Sintia Melahirkan

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

Namun siapa sangka, yang menjadi pusat perhatian Al dari berkas kerja samanya bukanlah kepopuleran perusahaannya, tetapi nama dari CEO perusahaan itu.

" Hermawan Aditama Kanzu, Adinda Zilvanya Kanzu, kenapa nama belakangnya mirip dengan nama Adinda? ".

" Apa mungkin nama mereka hanya kebetulan mirip saja, tapi nama Kanzu ini adalah nama marga dari sebuah keluarga, mana mungkin Adinda bagian dari keluarga Aditama yang bisa dipastikan semuanya bermarga Kanzu ". Batin Al bertanya - tanya.

" Andrew ". Panggil Al.

" Iya tuan ". Sahut Andrew.

" Apa menurutmu nama seseorang dengan marga Kanzu ada lebih dari satu di kota ini? ". Tanya Al yang ingin memastikan.

Andrew mengerutkan keningnya bingung, apa maksud dari tuannya, kenapa tuannya menanyakan tetang marga seseorang?.

" Maaf tuan, saya tidak mengerti maksud tuan ". Sahut Andrew.

" Haahh..... ". Al menghela nafasnya. Rupanya asistennya ini tidak selamanya pintar. Atau mungkin memang Al lah, dalam melontarkan pertanyaannya tidak jelas.

" Maksudku adalah, orang yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita adalah orang dari keluarga Aditama yang semuanya memiliki marga Kanzu, apakah di kota ini selain keluarga dari Aditama adakah orang dari keluarga lain yang juga memiliki marga Kanzu? ". Tanya Al dengan memperjelas kalimatanya.

Akhirnya Andrew baru memahami maksud dari pertanyaan tuannya. Kenapa tuannya itu bertanya dengan kalimat yang tidak jelas, seharusnya dia kan bertanya dengan pertanyaan seperti yang baru saja dilontarkan, agar dirinya tak gagal paham.

" Berdasarkan informasi dan keterangan yang saya dapat tentang keluarga Aditama, sebuah marga dengan nama Kanzu hanya dimiliki oleh keturunan dari keluarga Aditama saja tuan, bahkan dari banyaknya CEO yang pernah bekerja sama dengan perusahaan kita hanya tuan Hermawan sajalah yang memiliki marga Kanzu ". Sahut Andrew panjang lebar.

Entah mengapa Al merasakan ada suatu kejanggalan. Jika memang benar marga Kanzu hanya dimiliki oleh keluarga Aditama, lalu mengapa nama belakang Adinda juga Kanzu, tidak mungkin kan jika ini suatu kebetulan.

" Andrew " Panggil Al.

" Iya tuan ". Sahut Andrew.

" Apakah menurutmu orang biasa yang tidak memiliki suatu marga juga bisa memiliki nama Kanzu? ". Tanya Al lagi.

Andrew nampak berfikir, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan tuannya.

" Selama saya hidup dan bekerja pada tuan, saya tidak pernah mendengar nama seseorang dengan nama ataupun marga Kanzu selain dari keluarga Aditama saja. Tapi, mungkin saja di luar sana kecuali di kota ini ada orang dengan nama Kanzu tuan ". Sahut Andrew.

Dan Al pun mengangguk, mungkin saja di luar sana ada orang dengan nama belakangnya bernama Kanzu, dan mungkin salah satunya itu nama belakang Adinda.

" Baiklah, aku akan bekerja sama dengan perusahaan Aditama Group ini, kira - kira kapan aku bisa melakukan pertemuan dengan tuan Aditama? ". Ujar Al sepakat.

" Jika tuan sudah menerima kontrak kerja sama ini, tuan Herdi di minggu depan ini akan menemui tuan secara langsung ". Sahut Andrew.

" Tuan Herdi? ". Tanya Al bingung.

Andrew teringat jika tuanya masih belum mengetahui tentang orang dengan nama panggilan Herdi itu.

" Oh maaf tuan, maksud saya adalah tuan Hermawan Aditama Kanzu atau biasa dipanggil dengan tuan Herdi, beliau sendirilah minggu depan yang akan datang kemari menemui tuan Al ". Sahut Andrew lagi untuk memperjelas.

Dan Al pun baru memahaminya.

*****

Senyum bahagia sepertinya begitu terpancar di wajah gadis yang sudah menjalankan misinya. Menuju rumah kecilnya menjadi tujuannya saat ini. Pundi - pundi rupiah pun telah berhasil dirinya dapatkan.

Tak lupa rasa syukurnya pada yang Maha Kuasa, selalu ia panjatkan. Berapapun rejeki yang ia dapat, selalu menerimanya dengan penuh rasa syukur.

Ya, seperti pagi ini, Adinda terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak semua kue - kue hasil buatan telah laku terjual dan tak menyisakan satupun.

Kendaraan roda dua yang menggunakan daya listrik itu yang selalu setia menemani Adinda kemanapun dirinya pergi, kini mulai memasuki halaman kecil rumahnya.

" Alhamdulillah, akhirnya aku sudah sampai ". Seru Adinda.

Gadis berhijab yang tengah hamil besar itupun mencoba mengeluarkan bahan - bahan untuk adonan kue yang sempat dibelinya tadi ranjang sepeda listriknya.

Saat Adinda tengah sibuk menurunkan bahan - bahan untuk pembuatan kuenya, tiba - tiba saja ada Vita yang datang dari arah belakang dan mendekati Adinda.

" Adinda " Panggil Vita.

" Eh, iya ". Sahut Adinda dan mencoba menoleh ke arah sumber suara.

" Wah, tumben pagi sekali kamu sudah pulang, memangnya kuenya sudah habis? ". Tanya Vita.

" Iya Vit, alhamdulillah semua kue ku sudah laku terjual ". Sahut Adinda tersenyum.

" Alhamdulillah, aku turut senang, mungkin karena ini rejeki si kembar juga ". Seru Vita.

" Iya, kamu benar Vit, setiap anak pasti sudah Allah titipkan rejekinya masing - masing ". Sahut Adinda.

" Ya sudah, kamu mau bawa bahan - bahan kue ini masuk kan, biar aku bantu ya ". Seru Vita yang ingin membantu.

Adinda pun mengangguk " Iya boleh, terima kasih ya Vita ". Sahut Adinda.

" Iya ". Sahut Vita.

Ya, dialah Vita Ramadani yang sudah hampir empat bulan ini menjadi teman dekat Adinda. Mungkin dari sekian banyak orang yang mengenal Adinda, hanya Vita lah yang paling baik pada Adinda. Tidak seperti tetangga - tetangga lain yang memandang buruk pada Adinda.

Bagi Vita, tidak ada manusia yang benar - benar suci di dunia ini, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, hanya saja bentuk saja yang berbeda - beda. Meski Vita tahu Adinda hamil diluar ikatan pernikahan, tidak pernah sekalipun Vita memandang buruk Adinda.

Ya, Vita tidak tahu saja, jika Adinda memiliki nasib seperti itu karena telah dinodai oleh majikannya sendiri, begitupun dengan Adinda, tidak pernah sekalipun Adinda menceritakan pada Vita bagaimana dirinya sampai hamil diluar ikatan pernikahan.

Kini dua gadis dengan usia yang sama namun memiliki kondisi tubuh yang berbeda itu telah berada di depan pintu rumah Adinda. Dibukanya pintu rumah itu dengan kunci cadangan yang Adinda bawa.

Ceklek..... pintu pun dibuka.

" Assalamu'alaikum ayah ". Seru Adinda mengucap salam.

" Waalaikum salam ". Sahut pak Budi yang tengah duduk di ruang tamu minimalis nya dengan sedikit tersentak kaget.

" Loh, nak, kamu sudah pulang? ".Tanya pak Budi yang sedikit heran, karena jika di waktu biasa Adinda pulang sekitar pukul sembilan pagi.

" Iya ayah, Adinda pulang lebih cepat hari ini, karena semua dagangan kue Adinda sudah habis terjual ". Sahut Adinda dengan sambil menyaut punggung tangan ayahnya untuk ia salami.

" Alhamdulillah ". Ucap syukur pak Budi.

" Ayah sudah minum obatnya? ". Tanya Adinda sebelum dirinya masuk ke dapur.

" Sudah nak, baru beberapa menit yang lalu ayah meminum obatnya ". Sahut pak Budi.

" Ya sudah, kalau begitu Adinda mau ke dapur dulu, mau buat adonan kuenya yang mau dijual besok ". Sahut Adinda, dan diangguki oleh pak Budi.

" Mari ayah ". Seru Vita, dan ia pun mengikuti langkah Adinda menuju dapur.

Kini dua gadis yang sama - sama hampir berusia sembilan belas tahun itu, meletakkan bahan - bahan kuenya di sebuah meja yang tidak terlalu besar itu.

" Terima kasih ya Vita kamu sudah mau membantu ". Ucap Adinda berterima kasih.

" Iya sama - sama, aku senang kok bisa membantu kamu ". Sahut dengan tersenyum.

" Duduk dulu ya, sebentar aku buatkan minum dulu untuk mu ". Ucap Adinda.

Vita pun duduk di salah satu kursi yang ada di dekat meja itu.

" Ini minumannya ". Seru Adinda dengan meletakkan minuman buatannya itu di atas meja.

" Terima kasih ya Adinda " Sahut Vita.

" Sama - sama ". Sahut Adinda.

" Adinda, usia kandungan kamu sudah berapa bulan, memangnya apa tidak apa - apa kalau kamu harus bekerja terus seperti ini, kalau aku lihat dari kondisi perutmu, sepertinya sudah hampir mendekati hari kelahiran ". Ujar Vita setelah dirinya selesai meminum minumannya.

" Haahh..... ". Adinda menghela nafasnya cukup panjang. Memang benar apa yang dikatakan oleh temannya. Kini usianya sudah hampir mendekati hari melahirkan tetapi dirinya masih harus bekerja.

" Ya, mau bagaimana lagi Vita, aku harus tetap bekerja agar aku punya tabungan yang cukup untuk biaya persalinan nanti ". Sahut Adinda lirih.

Vita, yang menyaksikan nasib temannya itu, merasa sangat tak tega. Seharusnya dalam kondisinya yang seperti ini sudah bukan waktunya lagi untuk ia bekerja.

Dan hal yang tak terduga itupun muncul dari belahan bibir Vita, yaitu suatu kalimat yang sebenarnya ia sendiri tidak mau mengeluarkan nya, namun karena rasa tak teganya pada temannya itu, membuat Vita reflek mengatakannya.

" Memangnya ayah dari anak yang kamu kandung tidak pernah memberimu nafkah?, ya meskipun dia tidak memberikannya untuk kamu, tetapi setidaknya dia memberikan nafkah pada anak - anaknya ". Ucap Vita telak, namun di dalam lubuk hatinya Vita sendiri merasa bersalah karena sudah mengatakannya.

Mendengar pernyataan dari temannya membuat Adinda terdiam. Adinda sama sekali tidak merasa tersinggung dengan perkataan temannya, wajar saja jika Vita mengatakan hal seperti itu, pasti temannya itu merasa tak tega melihat kondisinya yang seperti ini.

Bukan karena ayah dari anak - anaknya yang tak mau menafkahi, tetapi Adinda sendirilah yang menolaknya. Ya, sampai saat ini, Adinda masih belum menggunakan black card pemberian dari tuan Al nya itu, padahal jika dirinya mau menggunakan kartu tanpa batas itu, sudah bisa dipastikan jika semua kebutuhannya akan terpenuhi.

" Sebenarnya ayah dari anak - anak yang aku kandung sudah memberikan uang yang jauh lebih cukup dari apa yang aku butuhkan, hanya saja aku merasa enggan untuk menggunakan nya ". Sahut Adinda lirih pada akhirnya.

Vita yang mendengarnya pun langsung tertegun tak percaya, ternyata ayah dari anak temannya memberikan nafkah, sungguh Vita telah berburuk sangka pada orang yang ia anggap sudah tidak bertanggung jawab pada teman dekatnya, tetapi nyatanya ia menafkahi, lalu mengapa temannya ini malah menolak dan memilih untuk bekerja sendiri, bukankah menggunakan uang yang sudah disediakan itu lebih nyaman daripada harus lelah - lelah bekerja.

" Lalu kenapa kamu menolaknya Adinda, bukankah kalau kamu istirahat dan menggunakan pemberian dari ayah anak yang kamu kandung itu lebih baik, jadi dengan seperti itu kamu tidak perlu lelah - lelah untuk bekerja ". Sahut Vita yang merasa heran dengan temannya itu.

Adinda hanya terdiam, ya ini memang lah salahnya. Tuan Al nya sudah memberi dia uang yang tidak akan pernah habis jika digunakan tetapi ia malah tidak menggunakannya.

" Adinda ". Seru Vita lembut dengan menggenggam kedua tangan temannya.

" Kamu saat ini sedang mengandung, dan sebentar lagi kamu akan melahirkan, bukan saatnya lagi untuk kamu bekerja Adinda, jadi mulai sekarang berhentilah kamu bekerja, gunakanlah uang pemberian dari ayah si kembar untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan juga si kembar, kasihan mereka berdua yang ada di perutmu jika harus terus - terusan ikut bekerja ". Ucap Vita menasehati dengan tetap menggenggam kedua tangan Adinda.

" Haahh..... ". Adinda menghela nafasnya cukup dalam. Apa mungkin jika sekarang saatnya lah dirinya menggunakan pemberian dari tuan Al nya itu.

" Baiklah, aku akan mengikuti saran mu " Sahut Adinda pada akhirnya.

Vita turut senang mendengarnya. " Ya sudah, besok kita periksa ke dokter ya, aku ingin tahu kapan perkiraan kamu akan melahirkan ". Ujar Vita.

" Sepertinya anak - anakku akan lahir sekitar satu bulan lagi Vita ". Sahut Adinda.

Vita mengerutkan keningnya, sepertinya temannya ini sok tahu.

" Dari mana kamu tahu? ". Tanya Vita tak percaya.

" Dari mimpi ". Sahut Adinda polos.

" Ha ha ha ha ". Vita tertawa terbahak - bahak mendengar ucapan tidak masuk akal dari temannya yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu.

" Aduh Adinda, kamu ini ada - ada saja, mana ada waktu untuk melahirkan bisa diketahui lewat mimpi ". Sahut Vita dengan menahan perutnya.

" Iya memang tidak bisa dipastikan sih, tapi aku yakin kok, aku akan melahirkan satu bulan lagi, soalnya aku bermimpi bertemu dengan Almarhum kakek, dan kata kakek aku akan melahirkan satu bulan lagi, karena kata kakek akan ada orang yang sangat menyayangi dan mencintai aku yang akan datang menemaniku, mungkin aku akan melahirkan di usia sepuluh bulan kehamilan ". Sahut Adinda menjelaskan tentang mimpinya.

Vita yang awalnya tertawa dengan terbahak-bahak itupun langsung terdiam, entah apa yang menjadi penyebabnya.

*****

Hari yang dinantikan oleh semua keluarga Georgino itupun telah tiba. Mereka semua begitu tidak sabar menantikan kehadiran sosok mungil yang akan menjadi penerus dari keluarga Georgino itu.

Ya, hari ini adalah hari dimana Sintia akan melakukan proses persalinannya demi menyambut sang buah hati.

Menurut prediksi dokter ahli kandungan yang memang selalu menangani Sintia ketika melakukan pemeriksaan, diperkirakan Sintia akan melahirkan empat hari lagi. Sehingga dari itu, Al sudah memutuskan agar dilakukan operasi cesar dua hari sebelum hari prediksi itu tiba. Dan dokter pun tidak mempermasalahkan hal itu.

Semua keluarga Georgino kini dilanda kecemasan. Doa terbaik pun tak lepas untuk mereka panjatkan agar proses operasi berjalan dengan lancar.

" Al, kenapa kamu tidak menemani istrimu Sintia di dalam? ". Tanya Devina pada putranya.

" Sintia menolak untuk aku temani ma ". Sahut Al singkat.

" Ya, kalau Sintia menolak, ya kamu jangan mau melakukannya, perempuan itu terkadang malu untuk ditemani Al ". Sahut Devina.

" Sudah ma, Al sedari tadi sudah mengatakan kalau Al akan menemani Sintia di dalam, tetapi dia malah menolak ". Sahut Al yang sedikit jengah pada mamanya.

" Sudahlah ma, tidak perlu disaat seperti ini kita sibuk mempermasalahkannya, Sintia hanya berusaha untuk melakukan sesuatu yang membuat dirinya nyaman, kalau memang dengan tidak ditemani oleh suaminya saat proses bersalin berlangsung, ya sudah ". Sahut Enriko pada akhirnya.

Sedangkan bu Nadia saat ini jangan ditanya lagi, lantunan doa tak lepas terhenti untuk selalu ia panjatkan pada yang di atas, dengan harapan agar sang putri dan juga cucunya bisa selamat.

Lampu merah yang terletak di atas pintu ruang operasi itupun telah menyala, yang menandakan kegiatan operasi sedang dilangsungkan.

Dengan perasaan harap - harap cemas mereka semua menanti. Tak lepas dua wanita paru baya itupun saling merangkul untuk memberikan kekuatan.

Hingga sekitar hampir tiga puluh menit lamanya, terdengar suara tangisan bayi yang begitu menggema hingga keluar dari ruangan operasi itu.

Semua anggota keluarga yang mendengarnya begitu tersentak dan juga terharu dalam waktu yang bersamaan. Suara tangisan bayi yang begitu menggema itu telah berhasil menerbitkan senyuman bahagia dari para orang tua.

Hingga tidak berselang lama keluarlah dokter dari ruangan itu.

" Dokter bagaimana keadaan cucu dan menantu saya? ". Tanya Devina yang merasa khawatir.

" Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar, ibu dan bayinya pun selamat ".

" Alhamdulillah ". Sahut mereka bersamaan.

" Tuan Al, selamat atas kelahiran putra anda ". Ucap dokter itu dengan mengulurkan tangannya pada Al.

" Terima kasih dok ". Sahut Al dengan menerima uluran tangan dokter itu.

*****

Kini Sintia telah berada di ruang perawatan VVIP, sedangkan sang putra masih di ruangan bayi. Sesuai permintaan dokter jika putranya masih harus menjalani perawatan selama dua hari ke depan.

Semua keluarga Georgino sedang berada di dekat ruangan bayi untuk melihat Alexander junior. Namun kali ini ada yang dirasa aneh oleh Devina, Ia hanya bertanya-tanya dalam benaknya, mengapa cucunya yang baru lahir itu tidak ada mirip - miripnya sama sekali dengan keturunan Georgino yang notabene nya memiliki wajah khas seorang bule, bahkan wajah cucunya sama sekali tidak mirip dengan Al, padahal dia adalah ayah kandungnya. Namun apapun itu Devina tetap menerimanya dengan bahagia, karena biar bagaimanapun Alexander junior yang masih belum memiliki nama itu adalah cucunya.

Bersambung..........

Ini Author sudah update, semoga kalian senang ya🙏❤❤❤

🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Handayanie Nhie

Handayanie Nhie

y atuh yg bkin'y ay warga lokal gmn mau ad muka bule"ny,sintiaaa trllu dangkal pikirannya 🤣

2023-10-17

0

yuce

yuce

kan benarkan anak sintia kagak mrip2 sama sekali dengan al. patut dicurigai mah.

2022-10-14

1

Maureen Togiana Napitupulu

Maureen Togiana Napitupulu

kak kynya kl utk hamil kembar ga biasa deh lbh dr 9bln yg ada malah prematur biasanya krg dr 9bln krna aku punya anak kembar dan usia kandungan 8 bln aku udh partus. caiyo thor

2022-06-15

0

lihat semua
Episodes
1 Ternodai
2 Pengakuan Palsu Sintia
3 Keputusan Al
4 Rasa Yang Aneh
5 Meminta Restu
6 Hari Pernikahan
7 Mual - mual
8 Pingsan Di Tengah Resepsi
9 Adinda Hamil
10 Ingin Memastikan
11 Ingin Kembali Ke Desa
12 Mengantar Pulang
13 Bertemu Ayah
14 Dibalik Kalung
15 Kepergian Adinda
16 Pertemuan Tak Terduga
17 Mencoba Menerima
18 Mendekati Hari Kelahiran
19 Sintia Melahirkan
20 Hilangnya Si Bayi
21 Kebenaran Akan Kalung
22 Kemarahan Tuan Herdi
23 Mencari Adinda
24 Surat Perceraian
25 Menemukan Adinda
26 Kelahiran Si Kembar
27 Permohonan Maaf Al
28 Pulang Ke Rumah
29 Rencana Pernikahan
30 Cerita Dari ART
31 Bertemu Paman Herdi
32 Ikatan Suci
33 Sah
34 Trauma
35 Kamu Akan Mencintaiku
36 Pengakuan Adinda
37 Melanjutkan
38 Berusaha Lebih Sabar
39 Rencana Bulan Madu
40 Menuju Inggris
41 Keinginan Suami
42 Aku Mencintaimu
43 Perubahan Vita
44 Merindukan Anak - anak
45 Aku Akan Kembali
46 Bertemu Aganta Dan Damian
47 Memaafkan
48 Ketidaksengajaan Andrew
49 Tentang Tunangan Al
50 Adinda Mencintaimu Mas
51 Tak Rela
52 Tentang Hari Ini
53 Andrew Melamar Vita
54 Bertemu Bi Nadia
55 Niat Jahat?
56 Kejahilan Si Kembar
57 Kemarahan Al
58 Diasingkan
59 Kembali Ke Rumah 2
60 Rencana Punya Debay
61 Kabar Pernikahan
62 Tidak Akan Meninggalkan
63 Menanam Keraguan
64 Akad Nikah Andrew & Vita
65 Secara Perlahan
66 Malam Pertama Andrew Dan Vita
67 Ingin Main Ke Rumah Ayah
68 Panggilan Tak Bersuara
69 Dibuat Pusing
70 Tidak Sabar
71 Masih Penasaran
72 Meminta Rekaman CCTV
73 Mau Baju Princess
74 Kenapa Mas Meninggalkanku?
75 Hanya Kamu Wanitaku
76 Ikut Bahagia
77 Bukti Rekaman CCTV
78 Mall
79 Merasakan Kontraksi
80 Andri Putra Choi
81 Mian Inin Adik Bayi Myh
82 Membuat Adik Bayi
83 Ingin Tahu Walik
84 Hamil Adik Bayi
85 Bereskan Semuanya
86 Tidak Seperti Biasanya
87 Boleh Bertemu
88 Perhatian
89 Mobil Sport Mainan Remote Control
90 Mainan Membawa Petaka
91 Bermurah Hati
92 Permintaan Kenzie
93 Obrolan Tiga Bocil
94 Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95 Istri Dan Anak - anakku
96 Rencana Resepsi Pernikahan
97 Al Dan Tuan David
98 Kedatangan Diandra
99 Rendi Dan Diandra
100 Mian Dak Lewel
101 Pelan - pelan Ya Mas
102 Cinderamata
103 Tuan Muda Tampan
104 Sepenggal Kisah
105 Sepenggal Kisah 2
106 Baju Pengantin
107 Berenang Bersama
108 Akhirnya Bertemu Denganmu
109 Kenyataannya
110 Cintaku Hanya Untuk Adinda
111 Makan Kue Bersama
112 Baju Baby Girl
113 Melindungi Diandra
114 Adik Bayina Dak Delak - delak
115 Foto Bersama
116 Mian Yan Palin Tampan
117 Ungkapan Perasaan Rendi
118 Jadi Ini Istri Al
119 Berusaha Melupakan
120 Kiss Mark
121 Mencoba Gaun Pengantin
122 Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123 Teunapa Dak Ulan Taun
124 Bertemu Kakek Nenek
125 Adinda Mengerti Mas
126 Malam Resepsi Pernikahan
127 Kabar Mengejutkan
128 Mengalami Kendala
129 Kenyataan Yang Terungkap
130 Batas Toleransi Sang Paman
131 Permintaan Devina
132 Hukuman Dari Mama
133 Peringatan Keras Dari Herdi
134 Ingin Menebus Kesalahan
135 Makan Puding Bersama
136 Pemutusan Kontrak Kerja
137 Tempat Tidur Baby Girl
138 Bangun Mas Perutku Sakiiit
139 Alexa Gerald Georgino
140 Baby Alexa
141 Alexa ( Alexander )
142 Tak Menyukai Sintia
143 Mandikan Adik Alexa
144 Mian Duda Minum ACI?
145 Menambah Anak Lagi
146 Alexa Demam
147 Nona Muda Kecil Masuk Angin
148 Ma Ma Ma
149 Empat Tahun
150 Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151 Kembar Lagi ( Bonus )
152 Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153 Takut Dioperasi ( Bonus )
154 Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155 Gerobak Bakso ( Bonus )
156 Terlalu Doyan ( Bonus )
157 Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158 Pengumuman Novel Baru
159 Malam Kehancuran (21+)
160 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Ternodai
2
Pengakuan Palsu Sintia
3
Keputusan Al
4
Rasa Yang Aneh
5
Meminta Restu
6
Hari Pernikahan
7
Mual - mual
8
Pingsan Di Tengah Resepsi
9
Adinda Hamil
10
Ingin Memastikan
11
Ingin Kembali Ke Desa
12
Mengantar Pulang
13
Bertemu Ayah
14
Dibalik Kalung
15
Kepergian Adinda
16
Pertemuan Tak Terduga
17
Mencoba Menerima
18
Mendekati Hari Kelahiran
19
Sintia Melahirkan
20
Hilangnya Si Bayi
21
Kebenaran Akan Kalung
22
Kemarahan Tuan Herdi
23
Mencari Adinda
24
Surat Perceraian
25
Menemukan Adinda
26
Kelahiran Si Kembar
27
Permohonan Maaf Al
28
Pulang Ke Rumah
29
Rencana Pernikahan
30
Cerita Dari ART
31
Bertemu Paman Herdi
32
Ikatan Suci
33
Sah
34
Trauma
35
Kamu Akan Mencintaiku
36
Pengakuan Adinda
37
Melanjutkan
38
Berusaha Lebih Sabar
39
Rencana Bulan Madu
40
Menuju Inggris
41
Keinginan Suami
42
Aku Mencintaimu
43
Perubahan Vita
44
Merindukan Anak - anak
45
Aku Akan Kembali
46
Bertemu Aganta Dan Damian
47
Memaafkan
48
Ketidaksengajaan Andrew
49
Tentang Tunangan Al
50
Adinda Mencintaimu Mas
51
Tak Rela
52
Tentang Hari Ini
53
Andrew Melamar Vita
54
Bertemu Bi Nadia
55
Niat Jahat?
56
Kejahilan Si Kembar
57
Kemarahan Al
58
Diasingkan
59
Kembali Ke Rumah 2
60
Rencana Punya Debay
61
Kabar Pernikahan
62
Tidak Akan Meninggalkan
63
Menanam Keraguan
64
Akad Nikah Andrew & Vita
65
Secara Perlahan
66
Malam Pertama Andrew Dan Vita
67
Ingin Main Ke Rumah Ayah
68
Panggilan Tak Bersuara
69
Dibuat Pusing
70
Tidak Sabar
71
Masih Penasaran
72
Meminta Rekaman CCTV
73
Mau Baju Princess
74
Kenapa Mas Meninggalkanku?
75
Hanya Kamu Wanitaku
76
Ikut Bahagia
77
Bukti Rekaman CCTV
78
Mall
79
Merasakan Kontraksi
80
Andri Putra Choi
81
Mian Inin Adik Bayi Myh
82
Membuat Adik Bayi
83
Ingin Tahu Walik
84
Hamil Adik Bayi
85
Bereskan Semuanya
86
Tidak Seperti Biasanya
87
Boleh Bertemu
88
Perhatian
89
Mobil Sport Mainan Remote Control
90
Mainan Membawa Petaka
91
Bermurah Hati
92
Permintaan Kenzie
93
Obrolan Tiga Bocil
94
Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95
Istri Dan Anak - anakku
96
Rencana Resepsi Pernikahan
97
Al Dan Tuan David
98
Kedatangan Diandra
99
Rendi Dan Diandra
100
Mian Dak Lewel
101
Pelan - pelan Ya Mas
102
Cinderamata
103
Tuan Muda Tampan
104
Sepenggal Kisah
105
Sepenggal Kisah 2
106
Baju Pengantin
107
Berenang Bersama
108
Akhirnya Bertemu Denganmu
109
Kenyataannya
110
Cintaku Hanya Untuk Adinda
111
Makan Kue Bersama
112
Baju Baby Girl
113
Melindungi Diandra
114
Adik Bayina Dak Delak - delak
115
Foto Bersama
116
Mian Yan Palin Tampan
117
Ungkapan Perasaan Rendi
118
Jadi Ini Istri Al
119
Berusaha Melupakan
120
Kiss Mark
121
Mencoba Gaun Pengantin
122
Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123
Teunapa Dak Ulan Taun
124
Bertemu Kakek Nenek
125
Adinda Mengerti Mas
126
Malam Resepsi Pernikahan
127
Kabar Mengejutkan
128
Mengalami Kendala
129
Kenyataan Yang Terungkap
130
Batas Toleransi Sang Paman
131
Permintaan Devina
132
Hukuman Dari Mama
133
Peringatan Keras Dari Herdi
134
Ingin Menebus Kesalahan
135
Makan Puding Bersama
136
Pemutusan Kontrak Kerja
137
Tempat Tidur Baby Girl
138
Bangun Mas Perutku Sakiiit
139
Alexa Gerald Georgino
140
Baby Alexa
141
Alexa ( Alexander )
142
Tak Menyukai Sintia
143
Mandikan Adik Alexa
144
Mian Duda Minum ACI?
145
Menambah Anak Lagi
146
Alexa Demam
147
Nona Muda Kecil Masuk Angin
148
Ma Ma Ma
149
Empat Tahun
150
Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151
Kembar Lagi ( Bonus )
152
Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153
Takut Dioperasi ( Bonus )
154
Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155
Gerobak Bakso ( Bonus )
156
Terlalu Doyan ( Bonus )
157
Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158
Pengumuman Novel Baru
159
Malam Kehancuran (21+)
160
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!