Selamat Membaca
🌹🌹🌹🌹🌹
Namun siapa sangka, yang menjadi pusat perhatian Al dari berkas kerja samanya bukanlah kepopuleran perusahaannya, tetapi nama dari CEO perusahaan itu.
" Hermawan Aditama Kanzu, Adinda Zilvanya Kanzu, kenapa nama belakangnya mirip dengan nama Adinda? ".
" Apa mungkin nama mereka hanya kebetulan mirip saja, tapi nama Kanzu ini adalah nama marga dari sebuah keluarga, mana mungkin Adinda bagian dari keluarga Aditama yang bisa dipastikan semuanya bermarga Kanzu ". Batin Al bertanya - tanya.
" Andrew ". Panggil Al.
" Iya tuan ". Sahut Andrew.
" Apa menurutmu nama seseorang dengan marga Kanzu ada lebih dari satu di kota ini? ". Tanya Al yang ingin memastikan.
Andrew mengerutkan keningnya bingung, apa maksud dari tuannya, kenapa tuannya menanyakan tetang marga seseorang?.
" Maaf tuan, saya tidak mengerti maksud tuan ". Sahut Andrew.
" Haahh..... ". Al menghela nafasnya. Rupanya asistennya ini tidak selamanya pintar. Atau mungkin memang Al lah, dalam melontarkan pertanyaannya tidak jelas.
" Maksudku adalah, orang yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita adalah orang dari keluarga Aditama yang semuanya memiliki marga Kanzu, apakah di kota ini selain keluarga dari Aditama adakah orang dari keluarga lain yang juga memiliki marga Kanzu? ". Tanya Al dengan memperjelas kalimatanya.
Akhirnya Andrew baru memahami maksud dari pertanyaan tuannya. Kenapa tuannya itu bertanya dengan kalimat yang tidak jelas, seharusnya dia kan bertanya dengan pertanyaan seperti yang baru saja dilontarkan, agar dirinya tak gagal paham.
" Berdasarkan informasi dan keterangan yang saya dapat tentang keluarga Aditama, sebuah marga dengan nama Kanzu hanya dimiliki oleh keturunan dari keluarga Aditama saja tuan, bahkan dari banyaknya CEO yang pernah bekerja sama dengan perusahaan kita hanya tuan Hermawan sajalah yang memiliki marga Kanzu ". Sahut Andrew panjang lebar.
Entah mengapa Al merasakan ada suatu kejanggalan. Jika memang benar marga Kanzu hanya dimiliki oleh keluarga Aditama, lalu mengapa nama belakang Adinda juga Kanzu, tidak mungkin kan jika ini suatu kebetulan.
" Andrew " Panggil Al.
" Iya tuan ". Sahut Andrew.
" Apakah menurutmu orang biasa yang tidak memiliki suatu marga juga bisa memiliki nama Kanzu? ". Tanya Al lagi.
Andrew nampak berfikir, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan tuannya.
" Selama saya hidup dan bekerja pada tuan, saya tidak pernah mendengar nama seseorang dengan nama ataupun marga Kanzu selain dari keluarga Aditama saja. Tapi, mungkin saja di luar sana kecuali di kota ini ada orang dengan nama Kanzu tuan ". Sahut Andrew.
Dan Al pun mengangguk, mungkin saja di luar sana ada orang dengan nama belakangnya bernama Kanzu, dan mungkin salah satunya itu nama belakang Adinda.
" Baiklah, aku akan bekerja sama dengan perusahaan Aditama Group ini, kira - kira kapan aku bisa melakukan pertemuan dengan tuan Aditama? ". Ujar Al sepakat.
" Jika tuan sudah menerima kontrak kerja sama ini, tuan Herdi di minggu depan ini akan menemui tuan secara langsung ". Sahut Andrew.
" Tuan Herdi? ". Tanya Al bingung.
Andrew teringat jika tuanya masih belum mengetahui tentang orang dengan nama panggilan Herdi itu.
" Oh maaf tuan, maksud saya adalah tuan Hermawan Aditama Kanzu atau biasa dipanggil dengan tuan Herdi, beliau sendirilah minggu depan yang akan datang kemari menemui tuan Al ". Sahut Andrew lagi untuk memperjelas.
Dan Al pun baru memahaminya.
*****
Senyum bahagia sepertinya begitu terpancar di wajah gadis yang sudah menjalankan misinya. Menuju rumah kecilnya menjadi tujuannya saat ini. Pundi - pundi rupiah pun telah berhasil dirinya dapatkan.
Tak lupa rasa syukurnya pada yang Maha Kuasa, selalu ia panjatkan. Berapapun rejeki yang ia dapat, selalu menerimanya dengan penuh rasa syukur.
Ya, seperti pagi ini, Adinda terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak semua kue - kue hasil buatan telah laku terjual dan tak menyisakan satupun.
Kendaraan roda dua yang menggunakan daya listrik itu yang selalu setia menemani Adinda kemanapun dirinya pergi, kini mulai memasuki halaman kecil rumahnya.
" Alhamdulillah, akhirnya aku sudah sampai ". Seru Adinda.
Gadis berhijab yang tengah hamil besar itupun mencoba mengeluarkan bahan - bahan untuk adonan kue yang sempat dibelinya tadi ranjang sepeda listriknya.
Saat Adinda tengah sibuk menurunkan bahan - bahan untuk pembuatan kuenya, tiba - tiba saja ada Vita yang datang dari arah belakang dan mendekati Adinda.
" Adinda " Panggil Vita.
" Eh, iya ". Sahut Adinda dan mencoba menoleh ke arah sumber suara.
" Wah, tumben pagi sekali kamu sudah pulang, memangnya kuenya sudah habis? ". Tanya Vita.
" Iya Vit, alhamdulillah semua kue ku sudah laku terjual ". Sahut Adinda tersenyum.
" Alhamdulillah, aku turut senang, mungkin karena ini rejeki si kembar juga ". Seru Vita.
" Iya, kamu benar Vit, setiap anak pasti sudah Allah titipkan rejekinya masing - masing ". Sahut Adinda.
" Ya sudah, kamu mau bawa bahan - bahan kue ini masuk kan, biar aku bantu ya ". Seru Vita yang ingin membantu.
Adinda pun mengangguk " Iya boleh, terima kasih ya Vita ". Sahut Adinda.
" Iya ". Sahut Vita.
Ya, dialah Vita Ramadani yang sudah hampir empat bulan ini menjadi teman dekat Adinda. Mungkin dari sekian banyak orang yang mengenal Adinda, hanya Vita lah yang paling baik pada Adinda. Tidak seperti tetangga - tetangga lain yang memandang buruk pada Adinda.
Bagi Vita, tidak ada manusia yang benar - benar suci di dunia ini, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, hanya saja bentuk saja yang berbeda - beda. Meski Vita tahu Adinda hamil diluar ikatan pernikahan, tidak pernah sekalipun Vita memandang buruk Adinda.
Ya, Vita tidak tahu saja, jika Adinda memiliki nasib seperti itu karena telah dinodai oleh majikannya sendiri, begitupun dengan Adinda, tidak pernah sekalipun Adinda menceritakan pada Vita bagaimana dirinya sampai hamil diluar ikatan pernikahan.
Kini dua gadis dengan usia yang sama namun memiliki kondisi tubuh yang berbeda itu telah berada di depan pintu rumah Adinda. Dibukanya pintu rumah itu dengan kunci cadangan yang Adinda bawa.
Ceklek..... pintu pun dibuka.
" Assalamu'alaikum ayah ". Seru Adinda mengucap salam.
" Waalaikum salam ". Sahut pak Budi yang tengah duduk di ruang tamu minimalis nya dengan sedikit tersentak kaget.
" Loh, nak, kamu sudah pulang? ".Tanya pak Budi yang sedikit heran, karena jika di waktu biasa Adinda pulang sekitar pukul sembilan pagi.
" Iya ayah, Adinda pulang lebih cepat hari ini, karena semua dagangan kue Adinda sudah habis terjual ". Sahut Adinda dengan sambil menyaut punggung tangan ayahnya untuk ia salami.
" Alhamdulillah ". Ucap syukur pak Budi.
" Ayah sudah minum obatnya? ". Tanya Adinda sebelum dirinya masuk ke dapur.
" Sudah nak, baru beberapa menit yang lalu ayah meminum obatnya ". Sahut pak Budi.
" Ya sudah, kalau begitu Adinda mau ke dapur dulu, mau buat adonan kuenya yang mau dijual besok ". Sahut Adinda, dan diangguki oleh pak Budi.
" Mari ayah ". Seru Vita, dan ia pun mengikuti langkah Adinda menuju dapur.
Kini dua gadis yang sama - sama hampir berusia sembilan belas tahun itu, meletakkan bahan - bahan kuenya di sebuah meja yang tidak terlalu besar itu.
" Terima kasih ya Vita kamu sudah mau membantu ". Ucap Adinda berterima kasih.
" Iya sama - sama, aku senang kok bisa membantu kamu ". Sahut dengan tersenyum.
" Duduk dulu ya, sebentar aku buatkan minum dulu untuk mu ". Ucap Adinda.
Vita pun duduk di salah satu kursi yang ada di dekat meja itu.
" Ini minumannya ". Seru Adinda dengan meletakkan minuman buatannya itu di atas meja.
" Terima kasih ya Adinda " Sahut Vita.
" Sama - sama ". Sahut Adinda.
" Adinda, usia kandungan kamu sudah berapa bulan, memangnya apa tidak apa - apa kalau kamu harus bekerja terus seperti ini, kalau aku lihat dari kondisi perutmu, sepertinya sudah hampir mendekati hari kelahiran ". Ujar Vita setelah dirinya selesai meminum minumannya.
" Haahh..... ". Adinda menghela nafasnya cukup panjang. Memang benar apa yang dikatakan oleh temannya. Kini usianya sudah hampir mendekati hari melahirkan tetapi dirinya masih harus bekerja.
" Ya, mau bagaimana lagi Vita, aku harus tetap bekerja agar aku punya tabungan yang cukup untuk biaya persalinan nanti ". Sahut Adinda lirih.
Vita, yang menyaksikan nasib temannya itu, merasa sangat tak tega. Seharusnya dalam kondisinya yang seperti ini sudah bukan waktunya lagi untuk ia bekerja.
Dan hal yang tak terduga itupun muncul dari belahan bibir Vita, yaitu suatu kalimat yang sebenarnya ia sendiri tidak mau mengeluarkan nya, namun karena rasa tak teganya pada temannya itu, membuat Vita reflek mengatakannya.
" Memangnya ayah dari anak yang kamu kandung tidak pernah memberimu nafkah?, ya meskipun dia tidak memberikannya untuk kamu, tetapi setidaknya dia memberikan nafkah pada anak - anaknya ". Ucap Vita telak, namun di dalam lubuk hatinya Vita sendiri merasa bersalah karena sudah mengatakannya.
Mendengar pernyataan dari temannya membuat Adinda terdiam. Adinda sama sekali tidak merasa tersinggung dengan perkataan temannya, wajar saja jika Vita mengatakan hal seperti itu, pasti temannya itu merasa tak tega melihat kondisinya yang seperti ini.
Bukan karena ayah dari anak - anaknya yang tak mau menafkahi, tetapi Adinda sendirilah yang menolaknya. Ya, sampai saat ini, Adinda masih belum menggunakan black card pemberian dari tuan Al nya itu, padahal jika dirinya mau menggunakan kartu tanpa batas itu, sudah bisa dipastikan jika semua kebutuhannya akan terpenuhi.
" Sebenarnya ayah dari anak - anak yang aku kandung sudah memberikan uang yang jauh lebih cukup dari apa yang aku butuhkan, hanya saja aku merasa enggan untuk menggunakan nya ". Sahut Adinda lirih pada akhirnya.
Vita yang mendengarnya pun langsung tertegun tak percaya, ternyata ayah dari anak temannya memberikan nafkah, sungguh Vita telah berburuk sangka pada orang yang ia anggap sudah tidak bertanggung jawab pada teman dekatnya, tetapi nyatanya ia menafkahi, lalu mengapa temannya ini malah menolak dan memilih untuk bekerja sendiri, bukankah menggunakan uang yang sudah disediakan itu lebih nyaman daripada harus lelah - lelah bekerja.
" Lalu kenapa kamu menolaknya Adinda, bukankah kalau kamu istirahat dan menggunakan pemberian dari ayah anak yang kamu kandung itu lebih baik, jadi dengan seperti itu kamu tidak perlu lelah - lelah untuk bekerja ". Sahut Vita yang merasa heran dengan temannya itu.
Adinda hanya terdiam, ya ini memang lah salahnya. Tuan Al nya sudah memberi dia uang yang tidak akan pernah habis jika digunakan tetapi ia malah tidak menggunakannya.
" Adinda ". Seru Vita lembut dengan menggenggam kedua tangan temannya.
" Kamu saat ini sedang mengandung, dan sebentar lagi kamu akan melahirkan, bukan saatnya lagi untuk kamu bekerja Adinda, jadi mulai sekarang berhentilah kamu bekerja, gunakanlah uang pemberian dari ayah si kembar untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan juga si kembar, kasihan mereka berdua yang ada di perutmu jika harus terus - terusan ikut bekerja ". Ucap Vita menasehati dengan tetap menggenggam kedua tangan Adinda.
" Haahh..... ". Adinda menghela nafasnya cukup dalam. Apa mungkin jika sekarang saatnya lah dirinya menggunakan pemberian dari tuan Al nya itu.
" Baiklah, aku akan mengikuti saran mu " Sahut Adinda pada akhirnya.
Vita turut senang mendengarnya. " Ya sudah, besok kita periksa ke dokter ya, aku ingin tahu kapan perkiraan kamu akan melahirkan ". Ujar Vita.
" Sepertinya anak - anakku akan lahir sekitar satu bulan lagi Vita ". Sahut Adinda.
Vita mengerutkan keningnya, sepertinya temannya ini sok tahu.
" Dari mana kamu tahu? ". Tanya Vita tak percaya.
" Dari mimpi ". Sahut Adinda polos.
" Ha ha ha ha ". Vita tertawa terbahak - bahak mendengar ucapan tidak masuk akal dari temannya yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu.
" Aduh Adinda, kamu ini ada - ada saja, mana ada waktu untuk melahirkan bisa diketahui lewat mimpi ". Sahut Vita dengan menahan perutnya.
" Iya memang tidak bisa dipastikan sih, tapi aku yakin kok, aku akan melahirkan satu bulan lagi, soalnya aku bermimpi bertemu dengan Almarhum kakek, dan kata kakek aku akan melahirkan satu bulan lagi, karena kata kakek akan ada orang yang sangat menyayangi dan mencintai aku yang akan datang menemaniku, mungkin aku akan melahirkan di usia sepuluh bulan kehamilan ". Sahut Adinda menjelaskan tentang mimpinya.
Vita yang awalnya tertawa dengan terbahak-bahak itupun langsung terdiam, entah apa yang menjadi penyebabnya.
*****
Hari yang dinantikan oleh semua keluarga Georgino itupun telah tiba. Mereka semua begitu tidak sabar menantikan kehadiran sosok mungil yang akan menjadi penerus dari keluarga Georgino itu.
Ya, hari ini adalah hari dimana Sintia akan melakukan proses persalinannya demi menyambut sang buah hati.
Menurut prediksi dokter ahli kandungan yang memang selalu menangani Sintia ketika melakukan pemeriksaan, diperkirakan Sintia akan melahirkan empat hari lagi. Sehingga dari itu, Al sudah memutuskan agar dilakukan operasi cesar dua hari sebelum hari prediksi itu tiba. Dan dokter pun tidak mempermasalahkan hal itu.
Semua keluarga Georgino kini dilanda kecemasan. Doa terbaik pun tak lepas untuk mereka panjatkan agar proses operasi berjalan dengan lancar.
" Al, kenapa kamu tidak menemani istrimu Sintia di dalam? ". Tanya Devina pada putranya.
" Sintia menolak untuk aku temani ma ". Sahut Al singkat.
" Ya, kalau Sintia menolak, ya kamu jangan mau melakukannya, perempuan itu terkadang malu untuk ditemani Al ". Sahut Devina.
" Sudah ma, Al sedari tadi sudah mengatakan kalau Al akan menemani Sintia di dalam, tetapi dia malah menolak ". Sahut Al yang sedikit jengah pada mamanya.
" Sudahlah ma, tidak perlu disaat seperti ini kita sibuk mempermasalahkannya, Sintia hanya berusaha untuk melakukan sesuatu yang membuat dirinya nyaman, kalau memang dengan tidak ditemani oleh suaminya saat proses bersalin berlangsung, ya sudah ". Sahut Enriko pada akhirnya.
Sedangkan bu Nadia saat ini jangan ditanya lagi, lantunan doa tak lepas terhenti untuk selalu ia panjatkan pada yang di atas, dengan harapan agar sang putri dan juga cucunya bisa selamat.
Lampu merah yang terletak di atas pintu ruang operasi itupun telah menyala, yang menandakan kegiatan operasi sedang dilangsungkan.
Dengan perasaan harap - harap cemas mereka semua menanti. Tak lepas dua wanita paru baya itupun saling merangkul untuk memberikan kekuatan.
Hingga sekitar hampir tiga puluh menit lamanya, terdengar suara tangisan bayi yang begitu menggema hingga keluar dari ruangan operasi itu.
Semua anggota keluarga yang mendengarnya begitu tersentak dan juga terharu dalam waktu yang bersamaan. Suara tangisan bayi yang begitu menggema itu telah berhasil menerbitkan senyuman bahagia dari para orang tua.
Hingga tidak berselang lama keluarlah dokter dari ruangan itu.
" Dokter bagaimana keadaan cucu dan menantu saya? ". Tanya Devina yang merasa khawatir.
" Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar, ibu dan bayinya pun selamat ".
" Alhamdulillah ". Sahut mereka bersamaan.
" Tuan Al, selamat atas kelahiran putra anda ". Ucap dokter itu dengan mengulurkan tangannya pada Al.
" Terima kasih dok ". Sahut Al dengan menerima uluran tangan dokter itu.
*****
Kini Sintia telah berada di ruang perawatan VVIP, sedangkan sang putra masih di ruangan bayi. Sesuai permintaan dokter jika putranya masih harus menjalani perawatan selama dua hari ke depan.
Semua keluarga Georgino sedang berada di dekat ruangan bayi untuk melihat Alexander junior. Namun kali ini ada yang dirasa aneh oleh Devina, Ia hanya bertanya-tanya dalam benaknya, mengapa cucunya yang baru lahir itu tidak ada mirip - miripnya sama sekali dengan keturunan Georgino yang notabene nya memiliki wajah khas seorang bule, bahkan wajah cucunya sama sekali tidak mirip dengan Al, padahal dia adalah ayah kandungnya. Namun apapun itu Devina tetap menerimanya dengan bahagia, karena biar bagaimanapun Alexander junior yang masih belum memiliki nama itu adalah cucunya.
Bersambung..........
Ini Author sudah update, semoga kalian senang ya🙏❤❤❤
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Handayanie Nhie
y atuh yg bkin'y ay warga lokal gmn mau ad muka bule"ny,sintiaaa trllu dangkal pikirannya 🤣
2023-10-17
0
yuce
kan benarkan anak sintia kagak mrip2 sama sekali dengan al. patut dicurigai mah.
2022-10-14
1
Maureen Togiana Napitupulu
kak kynya kl utk hamil kembar ga biasa deh lbh dr 9bln yg ada malah prematur biasanya krg dr 9bln krna aku punya anak kembar dan usia kandungan 8 bln aku udh partus. caiyo thor
2022-06-15
0