander. Hingga sebuah ide yang cukup cemerlang telah muncul di otak kecilnya.

Klek..... Sintia menjentikkan jarinya.

" Hem, aku tahu sekarang siapa yang bisa membantuku, mama mertua, ya, hanya dia. Hem..... tunggu saja tuan Al, sebentar lagi kamu pasti bisa aku miliki ". Gumam Sintia dengan senyum liciknya.

Tanpa terasa waktu kini sudah mulai menunjukkan pukul 05:15 sore, dan sebentar lagi Adinda dan juga Al akan segera sampai ke tempat yang mereka tuju.

Gadis berhijab yang sudah terlelap selama lebih dari dua jam itu akhirnya mulai tersadar dari alam bawah sadarnya.

Adinda mengerjap - ngerjapkan kelopak matanya berusaha meraih kesadarannya secara penuh, hingga akhirnya benar - benar tersadar.

Dipandangnya setiap sisi jalanan. Adinda menyadari jika ini adalah jalan menuju kampungnya, rupanya dirinya sudah hampir sampai.

" Kamu sudah bangun? ". Seru Al.

" Eh, iya tuan, maaf tuan saya ketiduran ". Sahut Adinda yang merasa tak enak hati.

Bagaimana bisa dirinya tidur dengan begitu nyaman, sedangkan majikannya sendiri menyetir untuk mengantar dirinya. Sungguh Adinda sangat merasa malu dan bersalah.

" Tidak apa - apa ". Sahut Al dengan sedikit tersenyum.

" Ini kita sudah hampir sampai di desamu, memangnya berapa meter lagi jalanan yang harus kita tempuh Adinda? ". Tanya Al.

" Emm..... setelah melewati desa ini, kita masih harus melewati satu kampung lagi tuan, tapi mobil tuan tidak bisa masuk, karena jalanan disana sangat sempit, kalaupun ada kendaraan yang bisa masuk hanya kendaraan roda dua saja tuan ". Sahut Adinda menjelaskan.

Al pun mengangguk..... ". Berarti mobilku harus dititip di desa ini? ". Tanya Al memastikan.

" Iya tuan ". Sahut Adinda.

" Tapi disini ada ojek kan Adinda? ". Tanya Al.

" Iya tuan, setelah ini dipertigaan jalan di depan sana ada pangkalan ojek tuan " Sahut Adinda.

" Berarti mobilku dititipkan di depan sana saja ya? ". Tanya Al lagi untuk memastikan.

" Iya tuan, bisa dititipkan di rumah warga ". Sahut Adinda lagi.

Mobil hitam mewah itupun terus melaju hingga sampai dipertigaan jalan.

" Nah, sudah sampai, ayo ". Seru Al.

Disaat mobil mewah itu berada di desa itu, banyak pasang mata yang memandangnya, mereka berdecak kagum melihat kendaraan roda empat itu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Semua pasang mata yang ada di jalan pertigaan itu mulai dari tukang ojek sampai dengan orang - orang yang ada di warung, tak henti - hentinya menatap kagum pada sosok yang baru saja keluar dari mobil mewah itu. Sosok yang bak aktor Hollywood.

Jika biasanya mereka melihat para aktor Hollywood di TV saja, tapi kali ini mereka seperti melihatnya secara langsung, bahkan yang satu ini benar - benar sangat tampan.

" Adinda, aku rasa mobilku dititip di sini saja, dekat dengan warung, biar aku ijin dulu sama pemilik warung di sana ". Seru Al pada Adinda, setelah mereka keluar dari mobil.

" Boleh tuan, disini tempatnya aman kok tuan ". Sahut Adinda dan di respon anggukan oleh Al.

" Ya sudah, ayo kita ke tukang ojek yang mangkrak di dekat warung itu ". Ajak Al.

Adinda dan Al melangkah ingin mendekati para tukang ojek yang sedang mangkrak di tempatnya. Namun belum sempat langkahnya sampai di tempat yang dituju, tiba - tiba saja ada suara getaran handphone dari saku celana Al.

Drrtt..... drrtt..... drrtt.....

" Sebentar, sepertinya ada yang menelfonku ". Seru Al.

Al pun merogoh ponsel pintarnya itu dari saku celananya. Dilihatnya nama yang tertera di layar sana.

" Halo, iya ma? ". Sahut Al.

" Al, kamu dimana nak? ". Tanya Devina khawatir.

Al merasa bingung harus menjawab apa pada mamanya. Tidak mungkinkan jika dirinya mengatakan sedang mengantar Adinda, pasti mamanya bisa marah.

" Al, kamu ada dimana nak, kenapa sudah larut sore seperti ini kamu belum ada di rumah, ingat nak istri kamu saat ini sedang hamil, dia lebih butuh kamu Al ". Seru Devina menjelaskan.

" I, iya ma, Al, Al saat ini sedang ada di luar kota ma, ada urusan yang harus Al tangani ". Sahut Al yang sedikit berbohong.

" Ya Allah nak, ya kamu bilang dulu sama istri kamu nak, kalau kamu sedang pergi ke luar kota, kasihan Sintia menunggu kamu dari tadi ". Sahut Devina.

" Pokonya mama tidak mau tahu, malam ini sebelum pukul tujuh malam kamu sudah harus ada di rumah ". Perintah Devina telak.

Al merasa kesal dengan situasi ini, niat hati ingin mengantar Adinda untuk pulang tetapi malah tak kesampaian. Bagaimana bisa mamanya itu menelfon disaat - saat seperti ini, pasti ada sesuatu yang terjadi, apa mungkin Sintia yang mengatakan?.

" Baiklah ma, Al akan segera pulang ". Sahut Al pada akhirnya.

" Ya sudah cepat pulang ". Sahut nya.

Panggilan telfon itupun telah berakhir. Dengan perasaan kecewa, mau tidak mau Al harus segera pulang kembali ke rumahnya. Entah kenapa sangat berat rasanya bagi Al untuk meninggalkan Adinda, apalagi dengan kondisinya yang saat ini tengah mengandung.

" Haahh..... ". Al menghela nafasnya.

" Adinda ". Panggil Al.

" Iya tuan ". Sahutnya.

" Maaf, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu sampai ke rumah ". Ucap Al lirih.

Sangat terlihat jelas di wajah pria blasteran itu ada guratan kesedihan.

Adinda tersenyum..... " Tidak apa - apa tuan, tuan sudah mengantar saya sampai sejauh ini ". Sahut Adinda.

" Aku harus segera pulang sekarang, apa kamu tidak apa - apa kalau naik ojek itu ". Ucap Al.

" Iya tuan, tidak apa - apa, saya akan naik ojek, lagipula saya sudah mengenal mereka, jadi tuan tenang saja ". Sahut Adinda, karena melihat tuannya seperti khawatir padanya.

" Baiklah hati - hati ". Sahut Al lagi, dan ia pun berlalu meninggalkan Adinda di sana, lalu memasuki mobilnya.

Dan disinilah mereka, dua insan yang awalnya bersama, kini harus berpisah karena suatu keadaan.

Sejujurnya di dalam perasaan terdalamnya Adinda sangat merasa sedih harus berjauhan dengan ayah dari anak - anaknya. Meski rasa traumannya masih ada bahkan mungkin akan tetap ada di hatinya, namun juga tidak bisa dipungkiri jika selama ini Adinda juga merindukan ayah dari anak - anaknya.

Ya, selama satu bulan ini, entah mengapa setiap malam ketika Adinda hendak memejamkan mata, selalu saja teringat akan wajah Al. Adinda sendiri juga tidak mengerti mengapa ia memiliki perasaan seperti ini. Dan setelah dirinya sering berbicara pada tuan Alnya, dari sinilah dirinya memahami, jika kerinduan yang sering ia rasakan setiap malamnya adalah karena kedua anak kembarnyalah yang merindukan ayah kandungnya.

Adinda terus memandang ke arah mobil mewah yang sudah hampir tak dapat dijangkau oleh indra penglihatannya itu. Mungkin, ini adalah pertemuan terakhirnya dengan ayah dari anak - anaknya.

Adinda menundukkan kepalanya, ia mengarahkan pandangannya itu ke perutnya yang masih terlihat rata. Diusapnya perutnya itu dengan lembut seolah ingin memberikan kekuatan pada kedua buah hatinya agar lebih sabar dan kuat dalam menghadapi semua ini.

" Anak - anak mama, kalian baik - baik selalu ya sayang di perut mama, jangan bersedih, kalian harus kuat meski mungkin suatu hari nanti kalian lahir ke dunia ini tanpa adanya seorang papa yang akan menyambut kalian di dunia ini ".

" Ya Allah, jika memang seperti ini takdir yang Engkau tentukan untuk hidup hamba, yang harus mengandung tanpa adanya suami yang mendampingi hamba, hamba ikhlas Ya Allah ". Batin Adinda.

" Tuan, semoga tuan bisa hidup bahagia bersama kak Sintia. Saya janji tuan, saya akan menjaga dua malaikat kecil ini dengan baik ". Gumam Adinda dengan tetap mengelus perutnya.

Gadis berhijab itu masih tetap mengelus perutnya, ia masih belum tersadar jika dirinya saat ini tengah berada di sebuah tempat yang dimana banyak pasang mata yang memperhatikannya.

Hingga setelah beberapa saat kemudian barulah Adinda tersadar, jika tidak sepantasnya dirinya melakukan hal yang mungkin menjadi tanda tanya bagi sebagian orang.

" Astagfirullah, apa yang kamu lakukan Adinda, kamu kan mau pulang, mau bertemu ayah, kenapa tetap disini ". Gumam Adinda sambil menggelengkan kepalanya.

Kemudian Adinda kembali melangkah dan mendekat ke salah satu tukang ojek wanita yang memang sudah Adinda kenal dan memang sering mangkal di tempat itu.

" Assalamu'alaikum bu Tin ". Seru Adinda setelah dirinya sampai di dekat seorang pengendara ojek itu.

" Waalaikumsalam Adinda, wah kamu sudah pulang, apa kamu sedang cuti? ". Tanya bu Tin.

" Hemm..... tidak bu, Adinda sudah berhenti bekerja dan mau fokus ngurus ayah ". Sahut Adinda.

" Oh, iya sudah tidak apa - apa, ini rencananya kamu mau pulang ke rumah ayahmu? ". Sahut bu Tin.

" Iya bu ". Sahut Adinda.

" Ya sudah ayo naik, biar ibu antar ". Sahut bu Tin.

Adinda pun menaiki kendaraan ojek yang memang sudah menjadi langganannya itu. Kendaraan mesin dengan dua roda itu terus melaju menuju rumah Adinda. Hingga sekitar sepuluh menit lamanya barulah kendaraan ojek itu telah sampai di depan halaman kecil rumah Adinda.

" Nah, sudah sampai " Seru bu Tin.

" Terima kasih bu Tin, ini ongkosnya ". Ucap Adinda setelah turun dari ojek itu.

" Loh Adinda, ini tidak ada kembaliannya, uang kamu sembilan puluh ribu, sedangkan ibu baru punya penghasilan lima puluh ribu ". Sahut bu Tin bingung.

" Tidak apa - apa bu, uang kembaliannya untuk ibu saja ". Sahut Adinda.

" Walaaah..... terima kasih ya Adinda ". Seru bu Tin.

" Iya bu sama - sama, Adinda masuk dulu ya bu, mau ketemu sama ayah, Assalamu'alaikum ". Sahutnya.

" Waalaikum salam ". Sahut bu Tin.

" Heemm..... ternyata Adinda banyak uangnya ya setelah bekerja di kota, jadi ingin juga deh kerja di kota ". Gumam bu Tin.

Adindapun kembali melangkah menapaki setiap halaman rumah kecilnya. Rumah yang menjadi tempat dimana ia dirawat dan dibesarkan semenjak ia berusia lima tahun.

Tok..... tok..... tok.....

" Assalamu'alaikum ayah ". Seru Adinda.

Tok..... tok..... tok.....

" Ayah, Adinda pulang ". Serunya lagi.

Ceklek..... pintu pun dibuka.

Terlihatlah dibalik pintu yang dibuka itu menampilkan sosok pria paru baya yang tak lagi muda.

" Assalamu'alaikum ayah, Adinda pulang " Seru Adinda, dan langsung meraih punggung tangan kanan ayahnya untuk ia salami.

Pak Budi merasa sangat tetkejut melihat putrinya yang sudah pulang. Pasalnya putrinya Adinda sama sekali tidak mengabarinya.

" Ya Allah nak kamu pulang, waalaikum salam ". Sahut pak Budi tak menyangka dan langsung memeluk putri semata wayangnya itu.

" Iya, iya Adinda pulang ". Sahutnya dengan memeluk sang ayah juga.

" Adinda rindu ayah ". Sahutnya lagi.

Tidak ada kata - kata lagi yang terucap dari kedua belah bibir pria yang sudah lanjut usia itu. Rasa rindunya yang teramat sangat pada sang putri membuatnya tak mampu berkata - kata. Tanpa pak Budi sadari ada tetesan air mata keluar dari kedua kelopak matanya.

" Heemm..... ayah, ayah tidak menyuruh Adinda untuk masuk ". Seru Adinda pada akhirnya.

Dengan menghapus air matanya yang sempat terjatuh tadi, pria paru baya itupun melepas rengkuhannya dari sang putri.

" Oh iya, ayah sampai lupa, ayo nak mana kopermu biarkan ayah yang membawa masuk " . Seru pak Budi.

" Tidak perlu ayah, ini tidak terlalu berat kok, ayo ". Sahut Adinda.

Akhirnya ayah dan anak itupun bersama kembali setelah lima bulan lamanya sempat terpisah.

*****

Suasana di kediaman Alexander kini kembali menegang, entah apa yang terjadi kali ini. Sosok wanita yang sangat disayangi oleh putranya, kini seolah tak henti - hentinya menintrogasi sang putra yang bagaikan bak seorang tersangka.

" Al jawab mama nak, apa benar kamu mengantar Adinda?" Tanya Devina untuk yang kesekian kalinya.

" Iya ma ". Sahut Al setelah cukup lama diam.

" Ya Allah nak, kenapa kamu mengantar Adinda?, kalau kamu merasa kasihan karena Adinda sedang hamil dan harus pulang sendirian, kamu bisa menyuruh supir untuk mengantarnya, tidak perlu kamu mengantar sendiri Al, ingat nak di rumah kamu ada istri kamu yang sedang mengandung, dan dia lebih membutuhkan kamu nak ". Ucap Devina panjang lebar.

Mendengar istrinya yang sedari tadi terus mencecar putranya dengan pertanyaan yang sama, membuat Enriko tidak bisa berbuat apa - apa. Ia sangat paham betul bagaimana sifat istrinya jika menyangkut dengan hal yang semacam ini.

" Al, sekarang kamu jawab pertanyaan mama dengan jujur nak, apa kamu memiliki rasa pada Adinda? ". Tanya Devina pada akhirnya.

Deg..... seketika itu Al langsung mengalihkan tatapannya pada sang mama.

Bukan tanpa sebab Devina menanyakan hal itu pada putranya. Pasalnya Al adalah tipe anak yang selama ini tidak begitu suka jika harus berdekatan dengan banyak wanita, apalagi memberikan perhatian. Tetapi sekarang apa ini, putranya bahkan mengantarnya pulang sampai ke rumahnya.

Begitupun dengan Enriko sang papa, sebenarnya sedari tadi dirinya memang memikirkan tentang hal ini. Mengapa putranya itu sampai rela jauh - jauh untuk mengantar seorang wanita, apalagi wanita yang diantar itu adalah seorang asisten rumah tangga. Ini sama sekali tidak mencerminkan diri putranya.

" Al, jawab pertanyaan mama nak, apa kamu punya perasaan khusus pada Adinda? ". Tanya Devina lagi.

" Haahh..... ". Al menghela nafasnya dengan cukup dalam.

" Maafkan Al ma, Al merasa bertanggung jawab pada Adinda dan juga anak - anak yang dikandungnya". Sahut Al pada akhirnya.

Deg..... Sintia terkejut bukan main, ia mebelalakkan kedua bola matanya tak percaya. Apa maksud perkataan Al tadi, Apakah Al sudah mengetahui jika Adinda sedang mengandung anaknya.

Rasa cemas kini benar - benar membludak di hati Sintia. Wanita yang sedari tadi hanya diam menyaksikan introgasi dari Devina pada Al sudah tidak habis pikir lagi.

Sekarang Sintia sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab Al tetap bersikap dingin padanya. Tetapi tetap saja ini menjadi tanda tanya, mengapa Al bisa memiliki perasaan seperti itu?, jika memang Al sudah mengetahui semuanya lalu mengapa ia tidak mengakui semuanya?.

" Bertanggung jawab, bertanggung jawab bagaimana maksudmu Al? ". Tanya Devina yang merasa khawatir dengan perasaan anaknya.

" Iya ma, Al merasa bertanggung jawab pada Adinda, karena biar bagaimanapun dia hamil karena bekerja di rumah ini ". Kilah Al pada akhirnya.

Akhirnya Devina merasa lega setelah mendengar jawaban dari putranya. Ternyata putranya itu perduli pada ARTnya karena merasa bertanggung jawab atas masalah yang menimpa asistennya itu.

*****

Tanpa terasa waktu malam sudah berjalan hampir larut. Banyak insan yang ingin segera mengistirahatkan raganya tuk menjemput indahnya sangat mimpi.

" Ayah, ayah sudah minum obatnya? ". Tanya Adinda pada sang ayah yang sudah merebahkan diri untuk beristitahat.

" Sudah nak, ayah sudah minum obatnya ". Sahut pak Budi.

" Ya sudah, kalau begitu ayah istirahat ya, Adinda juga mau istirahat di kamar ". Sahutnya sambil menutup tubuh ayahnya itu dengan selimut.

Namun kali ini pak Budi tidak menyahut lagi kalimat dari putrinya. Ada sesuatu yang begitu menarik perhatiannya. Pak Budi merasa ada sesuatu yang tidak ada saat ia memandang putrinya.

" Adinda, sebentar nak ". Seru pak Budi.

" Iya yah ". Sahut Adinda.

" Dimana kalungmu?..... ".

Bersambung..........

Bagi temanan - teman yang berharap kedok Sintia terbongkar, harap bersabar ya, kita tunggu beberapa episode lagi 🙏❤❤❤

🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

kalungnya masih di Al

2023-12-04

0

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

lama gerak

2023-11-13

0

Fierhanyfah Hanyy

Fierhanyfah Hanyy

kalung lanjut thor

2022-05-17

1

lihat semua
Episodes
1 Ternodai
2 Pengakuan Palsu Sintia
3 Keputusan Al
4 Rasa Yang Aneh
5 Meminta Restu
6 Hari Pernikahan
7 Mual - mual
8 Pingsan Di Tengah Resepsi
9 Adinda Hamil
10 Ingin Memastikan
11 Ingin Kembali Ke Desa
12 Mengantar Pulang
13 Bertemu Ayah
14 Dibalik Kalung
15 Kepergian Adinda
16 Pertemuan Tak Terduga
17 Mencoba Menerima
18 Mendekati Hari Kelahiran
19 Sintia Melahirkan
20 Hilangnya Si Bayi
21 Kebenaran Akan Kalung
22 Kemarahan Tuan Herdi
23 Mencari Adinda
24 Surat Perceraian
25 Menemukan Adinda
26 Kelahiran Si Kembar
27 Permohonan Maaf Al
28 Pulang Ke Rumah
29 Rencana Pernikahan
30 Cerita Dari ART
31 Bertemu Paman Herdi
32 Ikatan Suci
33 Sah
34 Trauma
35 Kamu Akan Mencintaiku
36 Pengakuan Adinda
37 Melanjutkan
38 Berusaha Lebih Sabar
39 Rencana Bulan Madu
40 Menuju Inggris
41 Keinginan Suami
42 Aku Mencintaimu
43 Perubahan Vita
44 Merindukan Anak - anak
45 Aku Akan Kembali
46 Bertemu Aganta Dan Damian
47 Memaafkan
48 Ketidaksengajaan Andrew
49 Tentang Tunangan Al
50 Adinda Mencintaimu Mas
51 Tak Rela
52 Tentang Hari Ini
53 Andrew Melamar Vita
54 Bertemu Bi Nadia
55 Niat Jahat?
56 Kejahilan Si Kembar
57 Kemarahan Al
58 Diasingkan
59 Kembali Ke Rumah 2
60 Rencana Punya Debay
61 Kabar Pernikahan
62 Tidak Akan Meninggalkan
63 Menanam Keraguan
64 Akad Nikah Andrew & Vita
65 Secara Perlahan
66 Malam Pertama Andrew Dan Vita
67 Ingin Main Ke Rumah Ayah
68 Panggilan Tak Bersuara
69 Dibuat Pusing
70 Tidak Sabar
71 Masih Penasaran
72 Meminta Rekaman CCTV
73 Mau Baju Princess
74 Kenapa Mas Meninggalkanku?
75 Hanya Kamu Wanitaku
76 Ikut Bahagia
77 Bukti Rekaman CCTV
78 Mall
79 Merasakan Kontraksi
80 Andri Putra Choi
81 Mian Inin Adik Bayi Myh
82 Membuat Adik Bayi
83 Ingin Tahu Walik
84 Hamil Adik Bayi
85 Bereskan Semuanya
86 Tidak Seperti Biasanya
87 Boleh Bertemu
88 Perhatian
89 Mobil Sport Mainan Remote Control
90 Mainan Membawa Petaka
91 Bermurah Hati
92 Permintaan Kenzie
93 Obrolan Tiga Bocil
94 Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95 Istri Dan Anak - anakku
96 Rencana Resepsi Pernikahan
97 Al Dan Tuan David
98 Kedatangan Diandra
99 Rendi Dan Diandra
100 Mian Dak Lewel
101 Pelan - pelan Ya Mas
102 Cinderamata
103 Tuan Muda Tampan
104 Sepenggal Kisah
105 Sepenggal Kisah 2
106 Baju Pengantin
107 Berenang Bersama
108 Akhirnya Bertemu Denganmu
109 Kenyataannya
110 Cintaku Hanya Untuk Adinda
111 Makan Kue Bersama
112 Baju Baby Girl
113 Melindungi Diandra
114 Adik Bayina Dak Delak - delak
115 Foto Bersama
116 Mian Yan Palin Tampan
117 Ungkapan Perasaan Rendi
118 Jadi Ini Istri Al
119 Berusaha Melupakan
120 Kiss Mark
121 Mencoba Gaun Pengantin
122 Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123 Teunapa Dak Ulan Taun
124 Bertemu Kakek Nenek
125 Adinda Mengerti Mas
126 Malam Resepsi Pernikahan
127 Kabar Mengejutkan
128 Mengalami Kendala
129 Kenyataan Yang Terungkap
130 Batas Toleransi Sang Paman
131 Permintaan Devina
132 Hukuman Dari Mama
133 Peringatan Keras Dari Herdi
134 Ingin Menebus Kesalahan
135 Makan Puding Bersama
136 Pemutusan Kontrak Kerja
137 Tempat Tidur Baby Girl
138 Bangun Mas Perutku Sakiiit
139 Alexa Gerald Georgino
140 Baby Alexa
141 Alexa ( Alexander )
142 Tak Menyukai Sintia
143 Mandikan Adik Alexa
144 Mian Duda Minum ACI?
145 Menambah Anak Lagi
146 Alexa Demam
147 Nona Muda Kecil Masuk Angin
148 Ma Ma Ma
149 Empat Tahun
150 Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151 Kembar Lagi ( Bonus )
152 Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153 Takut Dioperasi ( Bonus )
154 Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155 Gerobak Bakso ( Bonus )
156 Terlalu Doyan ( Bonus )
157 Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158 Pengumuman Novel Baru
159 Malam Kehancuran (21+)
160 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Ternodai
2
Pengakuan Palsu Sintia
3
Keputusan Al
4
Rasa Yang Aneh
5
Meminta Restu
6
Hari Pernikahan
7
Mual - mual
8
Pingsan Di Tengah Resepsi
9
Adinda Hamil
10
Ingin Memastikan
11
Ingin Kembali Ke Desa
12
Mengantar Pulang
13
Bertemu Ayah
14
Dibalik Kalung
15
Kepergian Adinda
16
Pertemuan Tak Terduga
17
Mencoba Menerima
18
Mendekati Hari Kelahiran
19
Sintia Melahirkan
20
Hilangnya Si Bayi
21
Kebenaran Akan Kalung
22
Kemarahan Tuan Herdi
23
Mencari Adinda
24
Surat Perceraian
25
Menemukan Adinda
26
Kelahiran Si Kembar
27
Permohonan Maaf Al
28
Pulang Ke Rumah
29
Rencana Pernikahan
30
Cerita Dari ART
31
Bertemu Paman Herdi
32
Ikatan Suci
33
Sah
34
Trauma
35
Kamu Akan Mencintaiku
36
Pengakuan Adinda
37
Melanjutkan
38
Berusaha Lebih Sabar
39
Rencana Bulan Madu
40
Menuju Inggris
41
Keinginan Suami
42
Aku Mencintaimu
43
Perubahan Vita
44
Merindukan Anak - anak
45
Aku Akan Kembali
46
Bertemu Aganta Dan Damian
47
Memaafkan
48
Ketidaksengajaan Andrew
49
Tentang Tunangan Al
50
Adinda Mencintaimu Mas
51
Tak Rela
52
Tentang Hari Ini
53
Andrew Melamar Vita
54
Bertemu Bi Nadia
55
Niat Jahat?
56
Kejahilan Si Kembar
57
Kemarahan Al
58
Diasingkan
59
Kembali Ke Rumah 2
60
Rencana Punya Debay
61
Kabar Pernikahan
62
Tidak Akan Meninggalkan
63
Menanam Keraguan
64
Akad Nikah Andrew & Vita
65
Secara Perlahan
66
Malam Pertama Andrew Dan Vita
67
Ingin Main Ke Rumah Ayah
68
Panggilan Tak Bersuara
69
Dibuat Pusing
70
Tidak Sabar
71
Masih Penasaran
72
Meminta Rekaman CCTV
73
Mau Baju Princess
74
Kenapa Mas Meninggalkanku?
75
Hanya Kamu Wanitaku
76
Ikut Bahagia
77
Bukti Rekaman CCTV
78
Mall
79
Merasakan Kontraksi
80
Andri Putra Choi
81
Mian Inin Adik Bayi Myh
82
Membuat Adik Bayi
83
Ingin Tahu Walik
84
Hamil Adik Bayi
85
Bereskan Semuanya
86
Tidak Seperti Biasanya
87
Boleh Bertemu
88
Perhatian
89
Mobil Sport Mainan Remote Control
90
Mainan Membawa Petaka
91
Bermurah Hati
92
Permintaan Kenzie
93
Obrolan Tiga Bocil
94
Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95
Istri Dan Anak - anakku
96
Rencana Resepsi Pernikahan
97
Al Dan Tuan David
98
Kedatangan Diandra
99
Rendi Dan Diandra
100
Mian Dak Lewel
101
Pelan - pelan Ya Mas
102
Cinderamata
103
Tuan Muda Tampan
104
Sepenggal Kisah
105
Sepenggal Kisah 2
106
Baju Pengantin
107
Berenang Bersama
108
Akhirnya Bertemu Denganmu
109
Kenyataannya
110
Cintaku Hanya Untuk Adinda
111
Makan Kue Bersama
112
Baju Baby Girl
113
Melindungi Diandra
114
Adik Bayina Dak Delak - delak
115
Foto Bersama
116
Mian Yan Palin Tampan
117
Ungkapan Perasaan Rendi
118
Jadi Ini Istri Al
119
Berusaha Melupakan
120
Kiss Mark
121
Mencoba Gaun Pengantin
122
Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123
Teunapa Dak Ulan Taun
124
Bertemu Kakek Nenek
125
Adinda Mengerti Mas
126
Malam Resepsi Pernikahan
127
Kabar Mengejutkan
128
Mengalami Kendala
129
Kenyataan Yang Terungkap
130
Batas Toleransi Sang Paman
131
Permintaan Devina
132
Hukuman Dari Mama
133
Peringatan Keras Dari Herdi
134
Ingin Menebus Kesalahan
135
Makan Puding Bersama
136
Pemutusan Kontrak Kerja
137
Tempat Tidur Baby Girl
138
Bangun Mas Perutku Sakiiit
139
Alexa Gerald Georgino
140
Baby Alexa
141
Alexa ( Alexander )
142
Tak Menyukai Sintia
143
Mandikan Adik Alexa
144
Mian Duda Minum ACI?
145
Menambah Anak Lagi
146
Alexa Demam
147
Nona Muda Kecil Masuk Angin
148
Ma Ma Ma
149
Empat Tahun
150
Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151
Kembar Lagi ( Bonus )
152
Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153
Takut Dioperasi ( Bonus )
154
Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155
Gerobak Bakso ( Bonus )
156
Terlalu Doyan ( Bonus )
157
Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158
Pengumuman Novel Baru
159
Malam Kehancuran (21+)
160
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!